Diskusi dengan HW tentang Makanan Haram & Halal dalam Alkitab

Saudara bisa melihat penjelasan saya perihal alasan mengapa dalam PL dan PB terdapat perbedaan perintah Allah berkenaan dengan makanan haram dan halal, disini.

Berikut ini diskusi saya (melalui email) dengan seorang bapak bernama HW menanggapi powerpoint saya tentang makanan Haram & Halal menurut Alkitab. Semoga menjadi berkat bagi pembaca.

HW        : Selamat malam... Maaf mau tanya, kita dari gereja mana?

Victor    : Sekarang bergereja di ***** (salah satu gereja di Banten). 

HW        : Apa itu **** (menyebutkan kembali gereja tempat saya berbakti)?

Victor    : Gereja **** jemaat **** (menjelaskan nama lengkap gereja)

sumber: amazingdiscoveries.org
HW        : Ohhh Saya baca td bahan khotbah tentang makanan haram.... mengatakan bahwa di dalam perjanjian baru makanan haram spt babi dan binatang haram lainnya di perbolehkan. Saya mau tanya pak.... Tuhan itu kan tidak berubah.... kenapa dlm perjanjian lama tdk boleh dan perjanjian baru boleh. Kan di dlm perjanjian baru tdk ada yg mengatakan bahwa babi atau binatang haram lain boleh di makan?



Victor    : Terima kasih responsnya, Saya coba pakai analogi pisau untuk menjelaskan: Jika seorang anak balita mencoba mengambil sebuah yang terletak di atas meja, maka saya akan melarangnya. Atau menjauhkan pisau itu dari jangkauannya. Mengapa karena saya tahu balita tersebut tidak mengerti apa yang bisa terjadi dgn pisau di tangannya. TETAPI ketika bayi itu telah menjadi wanita dewasa dan berusaha mengambil pisau tersebut, saya tidak akan menghalanginya.. mengapa? Karena saya tahu bahwa dia telah mengerti bagaimana menggunakannya. Pertanyaannya.. apakah saya berubah sikap tentang pisau?

Be Real, Be Real You - Game online (1Yohanes2:15-17)

Pendahuluan
            Firman Tuhan hari ini atau khotbah hari ini diberi judul be real the real you. Bagian ini mau mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kehidupan kita, saudara dan saya, di dunia maya atau online. Untuk bisa beraktivitas di dunia maya (dunia tidak riil) kita membutuhkan perangkat elektronik yang secara umum disebut gadget. Gadget bisa merujuk pada smartphone, Tab, PC ataupun laptop, TV dan Virtual Reality (VR) dan lain sebagainya.
Saya mengajak saudara melihat 1 video berikut

Video ini menggambarkan dampak atau akibat yang diderita oleh Sohu karena terlalu terlalu banyak atau terlalu lama bermain game di Smartphonenya. Sohu kecanduan game, bermain dari pagi hingga malam tanpa istirahat, kemudian mengabaikan peringatan ibunya dan akhirnya terjadilah kebutaan tersebut. Menatap layar gadget dalam batas normal berdasarkan penelitian tidak merusak mata. Yang merusak mata adalah ketika itu melewati batas normal. Di saat mata seharusnya beristirahat atau rileks kemudian dipaksa bekerja membuat mata menjadi lelah dan dampaknya membuat gangguan penglihatan.
Kesehatan mata yang memburuk merupakan salah satu saja dampak dari terlalu lama menggunakan gadget untuk online, berinteraksi di sosial media ataupun untuk bermain game. Sebuah penelitian menunjukkan fakta bahwa terlalu banyak menggunakan Smartphone atau gadget terlalu lama membawa dampak negatif lain diantaranya tidak stabilnya mood atau emosional seseorang; sangat mudah rasa cemas, marah, tidak bisa bersabar. Selain itu, relasi sosial yang riil, yang nyata, dengan orang-orang yang ada di sekitar menjadi terganggu. Bisa dengan orangtua atau keluarga, atau teman-teman di sekitarnya. Cenderung menyendiri meski ada di tengah-tengah sekelompok orang. Sulit berkomunikasi secara riil. Dan yang paling mengkhawatirkan adalah hancurnya relasi dengan Tuhan: malas beribadah, malas berdoa, malas baca Alkitab. Sehingga lahirlah generasi yang menolak Tuhan.

Saudara salahkah kita menggunakan teknologi? kelirukah jika kita memanfaatkan gadget di dalam kehidupan kita? Apakah contoh-contoh tadi mau menunjukkan bahwa kita tidak boleh bermain game atau kita tidak boleh online? Tidak boleh menggunakan gadget?

Motivasi yang benar Berguna dan Membangun: Diri-Sesama-Kerajaan Allah
Saudara, teknologi yang kita miliki, peralatan yang kita gunakan termasuk gadget, merupakan sesuatu yang bersifat netral; yang membuatnya menjadi tidak netral adalah motivasi atau alasan kita menggunakannya.
Dalam bagian yang kita baca kita diperlihatkan dua motivasi yang tiap orang pasti miliki, sadar atau tidak, sengaja atau tidak, ketika ia menggunakan atau melakukan apapun. Rasul Yohanes mengingatkan jemaat pada saat itu untuk memperhatikan dua motivasi itu. Dua motivasi itu adalah motivasi mengasihi dunia atau motivasi mengasihi Allah Bapa. Ayat 15-17 seperti membandingkan dua motivasi ini. Mengasihi dunia atau mengasihi Bapa (ay. 15); berasal dari dunia atau berasal dari Bapa (ay.16), sedang lenyap atau hidup selama-lamanya (ay.17). Yohanes mengingatkan sebagai orang percaya, maka jemaat seharusnya menolak motivasi keduniawian dan memilih mengasihi Allah sebagai motivasinya.

Mengasihi dunia berarti mengikuti keinginan daging atau dosa sedangkan mengasihi Allah berarti melakukan kehendak Allah; mengasihi dunia berarti menuruti keinginan mata memuaskan keinginan mata dan apa yang nampak, sedangkan mengasihi Allah berarti memperbaharui hati, karakter dan kerohanian, yang tidak nampak; kasih kepada dunia membawa pada keangkuhan hidup atau kesombongan diri, sedangkan kasih kepada Bapa membawa pada peninggian Tuhan dalam kehidupan kita.
            Dalam surat Paulus kepada jemaat Korintus ada prinsip yang sangat cocok diterapkan pada masa kini. 1Korintus 10:23, “"Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. "Segala sesuatu diperbolehkan." Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun.” Pada masa itu orang berselisih paham tentang makanan yang boleh dan tidak boleh. Paulus mengingatkan bukan persoalan boleh tidak boleh, melainkan berguna atau tidak, membangun atau tidak.

            Sesuatu yang sesuai kehendak Allah adalah sesuatu yang berguna: bagi diri sendiri-bagi sesama-bagi Kerajaan Allah. Aktivitas yang mengasihi Allah adalah aktivitas yang membangun: relasi diri sendiri-relasi dengan sesama-relasi dengan Allah.
            Prinsip Berguna dan Membangun: Diri-Sesama-Tuhan ala Paulus ini juga berlaku dalam penggunaan teknologi dan di dunia maya. Artinya silahkan beraktivitas di dunia maya, silahkan menggunakan gadget sejauh itu Berguna dan Membangun: Diri-Sesama-Tuhan. Namun ketika aktivitas itu merusak diri, mengganggu relasi dengan orang lain, membuat ibadah dan relasi dengan Allah diabaikan, maka itu sudah tidak lagi mengasihi Allah, melainkan keduniawian.

Ilustrasi

sumber: medium.com
 Bagan 1: Jika media sosial menjadikan kita anti sosial dan kehilangan kehangatan komunikasi secara nyata, maka itu tidak lagi Berguna dan Membangun: Diri-Sesama-Tuhan.
           








sumber: utdmercury.com

Bagan 2: Sebuah survey yang dilakukan di Australia, menunjukkan fakta berikut.










Aplikasi
Saudara yang dikasihi oleh Tuhan, mari sejenak merenungkan kembali. Selama ini ketika engkau berinteraksi dengan smartphonemu,  atau ketika kamu online, ketika bermain games; seberapa berguna itu bagi dirimu-sesama dan Allah?  Apakah itu mengganggu studimu? apakah itu menyita waktu istirahatmu? apakah itu mengganggu waktumu berelasi dengan orang tua? apakah itu membuat emosi mau tidak stabil apakah itu membuat kamu mudah marah, mudah tersinggung? apakah itu membuat kamu malas beribadah, berdoa baca Alkitab?
Atau sebaliknya ketika kamu menggunakan Smartphonemu belajar firman Tuhan,  kamu cari kebenaran? Apakah aktivitasmu di dunia maya mendukungmu dalam membangun kehidupan rekanmu, menjadi berkat bagi orang lain? kamu bukan hanya jadi konsumen dari segala hal yang ada di dunia maya tapi kamu juga produsen menghasilkan konten-konten yang kreatif dan positif? Apakah postingan dan tulisan-tulisanmu menolong orang semakin dekat dengan Tuhan? apakah penggunaan gadget atau juga komputer atau juga smartphonemu membuat relasi dengan orangtua menjadi lebih baik? kamu bisa menunjukkan perhatian kepada mereka dengan menggunakan semua itu. Kamu bisa memakai itu untuk mengenang momen-momen dengan orang-orang di sekitarmu.
Saudara-saudara kita sebagai orang percaya dipanggil untuk memiliki motivasi yang benar, yaitu motivasi yang mengasihi Allah dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi yang berkembang saat ini;


Kedewasaan Karakter Kristen (1Sam 2:11-26)


Bacaan kita menunjukkan bahwa kedewasaan karakter Kristen bisa saja dimiliki oleh orang yang secara usia relatif lebih muda. Yang menjadi ironi, terkadang kedewasaan karakter justru tidak terlihat dari orang yang secara usia lebih tua.

Bagaimana memiliki kedewasaan karakter?

  1. Penentu kedewasaan karakter Kristiani

Dalam perikop yang kita baca, penulis kitab Samuel ingin membandingkan dua figur, yaitu figure anak-anak Eli dan figure Samuel. Ada seorang penafsir yang memberikan judul pada perikop ini, bad boy and good boy. 

Figur anak-anak Eli bernama Hofni dan Pinehas, sebagai figur Bad Boys, di ayat 12-17 dinyatakan sebagai orang-orang dursila. Dursila kalau dalam Alkitab bahasa Inggris disebut good for nothing. Suatu figur seseorang yang tidak ada baiknya, tidak ada kebaikan di dalam dirinya.
Anak-anak Eli digambarkan sebagai figur yang serakah, yang mengambil apa yang bukan menjadi hak mereka. Di dalam Imamat 7:34 dinyatakan, “karena dada persembahan unjukan dan paha persembahan khusus telah Kuambil dari orang Israel dari segala korban keselamatan mereka dan telah kuberikan kepada Imam Harun, dan kepada anak-anaknya; itulah suatu ketetapan yang berlaku bagi orang Israel untuk selamanya.” Berdasarkan ketetapan Tuhan, bagian mereka seharusnya dada dan paha dari hewan korban persembahan, tapi yang mereka lakukan justru berbeda. Mereka mengambil segala yang ditarik dengan garpu bergigi tiga. Bahkan di ayat 16 mereka juga mengambil lemak. Lemak adalah bagian dari kurban sembelihan yang hanya diperuntukkan bagi Tuhan.
Kejahatan lainnya, di ayat 22 adalah mempraktekkan perzinahan, yang menjadi kebiasaan penyembahan berhala, dalam ritual ibadah di Kemah Pertemuan (atau Bait Allah pada masa itu). Mereka sesungguhnya sudah diperingatkan oleh orang-orang termasuk ayah mereka sendiri, tetapi mereka tidak peduli (ay.25). Kisah selanjutnya Allah menghukum mati anak-anak Eli.
Lain halnya dengan the good boy, Samuel. Samuel yang jauh lebih muda dari anak-anak Eli. Samuel melayani Tuhan dengan baik dalam pengawasan Eli. Di usia yang masih anak-anak, sebagai penolong imam Eli, Samuel sangat memperhatikan pelayanan dengan baik. Ayat 18 dinyatakan bahwa Samuel memakai baju Efod. Peraturan ini merupakan ketentuan atau peraturan yang harus dilakukan bagi para imam pelayan di Kemah Pertemuan.
Kerelaan dan perhatian Samuel dalam melayani mendatangkan berkat bagi keluarganya. Allah mengaruniakan anak laki laki dan perempuan bagi orangtua Samuel. Perikop ini yang kita baca ditutup dengan Samuel yang bertumbuh dan makin disukai Allah dan manusia.
Samuel menaati dengan baik peraturan bagi para imam yang melayani, sedangkan anak-anak Eli mengabaikannya. Pelayanan Samuel menjadi yang disukai Allah dan manusia, sedangkan anak-anak Eli dikeluhkan oleh orang banyak dan juga ayah mereka. Ketaatan Samuel menghadirkan berkat bagi keluarganya, sedangkan anak-anak Eli menyusahkan orangtuanya.

sumber: thoughts-about-god.com/blog/ml_gods-presence/
Saudara-saudara apa yang menjadi penentu kedewasaan karakter Samuel, diusia yang masih sangat muda? Dan mengapa ia begitu berbeda dengan Hofni dan Pinehas, yang secara usia jauh lebih tua? Jawabannya ditemukan dalam sebuah frasa “di hadapan Tuhan.” Sebuah frasa yang sangat penting dalam kitab Samuel secara umum dan secara khusus dalam perikop yang kita baca, yaitu “di hadapan TUHAN.” Frasa ini diulang lebih dari 30 kali di dalam Kitab 1 Samuel dan 2 Samuel. Secara khusus di dalam perikop yang kita baca frasa ini diulang sebanyak 4 kali yaitu di ayat 17 18 21 dan 26.
Mengapa Samuel memiliki kedewasaan karakter Kristiani? Karena ia senantiasa menyadari bahwa hidupnya ada di hadapan Tuhan. Kesadaran bahwa hidup terbuka di hadapan Tuhan ini, dibangun dari pengenalan akan Kemahatahuan dan kemahahadiran Allah.
Kehidupan yang terbuka di hadapan Tuhan juga digambarkan dengan jelas dalam Mazmur 139:1-12. Mari kita baca Mazmur ini bersama-sama. Tuhan tahu kita duduk atau berdiri, berjalan atau berbaring. Tuhan tahu pikiran ataupun perkataan kita. Tuhan melihat, memperhatikan dan akan mengevaluasi kehidupan kita. Tidak ada tempat yang tersembunyi dari Allah, bahkan di dunia orang mati pun Tuhan ada.
Seorang yang memiliki kedewasaan karakter Kristiani adalah seorang yang senantiasa melihat hidupnya berada dan terbuka di hadapan Tuhan.

Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: