KARUNIA ROHANI: BAHASA ROH (1Kor 12-14)

Sherryl & Lidah-lidah Api 

KARUNIA ROHANI
Silahkan lihat salah satu ibadah yang menggunakan bahasa roh di https://www.youtube.com/watch?v=DgbhHdUXjfA
Dan coba jawab dengan singkat pertanyaan berikut:
1.       Apa yang saudara rasakan ketika menonton video ini?
2.       Apakah Tuhan sedang berkarya dalam hidup orang yang berbahasa roh tersebut dalam ibadah tersebut?
3.       Apakah ada keteraturan dalam ibadah tersebut?
4.       Apakah orang lain yang tidak berbahasa roh mengerti apa yang dikatakan oleh orang yang berbahasa roh?

Apa itu Karunia Rohani?
                “kemampuan untuk melayani yang diberikan kepada setiap orang Kristen sejati tanpa kecuali dan tidak dapat dimiliki sebelum seseorang menjadi Kristen.” – Ray C. Stedman.
                Karunia berasal dari kata “charisma” atau “charismata” untuk jamak. Charisma mempunyai bentuk dasar charis. Charis berarti anugerah. Jadi karunia merupakan anugerah dari Allah. Karunia, sebagai suatu anugerah, berarti diberikan berdasarkan kehendak Allah, Sang Pemberi. Kita bisa meminta, tetapi Allah yang berdaulat untuk memberikan sesuai kehendaknya (1Kor. 12:11).

Untuk apa karunia Rohani diberikan kepada setiap orang percaya?
Karunia Rohani diberikan kepada setiap orang percaya untuk dipakai bagi kepentingan bersama dalam rangka membangun jemaat (1Kor 12:7; 1Kor 14:12,26). Paulus mengulang berkali-kali bahwa tujuan Allah memberikan karunia rohani adalah untuk membangun jemaat. Karunia diberikan untuk kepentingan bersama.
                Ada kekeliruan dalam penggunaan karunia Rohani oleh gereja atau jemaat. Gereja ataupun jemaat menggunakan karunia rohani untuk kepentingan diri sendiri dan tidak peduli dengan kepentingan bersama. Karunia rohani asyik dinikmati sendiri tidak peduli apakah jemaat lain mendapat manfaat atau berkat dari karunianya. Misalnya saja: seseorang diberi oleh Allah karunia untuk mengajar – menyampaikan kebenaran dengan gamblang dan mudah dipahami – tetapi ia tidak menggunakan karunia itu untuk kepentingan bersama. Ia hanya mau mengajar karena uang. Jika ia tidak menerima uang dalam jumlah tertentu, maka ia enggan melayani. Contoh lain, seorang diberi karunia berbahasa roh tetapi ia tidak peduli apakah orang lain terberkati oleh bahasa roh tersebut. Ia asyik berbahasa roh sementara jemaat yang lain tidak mengerti apa yang ia katakan.

Apa saja karunia rohani itu?
Beberapa bagian Alkitab mendaftarkan karunia-karunia rohani:
·         Efesus 4:11 à rasul,  nabi, pemberita Injil, gembala, pengajar.
·         1Kor. 12:8-10 à berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, iman, menyembuhkan, kuasa untuk mengadakan mujizat, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh, berkata-kata dengan bahasa roh, menafsirkan bahasa roh itu.
·         1Kor. 12:28-30 à  rasul, nabi, pengajar, mengadakan mujizat, menyembuhkan, melayani, memimpin, menafsirkan bahasa roh.
·         Roma 12:6-8 à  melayani, mengajar, menasihati, membagi-bagikan sesuatu, memberi pimpinan, kemurahan.

Bagaimana mengetahui karunia saya?
  1. Memahami kebenaran Alkitab mengenai karunia rohani. Sering kali seseorang tidak memahami kebenaran tentang karunia rohani, sehingga membuatnya tidak menyadari bahwa Allah memberinya suatu karunia. Pengetahuan tentang karunia menolong kita mengenali karunia yang Allah berikan.
  2. Berdoa untuk bertanya atau meminta karunia kepada Tuhan. Kita bisa bertanya kepada Tuhan atau meminta Karunia tertentu kepada Allah. Namun perlu dicatat bahwa pemberian karunia itu menurut kehendak Tuhan (1 Kor 12:11). Orang percaya tidak boleh memaksa Tuhan agar memberi karunia tertentu yang ia inginkan. Allah memberikan karunia untuk kepentingan bersama.
  3. Melakukan atau mengikuti tes karunia. Ada perangkat tes yang tersedia yang dapat menolong kita mengenali karunia yang Allah anugerahkan. Bisa juga melakukan online test di http://glorianet.org/pptlib/smb/karuniaroh.php
  4. Bertanya kepada jemaat yang lain.  Kita juga bisa berdiskusi dengan pembimbing rohani atau jemaat lain yang memahami kebenaran tentang karunia rohani dan meminta pendapat mereka perihal karunia yang kita miliki. Seorang pembimbing rohani yang mengenal kita dengan baik kemungkinan mampu memberikan gambaran akan karunia yang kita miliki.

KARUNIA BAHASA ROH (1Kor 12-14)
                Ada beberapa bagian Alkitab yang memuat peristiwa dipakainya karunia berbahasa roh (Yun. glossa).  Markus 16:17 – “bahasa-bahasa yang baru”; Kis. 10:44-46, 19:6 – “bahasa roh”; Kis. 2:4 – “bahasa-bahasa lain”; 1 Kor. 12-14 – “bahasa roh.”
                Dalam tulisan ini, khusus dibahas penggunaan bahasa roh dalam 1 Kor. 12-14. Ada keunikan pemakaian bahasa roh dalam surat 1Kor. 12-14 jika dibanding dengan bagian Alkitab lainnya. Penggunaan karunia bahasa roh dalam 1Kor. 12-14 dilakukan dalam suatu pertemuan ibadah rutin (14:23,26). Hal ini berbeda dengan bagian Alkitab lainnya, dimana bahasa roh digunakan dalam peristiwa yang sekali terjadi (peristiwa pentakosta di Yerusalem, peristiwa pertobatan Kornelius).

Jadi apakah karunia bahasa roh boleh digunakan dalam suatu ibadah?
                Ya tentu saja. Karunia bahasa roh sama halnya dengan karunia lainnya boleh saja digunakan dalam ibadah. Dalam suatu pertemuan jemaat, setiap orang diperbolehkan menggunakan karunia yang Allah anugerahkan kepadanya. Allah yang satu memberikan rupa-rupa karunia untuk kepentingan semua jemaat yang hadir dalam ibadah tersebut (12:7; 14:26-27). Larangan penggunaan bahasa roh dalam ibadah sama halnya dengan anggapan ‘tangan tidak dibutuhkan oleh tubuh atau kaki tidak diperlukan bagi tubuh’ (12:12-30). Bahkan Paulus dengan tegas menyatakan bahwa tidak boleh melarang orang yang berbahasa roh dalam suatu ibadah (14:39).
                Jadi kurang tepat  jika suatu gereja tidak memberi ruang atau bahkan melarang penggunaan karunia bahasa roh dalam suatu ibadah. Pertemuan ibadah adalah tempat orang-orang percaya menggunakan karunia mereka masing-masing untuk memuliakan Allah dan membangun jemaat yang lain.
                Penggunaan bahasa roh – dan karunia lainnya – dalam ibadah harus mengikuti kaidah tertentu:
1.        Penggunaan bahasa roh dalam ibadah seharusnya untuk kepentingan bersama membangun jemaat (12:7;14:12,26). Tujuan utama Allah memberikan karunia roh adalah untuk kepentingan bersama dan pembangunan jemaat. Bahasa roh diberikan untuk kepentingan bersama jemaat dengan demikian jemaat dibangun.
2.       Penggunaan karunia bahasa roh harus selalu diikuti dengan penerjemahan. Karena itu, tiap kali Paulus mendaftarkan karunia, Paulus menyebut karunia bahasa roh selalu dengan mengikutkan karunia menerjemahkan bahasa roh itu (12:10,30;14:13,26). Tanpa penerjemahan, bahasa roh tidak berguna dan membangun jemaat, hanya membangun diri sendiri  (14:4-5,13-17). Paulus memiliki karunia berbahasa roh tetapi ia memilih menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti jemaat, ketimbang menggunakan kata-kata bahasa roh - tanpa terjemahan - yang tidak akan dapat dimengerti jemaat. Seseorang yang ingin menggunakan karunia bahasa rohnya harus memastikan ada penerjemah. Tanpa penerjemah, Paulus meminta, pengguna bahasa roh harus berdiam diri saja (14:27-28).   
3.       Penggunaan bahasa roh dalam pertemuan ibadah harus berlangsung dengan sopan dan teratur (14:40). Penggunaan karunia bahasa tidak boleh dilarang, tetapi penggunaannya harus sopan dan teratur. Kesopanan dan keteraturan bermakna jumlahnya cukup atau proposional (2-3 orang saja), disampaikan dengan bergantian (seorang demi seorang) dan diikuti penerjemahan (14:27).  

Penggunaan bahasa roh dalam pertemuan ibadah gereja, ada yang melanggar kaidah yang telah digariskan oleh Alkitab. Penyimpangan ini menjadikan karunia bahasa roh jauh dari tujuan Allah menganugerahkannya. Karunia bahasa roh tidak dipakai untuk membangun jemaat dan tidak lagi berguna bagi kepentingan bersama, melainkan hanya memuaskan kepentingan sendiri. Hal itu nampak jelas dari tidak diterjemahkannya bahasa roh tersebut. Selain itu, penggunaan bahasa roh dibeberapa gereja telah membuat ibadah menjadi kacau, tidak teratur dan sopan. Seseorang berbahasa roh semaunya tanpa peduli dengan orang lain, tidak menghargai orang lain yang hadir dalam ibadah yang sama, tidak menghargai orang lain yang berdoa, mendengar dan berbicara.
Semoga di hari peringatan pentakosta tahun ini, gereja kembali pada penggunaan karunia rohani sesuai dengan kehendak Allah. Semoga gereja yang satu tidak mengabaikan karunia bahasa roh dan gereja yang lain tidak menggunakan bahasa roh untuk kepentingan sendiri sehingga mengacaukan ibadah yang ada. Amin






MENCARI PACAR dalam inspirasi DONGENG LANDORUNDUN – bagian pertama

Cinta adalah topik yang tak pernah bosan dihembuskan dalam berbagai pembicaraan anak-anak muda. Suasana pembicaraan terasa menjadi lebih ‘hidup’ tak kala seseorang mengangkat topik tentang cinta. Cinta juga tidak jarang menjadi alasan anak muda di-bully tatkala tengah nongkrong dengan teman. Biasanya yang menjadi korban bullying adalah mereka yang kisah percintaannya tidak berjalan lancar, entahkah jomblo abadi, kaum backstreet, galauers
Sebagai anak muda Kristen, tentu saja, kita perlu menyadari bahwa kisah cinta merupakan kisah yang perlu dibangun dengan melibatkan Tuhan. Tuhan menciptakan kita, Dia juga mempunyai rencana yang baik bagi kehidupan kita, khususnya kisah cinta kita. Karena itu sudah sepatutnya kita membentuk kisah cinta kita dalam tuntunan kehendak Tuhan.
Rakyat Tana Toraja mewariskan salah satu dongeng cinta yang menarik untuk disimak, yaitu Kisah Landorundun (bagi yang belum pernah mendengar atau membaca, googling aja). Kisah ini merupakan kisah tentang seorang gadis bernama Landorundun yang akhirnya menikah dengan Bendurana dan hidup bahagia selamanya (tipikal kisah dongeng percintaan, happily ever after).
Dalam dongeng percintaan Bendurana-Landorundun ada beberapa momen penting yang ditandai dengan kehadiran tokoh/figur burung:
Kehadiran Pertama.
Sesaat setelah Bendurana mengambil sebuah benda berkilauan dari dalam laut, yang pada benda tersebut ternyata terdapat lilitan rambut Landorundun, seekor burung berbicara kepadanya menunjukkan bahwa rambut itu berasal dari salah satu hulu sungai. Petunjuk burung ini menjadi titik awal perjalanan Bendurana menemukan Landorundun. Burung tersebut terbang bersama kawanannya menghantar Bendurana ke arah tujuannya.
Kehadiran Kedua.
Dalam perjalanan ke tempat Landorundun, suatu ketika Bendurana tersesat di salah satu percabangan sungai. Sang burung kembali hadir dan memberitahukan bahwa jalan Bendurana telah sesat dan karena itu ia perlu mengubah haluannya. Kehadiran burung di sini menolong Bendurana yang tersesat di jalan pencarian, untuk kembali ke jalan yang benar dan akhirnya bertemu dengan Landorundun.
Kehadiran Ketiga.
Kemeriahan pesta pernikahan Bendurana-Landorundun ternyata tidak memberikan kebahagiaan kepada Landorundun. Itu terlihat jelas dari ketiadaan senyum dan tawa dari wajah Landorundun. Sukacita barulah timbul ketika Landorundun melihat seekor burung pincang, karena kakinya terpotong, yang melompat-lompat di hadapannya. Landorundun tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan itu. Sukacita karena menyaksikan sang burung penghibur tersebut rupanya menjadi titik awal sukacita dan kebahagiaan dalam kehidupan keluarga Bendurana-Landorundun. Happily Ever After.

            Kisah Percintaan Landorundun yang happily ever after dalam perspektif peranan figur burung dalam dongeng ini, dapat menolong anak muda Kristen melihat peran Tuhan dalam kisah percintaan yang mereka rindukan berlangsung dalam kebahagiaan.
             
Tuhan memberi petunjuk menuju pasangan kita
            Banyak anak muda Kristen tidak punya ‘arah’ yang tepat dalam mencari pasangan hidupnya. Tidak sedikit yang menjadikan perasaan (atau chemistry) sebagai dasar cinta mereka. Perasaan adalah bagian penting dalam kisah cinta tetapi tidak cukup kokoh dijadikan dasar membangun kisah cinta yang dikenan Allah.
            Apa petunjuk menuju pasangan kita? Alkitab! Alkitab adalah firman Tuhan yang menuntun kehidupan kita, termasuk kisah cinta. Alkitab mengemukakan prinsip yang menjadi petunjuk sekaligus arah bagi kita menemukan pasangan hidup kita.
            Dua prinsip penting yang menjadi rujukan firman Tuhan untuk menemukan pasangan hidup yang tepat adalah iman dan karakter. Muda mudi Kristen yang mencari pasangan hidupnya haruslah mencari yang seiman. Seiman bukan hanya berarti beragama Kristen/ber-KTP agama Kristen, melainkan seorang yang sungguh-sungguh mengasihi Kristus dan menjadikan Kristus Raja dalam hidupnya. Dalam surat 2 Korintus 6:14–15 tertulis, “Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya?” Ayat-ayat ini menunjukkan dengan jelas bahwa pasangan yang seimbang dibangun dengan kesatuan dalam kebenaran, dalam terang dan dalam Kristus.
            Prinsip kedua adalah carilah pasangan hidup yang mempunyai karakter yang sesuai dengan firman Tuhan. Penampilan fisik dan romatika masa pdkt sering kali menghalangi muda mudi Kristen untuk melihat karakter dari lawan jenisnya. Karakter adalah jati diri sesungguhnya dari seseorang. Mengetahui karakter seseorang tidak mudah karena membutuhkan ketelitian yang dalam dan membutuhkan waktu. Persahabatan adalah proses yang sangat diperlukan untuk mengenal karakter lawan jenis. Tips terbaik adalah berpacaranlah dengan sahabatmu. Masa persahabatan menolong muda mudi saling mengenal karakter satu dengan yang lain sebelum memutuskan untuk berpacaran. Selain itu, karakter seseorang juga bisa diketahui dengan meminta pertimbangan dari orang lain, misalnya sabahat lainnya, kakak rohani, bahkan orangtua. Pilihlah pacar yang recommended oleh orang-orang penting dalam hidupmu dan si dia.
           

TIPS MEMILIH PACAR:
1.       Pilih yang seiman
2.       Pilih yang berkarakter Kristiani (dari Sahabat & Recommended)

Bersambung ...

Sherryl - Gadis berdarah Toraja

ENDLESS LOVE OF GOD

            Apakah Allah mengasihiku? Seberapa besar kasih Allah padaku? Apa bukti kasihNya?

Pertama kasih setia Tuhan telah dinyatakan sebelum kita ada dan setelah kita mati.
Kasih kita kepada sesama itu dimulai paling cepat ketika seseorang ada dalam kandungan dan diakhiri paling lambat ketika seorang itu meninggal. Orang tua dapat menunjukkan kasihnya kepada bayinya ketika dalam kandungan. Seorang anak dapat menunjukkkan kasih dan baktinya kepada orangtua selama orangtuanya masih hidup. Setelah orangtua meninggal tidak bisa lagi.
Tetapi kasih Tuhan atas kita telah dinyatakan sebelum kita lahir, bahkan sebelum dunia diciptakan. Kasih itu tetap ada ketika kita mati dan bahkan sampai dunia berlalu. Kasih setia Tuhan atas kita dari selama-lamanya sampai selama lamanya.
 Efesus 1:4-6, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya.”
Roma 8:29-30, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”
Wujud kasih Allah disini adalah pemilihan, penentuan, pemanggilan, pembenaran dan pemuliaan kita. Dan kasih ini telah nyata dari semula. Bukan hanya sebelum kita lahir, tetapi juga setelah kita mati kasih setia Tuhan tetap nyata atas orang percaya.
Tuhan Yesus berkata kepada salah seorang penjahat di sisinya dalam Lukas 23:43, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Hari itu penjahat itu mati dan ia bersama-sama dengan Kristus.
Paulus mengatakan dalam Filipi 1: 21-24, “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik; tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.”
Naomi pernah berkata kepada Rut, mengenai Boas dalam Rut 2:20, “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati.”
  
Kedua kasih Allah juga dinyatakan dalam sepanjang kehidupan kita di dunia.
Kasih Tuhan membawa kita kepada keberhasilan dan menopang kita dalam penderitaan.
Jika kita memperhatikan Mazmur 103 dan Ratapan 3, keduanya menyanyikan kasih setia Tuhan yang tetap dan tak berkesudahan itu. Tetapi jika kita perhatikan lebih teliti, kedua nyanyian ini berbeda. Satu nyanyian pujian, satu lagi nyanyian ratapan.
Meski sama-sama nyanyian tentang kasih setia Tuhan yang tak berkesudahan, tetapi nyanyian satu dinyanyikan dengan sukacita dan tertawa dan nyanyian yang lain dinyanyikan dengan dukacita dan menangis.
Mazmur 103:17-18 merupakan nyanyian adalah sukacita karena Tuhan memberikan keberhasilan dalam hidup Daud. Allah mengurapi Daud menjadi raja, menolongnya mengalahkan Goliat, membantu Daud dalam berbagai peperangan sehingga terus mengalami kemenangan demi kemenangan, menolong Daud mengatasi Saul, mengampuni dosanya dengan Betsyeba, dan mengokohkan kerajaan yang dipimpin Daud. Karena semua ini, Daud mengakui kasih setia Tuhan yang tetap dalam hidupnya.
Hal yang sebaliknya dalam Ratapan 3:22-23 adalah nyanyian dukacita karena Israel digempur oleh bangsa lain, disiksa dan dibunuh, kota-kota mereka dihancurkan, Bait Suci dirobohkan, mereka diangkut ke pembuangan. Mereka trauma, menderita, terbuang dan berdukacita. Dalam penderitaan itu mereka mengingat kasih setia Tuhan. Mereka menyanyikan kidung ratapan yang berharap akan kasih setia Tuhan. Kasih setia Tuhan menguatkan dan menghibur mereka yang berduka.
Kehidupan orang percaya ada suka dan duka. Baik suka maupun duka kasih setia Tuhan tetap ada untuk kita. Kasih Tuhan membawa kita kepada keberhasilan dan menopang kita dalam penderitaan. Jika kita berhasil, jangan lupa diri. Ingat bahwa semua itu adalah kasih setia Tuhan. Jika berduka, jangan putus asa. Ingat bahwa ada kasih setia Tuhan yang akan menopang hidup kita.

Skema kasih Tuhan sejak semula, ketika hidup bahkan setelah kematian. Sampai selama-lamanya.

Ketiga Puncak kasih setia Allah adalah pengorbanan Kristus untuk menebus dosa kita
            Yoh 3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
Mengapa pengorbanan Kristus merupakan puncak kasih Allah? karena pengorbanan Kristus memberi jalan keluar dari persoalan terbesar manusia, yaitu maut. Maut artinya terpisah selama-lamanya dari Allah. Ini persoalan terbesar manusia.
Dukacita terbesar manusia bukanlah gagal di ujian akhir semerster, bukanlah putus pacar, bukanlah PHK, bukan juga meninggalnya anggota keluarga kita. Dukacita terbesar manusia adalah terpisah dari Allah selama-lamanya. Tidak ada keluar dari persoalan besar ini selain melalui pengorbanan Kristus.
Demikian pula sebaliknya, sukacita terbesar manusia bukanlah lulus ujian, bukan juga kenaikan gaji, bukan juga dapat pacar atau pekerjaan, bukan juga menyelesaikan skripsi, sukacita terbesar manusia adalah ketika ia menjadi warga kerajaan Sorga. Tidak ada cara menggapai sukacita ini selain melalui pengorbanan Kristus.

Aplikasi
Saudara yang dikasihi Tuhan, dengan menyadari bahwa kasih setia Tuhan tak berkesudahan dalam hidup kita. 
Mari kita menoleh ke belakang melihat tahun-tahun hidup kita. Kita melihat banyak hal yang telah kita lewati. Ada suka ada duka. Banyak hal yang kita capai, tetapi bukan tidak mungkin kita kehilangan hal tertentu. Ketika ada keberhasilan yang kita capai, ingatlah bahwa kasih setia Tuhan yang menghantar kita kepada keberhasilan. Jadi Naikkanlah syukur seperti mazmur Daud. Akan tetapi jika kita menemui kegagalan demi kegagalan saat ini, jangan putus asa. Ingat bahwa ada kasih setia Tuhan yang menopang. Naikkanlah doa pengharapan seperti penulis kitab Ratapan.
Dengan menyadari kasih setia Tuhan yang tak berkesudahan atas kita, Mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, “apakah kita juga mengasihi Tuhan dengan tak berkesudahan?”
Jika Allah menunjukkan puncak dari kasih-Nya dengan mengutus Putera Tunggal-Nya untuk menjadi korban penebusan dosa kita, maka sudahkah kita menunjukkan kasih kita kepada Allah dengan sungguh-sungguh melawan dosa dan kedagingan? Sudahkah kita sungguh-sungguh mengorbankan diri untuk melayani Tuhan dan memuliakan namaNya? Amin.


Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: