SOLA GRATIA (Efesus 2:1-10)

Pendahuluan.
Orang yang sudah meninggal tidak bisa diajak bicara, tidak bisa minta berjalan, tidak bisa memahami penjelasan apapun, tidak bisa menolong atau melakukan sesuatu orang lain. Jika ingin foto bersama dengan orang yang sudah mati, maka kamu harus make up dia, memakaikan baju, mengatur gesturnya, dan lain-lain. Jika ingin dia tersenyum di foto tersebut, maka wajahnya harus kamu yang setting, itupun jika masih memungkinkan, karena kalau sudah terlalu lama meninggal badan sudah kaku.

Dalam budaya Toraja, salah satu suku di Sulawesi Selatan. Beberapa orang, atau kaum keluarga terbiasa berinteraksi dengan mayat atau tubuh orang yang sudah meninggal. Suku Toraja, yang menganut keyakinan leluhur, berpendapat bahwa sebelum melewati ritual adat tertentu, seorang yang sudah meninggal masih dianggap hidup: diberi makanan dan minuman, berganti pakaian, masih diajak komunikasi, meskipun mayat itu tidak memberi respons apa-apa.

(Mari kita lihat videonya: https://www.youtube.com/watch?v=hCKDsjLt_qU)

Penjelasan
            Di ayat 1 dinyatakan, “kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.” Kata “mati” disini merujuk pada kematian rohani. Orang yang mengalami kematian Rohani tidak bisa diajak bicara tentang hal-hal rohani. Orang yang mengalami kematian rohani tidak bisa minta berjalan dalam ketaatan kepada Allah, Orang yang mati secara rohani tidak ada memahami penjelasan apapun tentang injil, Orang yang mati secara rohani tidak bisa menjadi berkat, menolong atau membantu orang lain dalam motivasi yang benar.
            Orang mati secara rohani ini, bukan hanya indera rohaninya mati, tetapi keadaannya juga terhimpit sehingga makin terpuruk. Orang yang mati secara Rohani ini terhimpit oleh 3 hal. Pertama Dunia. Pada ayat 2 dinyatakan, “... mengikuti jalan dunia ini …” Orang yang mati rohani akan terus hidup dalam pengaruh kehidupan duniawi. Tidak bisa keluar dari sana. Terus menerus terpenjara dan terpuruk menantikan hukuman Tuhan. Kedua Iblis. Masih di ayat 2 dinyatakan, “... menaati penguasa kerajaan angkasa ….” Siapa penguasa kerajaan angkasa itu, ialah Iblis. Pekerjaan Iblis adalah memberontak, mendusta, menyesatkan. Orang yang mati secara rohani akan terus menerus memberontak, berdusta, menyesatkan orang lain. Tidak bisa keluar dari sana. Terus menerus terpenjara dan terpuruk menantikan hukuman Tuhan. Ketiga Kedagingan. Di ayat 3 dinyatakan, “... hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging ….” Orang yang mati secara rohani akan terus menerus berusaha menuruti hawa nafsu dan keinginan diri sehingga tidak mungkin menuruti keinginan Allah. Tidak bisa keluar dari sana. Terus menerus terpenjara dan terpuruk menantikan hukuman Tuhan.

            Keadaan yang mati secara rohani dan terhimpit oleh dunia, Iblis dan kedagingan membuat orang tersebut tinggal menunggu waktu penghakiman datang. Mereka tidak dapat menyelamatkan diri, apa lagi menyelamatkan orang lain. Paulus menyatakan bahwa orang yang demikian adalah orang yang “harus dimurkai.”

Aplikasi
            Apakah aku seorang yang mati rohani? Orang yang mati secara rohani tidak dapat menerima firman yang diberitakan padanya, meskipun tiap hari ia diperdengarkan berita kebenaran itu. Orang yang mati secara rohani tidak akan berespons terhadap firman itu. Ciri orang yang mati secara rohani adalah hidup yang terhimpit oleh pola hidup duniawi tidak bisa keluar; menaati Iblis sehingga hidupnya memberontak dan berdusta; dikuasai oleh kedagingan: melakukan sesuatu untuk kepuasan diri bukan kehendak Allah. Kita seperti mayat tadi yang diberi makan tapi tidak berespons, diajak bicara tapi tidak menanggapi, ditangisi tapi tidak bergeming. Jika kita adalah orang yang mati secara rohani, maka kita dimurkai oleh Allah.

Peralihan dan Penjelasan
Kita harus bersyukur karena ada berita penghiburan yang dinyatakan dalam firman Tuhan yang kita baca tadi. Berita Penghiburan ini ada dalam satu kata Yunani yang diulang 3 kali dalam nukilan ini: Kata Yunani itu dari kata dasar Chairo: dalam nukilan ini ditulis 2 kali Chariti dan 1 kali Charitos. Dalam Alkitab kita diterjemahkan, “kasih karunia.” Inilah yang menjadi secercah penghiburan bagi orang yang mati secara rohani.
Seorang yang menerima kasih karunia akan dibangkitkan secara rohani. Kalau Injil Yohanes memakai istilah dilahirkan kembali. Jika sebelumnya ia mati karena dosa, kini mendapatkan hidup baru di dalam Kristus. Jika sebelumnya ia menjadi sasaran murka Allah, maka oleh kasih karunia, ia menjadi objek pengorbanan Kristus.
Jika diurutkan rangkaian karya keselamatan yang kita alami dari bagian ini kira-kira seperti ini: Mendapat Kasih Karunia (grace)→ dihidupkan kembali di dalam Kristus (Injil Yohanes: born again) → dibangkitkan di dalam Kristus → ditempatkan di Sorga. [FF Bruce - kebangkitan dan penempatan di surga berada dalam nuansa eskatologi: akan terjadi namun telah dialami dalam kesatuan dengan Kristus]. 

Ilustrasi
Dalam perikop/nukilan ini, kasih karunia menjadi seperti tombol start bagi rangkaian karya keselamatan yang akan kita alami. Mati kita lihat animasi bagaimana tombol start menjadi awal proses menghidupkan mesin

Seperti mesin kendaraan yang mati, tapi hidup kembali setelah tombol start ditekan dan kemudian berjalan menghantar kita pada tujuan. Demikian kasih karunia menjadi awal dari rangkaian karya keselamatan yang kita alami dalam hidup kita. By Grace Alone. Sola Gratia.


Aplikasi
            Bagaimana kita tahu kita telah menerima kasih karunia itu? Tandanya sederhana. Kehidupan rohani kita menjadi bergairah. Setiap kali kebenaran firman Tuhan dibicarakan, maka hati kita bergairah dan bergejolak. Ada rasa di dalam firman yang kita dengar. Ada sentuhan Allah yang terasa dalam hidup kita. Ada dorongan yang kuat untuk meninggalkan dosa dan berjalan dalam kebenaran firman Tuhan. Grace Alone, Sola Gratia menjadi tombol start yang menghantar kita pada rangkaian karya keselamatan yang Allah kerjakan dalam hidup kita. Ada kehidupan baru, ada pertobatan, ada kerinduan akan Allah, dan kelak akan mengalami kebangkitan dari antara orang mati serta pada akhirnya ditempatkan bersama dengan Kristus di sorga kekal.

Peralihan dan Penjelasan
John Calvin menyatakan, “it is faith alone that justifies, but faith that justifiescan never be alone.” Ada tujuan yang mengikuti kasih karunia yang diberi. Ada tujuan yang Allah siapkan bagi orang-orang yang menerima kasih karunia-Nya. Ayat 10 menyatakan bahwa kita diciptakan untuk melakukan pekerjaan baik yang telah disiapkan sebelumnya. Ada pekerjaan baik yang mengikuti kasih karunia yang kita terima melalui iman.



Relasi antara iman, pekerjaan baik dan keselamatan selalu akan menjadi diskusi yang menarik. Perikop Efesus ini memberikan kontribusi bagi diskusi tersebut. Perbuatan baik adalah bukti (yang kelihatan) dari iman (yang tidak kelihatan) kepada Kristus. Kita berbuat baik bukan supaya kita diselamatkan dari penghukuman, melainkan karena kita sudah diselamatkan (Flp. 2:10). Hidup orang Kristen yang tidak mampu menampilkan kebaikan merupakan bukti kepalsuan dan kesemuan imannya (Yak. 2:17). Selain itu, perbuatan baik merupakan magnet yang kuat yang menarik orang lain untuk datang kepada Kristus. Kebaikan yang dilakukan orang Kristen membawa orang lain datang dan memuliakan Allah (Mat.5:16). Karena hari kedatangan Kristus yang kedua kalinya sudah dekat, Paulus mengingatkan jemaat Filipi untuk menampilkan hidup yang limpah dengan kebaikan demi menarik orang datang kepada Allah (Flp.4:5).

Ilustrasi
Saya beberapa kali memancing ikan, baik di kolam pemancingan maupun di sungai yang cukup lebar. Kalau kalian pernah memancing atau mungkin punya pancing di rumah. Ada satu bagian pancing yang penting dan sangat menolong seorang pemancing, yaitu: pelampung. Coba kita lihat bagaimana penggunaan pelampung dalam memancing melalui video berikut:

(mari kita lihat videonya: https://www.youtube.com/watch?v=g8Nt6J0P9iU).
Perbuatan baik itu seperti pelampung. Jika ikan menarik kail maka pelampung akan ikut tertarik sehingga kita tahu ada ikan pada kail. Kita tidak bisa melihat ikannya secara langsung tapi kita bisa tahu ada ikan dari pelampung.
            Pernah suatu waktu saya memancing di sungai yang cukup lebar, saya nunggu 5 menit, 10 menit dan 15 menit. Eh tiba-tiba pelampung ketarik. Ini momen paling seru didalam kegiatan memancing. Ketika Pelampung ditarik. Dengan segera senar atau kenurnya itu saya gulung, reelnya diputar. Dan kemudian diangkat. Ternyata ada Ranting pohon yang tersangkut di kail saya. Pelampung tertarik tapi bukan ikan melainkan dahan pohon.
            Perbuatan baik tanda seorang beriman, tetapi bukan berarti seorang yang nampak baik, pasti beriman pada Kristus. Seorang yang beriman pada Kristus pasti berbuat baik. Jika ikan ditangkap oleh kail, maka pasti pelampung akan tertarik. Tetapi jika pelampung tertarik belum tentu itu Ikan.

Aplikasi
            Apakah kamu dikenal baik di keluargamu, diantara teman-temanmu? Kasih Karunia yang diterima oleh iman selalu diikuti oleh perbuatan baik. 



Dapatkan link powerpointnya disini






MENGUCAP SYUKUR

Mengapa saya harus mengucap syukur kepada Tuhan, sementara saya dapat hidup tanpa-Nya?

Cobalah menjalani hari anda, seminggu saja, tanpa berdoa, tanpa mengikuti ibadah, atau tanpa ritual keagamaan apapun. Maka anda akan mendapati diri anda dapat tetap hidup, anda bisa tetap makan dan tidak akan kelaparan, anda akan tetap sehat dan tidak harus ke dokter. Jika kamu lakukan percobaan itu di akhir bulan, maka kamu akan mendapati kamu tetap menerima penghasilan atau gaji dari pekerjaanmu. Jika anda seorang pengusaha, Anda dapat tetap menghasilkan uang, anda tetap dapat mempekerjakan orang, anda tetap dapat membangun sistem kerja yang baik, tanpa melibatkan Tuhan di dalam semua hal yang Anda lakukan.

Bukankah itulah pola hidup orang-orang ateis, yang tidak punya tempat di dalam hidupnya untuk Tuhan, namun mereka dapat saja tetap hidup dan bahkan sebagian dari mereka namanya dikenang karena punya sumbangsih besar bagi dunia. Jadi mengapa saya harus mengucap syukur kepada-Nya, sementara kehidupan dapat tetap berjalan dengan baik tanpa-Nya?

Mengapa saya harus mengucap syukur kepada Tuhan, sementara hidup bersama-Nya tidak meluputkan saya dari masalah dan kesulitan hidup?

Menjadikan Tuhan dasar hidup nampak tidak membawa perbedaan apapun. Hidup tetap dalam kesulitan, masalah tetap datang, konflik tetap terjadi. Bahkan nampaknya semakin dekat dengan Tuhan justru membuat masalah semakin pelik. Hidup beriman kepada Tuhan lebih mirip hidup yang melarikan diri dari masalah, dan bersembunyi di balik kalimat-kalimat kitab suci: “Tenanglah, ada maksud Tuhan dibalik semua ini.”

Belum lagi, beberapa masalah justru timbul dari orang-orang yang dianggap memiliki kehidupan spiritual yang baik. Pemimpin-pemimpin rohani justru mempertontonkan perilaku hidup yang berbeda dari apa yang mereka sendiri ajarkan. Lantas haruskah saya mengucap syukur kepada Tuhan yang tak dapat menyelesaikan masalah saya atau bahkan tak dapat menangani perilaku orang-orang yang berbicara atas nama-Nya?



Penghambat Ucapan Syukur
Kedua pandangan di atas meskipun memiliki sudut pandang yang berbeda, namun memiliki kesepakatan bahwa pencapaian terbaik di dalam hidup adalah ketiadaan masalah: penderitaan, kesulitan, dan konflik. Tidak perlu mengucap syukur kepada Tuhan karena setiap pencapaian hidup dapat diraih tanpa bantuan Tuhan. Tidak perlu mengucap syukur kepada Tuhan karena kehadiran-Nya tidak cukup mampu menanggulangi masalah-masalah kehidupan.

Ironisnya, jika kita memiliki salah satu dari dua pandangan diatas maka kita telah kehilangan satu itu kebenaran yang sangat penting di dalam kehidupan. Kebenaran bahwa keberadaan masalah justru membawa kita pada penemuan-penemuan berharga di dalam kehidupan.

Masalah menyingkapkan karakter sejati
Kita perlu mengucap syukur tatkala kita dirundung masalah karena melaluinya kita dapat melihat kualitas karakter kita dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Kita mengucap syukur karena melalui masalah yang kita hadapi, kita dibawa pada penemuan dan pengenalan diri yang lebih dalam.

1 Raja-raja 3:16-28
Bagian Alkitab ini mengisahkan tentang dua  orang perempuan yang menghadapi masalah di dalam hidupnya. Mereka tinggal dalam satu rumah dan mereka masing-masing melahirkan anak dalam rentang waktu yang tidak lama. Anak dari salah satu mereka meninggal dunia, namun keduanya mengklaim bahwa anak yang masih hidup itu adalah anak mereka.


Solusi yang ditawarkan Salomo bukankah solusi yang “baik.” Salomo justru memberikan mereka masalah baru: bayi yang masih hidup itu akan dipenggal menjadi dua dan diberikan kepada mereka masing-masing. Menariknya, masalah yang diberikan oleh Salomo menyingkapkan karakter sejati dari kedua perempuan itu. Perempuan yang merupakan ibu dari sang bayi tidak menghendaki anak itu dibunuh, sebaliknya ia rela bayi itu diberikan kepada perempuan lainnya asalkan bayi itu hidup. Sebaliknya perempuan yang bukan merupakan ibu dari sang bayi menginginkan anak itu dipenggal menjadi dua.

Masalah yang hadir menyingkapkan karakter sejati yang dimiliki oleh orang-orang yang ada disekitar masalah itu.

Ayub 1:20-22; 2:9-10
Hal yang serupa dinyatakan juga dalam kisah Ayub. Masalah yang datang bertubi-tubi yang dialami oleh rumah tangga Ayub menyingkapkan karakter sejati Ayub dan istrinya.

Ayub dan istrinya bukan hanya kehilangan harta benda mereka, tetapi lebih daripada itu mereka juga kehilangan anak-anak yang mereka kasihi. Tidak sampai disitu saja, Ayub pun bahkan menderita sakit borok sekujur tubuhnya.

Rentetan masalah ini menyingkapkan karakter sejati dari sang istri di mana ia melihat bahwa penderitaan yang mereka alami merupakan alasan untuk mengutuki Tuhan, sementara Ayub melihat bahwa Tuhan punya kedaulatan penuh atas hidupnya dan ia tidak berhak menyalahkan Tuhan atas kehilangan yang ia alami.

Masalah menolong kita melihat bagaimana karakter sejati kita. Masalah merupakan ujian yang menyingkapkan siapa diri kita sebenarnya. Penderitaan, kesulitan, dan konflik membuka takbir karakter sejati dari orang-orang yang dirangkulnya.

Masalah menunjukkan Kekuasaan Tuhan
Kita perlu mengucap syukur tatkala kita menghadapi masalah karena melaluinya kita melihat kemahakuasaan Allah. Kita mengucap syukur karena melalui masalah yang kita hadapi kita melihat karya-karya Allah yang luar biasa.

Yohanes 9:2-3
Ayat ini mengemukakan pertanyaan para murid tentang keberadaan seorang yang mengalami masalah kebutaan sejak lahir. Tuhan Yesus menyatakan bahwa kebutaan orang tersebut akan menyatakan karya Allah. Di bagian selanjutnya kita melihat bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta tersebut, dan orang tersebut memberikan kesaksian tentang karya Allah kepada orang-orang di sekitarnya.


Beberapa masalah yang kita hadapi pada waktunya akan menunjukkan kekuasaan Tuhan. Tuhan tidak terbatas, kekuasaan-Nya melampaui keterbatasan kita. Melalui masalah-masalah yang kita hadapi kekuasaan Tuhan dinyatakan dan itu menjadi kesaksian yang indah bagi nama Tuhan dalam hidup kita dan orang-orang di sekitar kita.

Keberadaan Allah di dalam hidup kita tidak membuat masalah sirna, melainkan masalah-masalah itu menunjukkan kepada kita kemahakuasaan Tuhan.

2 Korintus 12:7-10
Paulus adalah satu dari sekian orang yang melihat masalah sebagai wadah untuk mengecap kuasa Kristus dalam hidupnya. dalam bagian firman Tuhan ini dinyatakan Paulus punya masalah yang didefinisikan sebagai “duri dalam daging.” Paulus sudah memohon supaya masalah ini diangkat dari padanya, tetapi firman Tuhan menyadarkan dia kebenaran bahwa justru di dalam masalah itu kuasa Tuhan dinyatakan, “justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

Melalui masalah yang kita hadapi, kita akan merasakan kuasa Tuhan yang memenuhi hidup kita. Masalah menghantar kita pada perjumpaan dengan kemahakuasaan Tuhan.

Konklusi
Sebagai suatu komunitas Kristen, sekali lagi, satu tahun ajaran berlalu. Apa yang kita syukuri pada titik ini? Kita bersyukur karena satu tahun ajaran ini kita makin mengenal diri kita, sebagai suatu komunitas, dan kita melihat kuasa Tuhan yang berulang kali dinyatakan dalam tahun ajaran ini. Kita bersyukur karena kita sampai pada penemuan-penemuan itu justru melalui berbagai masalah: penderitaan, kesulitan dan konflik, yang terjadi dalam komunitas ini.

Berada dalam satu komunitas yang terdiri dari banyak orang di dalamnya dan berbagai kontribusi peran di sana (pengurus yayasan, staf, guru, orang tua, siswa, petugas keamanan, petugas kebersihan), satu tahun ajaran ini kita telah mengalami berbagai masalah, dalam lingkup pribadi, satu keluarga, dalam kepanitiaan, ataupun dalam unit kerja yang ada. Beberapa dari kita bergumul dengan kesehatan, mengalami kedukaan, mencari pasangan hidup, relasi suami isteri, kesulitan dalam pengasuhan anak atau penanganan siswa, konflik dalam relasi dengan orang tua, teman atau rekan kerja. Ada yang bergumul dengan target atau tuntutan kerja, yang lain bermasalah dengan loyalitas dan karakter pegawai. Apapun masalah itu, seberapapun penderitaan itu, sedalam apapun kesulitan itu, seluas apapun konflik itu, melaluinya kita makin mengenal karakter diri kita dan orang-orang di sekitar kita, melaluinya kita melihat kekuasaan Tuhan dinyatakan.

Bukankah karena itu kita harus bersyukur?


Mengucap Syukur ditengah Kesusahan Hidup sebab ...
Susah itu ada gunanya - Yohan Candawasa

Kabar Benar Harus Disebar (Kis. 1:1-8)

Pendahuluan
Ada sebuah pementasan topeng di Bali yang mengisahkan pergumulan batin seorang Patih kerajaan bernama Ki Pasek Tangkas Kori Agung yang menerima sepucuk surat dari Dalem I Dewa Ketut Ngulesir (dalem itu adalah raja). Pada pertunjukan itu dijelaskan bahwa seorang Patih itu harus tunduk dan loyal kepada sang Dalem.

www.indonesiakaya.com
Surat tersebut ia terima dari anak tunggalnya yang bernama Kluwung Sakti. Yang membuat sang Patih mengalami pergumulan batin yang hebat adalah karena isi surat itu memerintahkannya untuk membunuh orang yang mengantarkan surat tersebut.

Singkat cerita sang Patih dalam pergumulannya yang berat akhirnya memutuskan untuk membunuh anaknya sendiri  sebagai bentuk loyalitas kepada Sang Dalem, Kemudian dia datang kepada sang Dalem membawa kepala anaknya yang sudah ia bunuh. Sang Dalem sangat terkejut karena Apa yang ia inginkan di dalam surat perintah itu bukankah demikian, bukan membunuh anak sang Patih. Sejenak terjadi kehebohan.

Setelah direkonstruksi, kisah lengkapnya itu kurang lebih seperti ini:
  • Sang Dalem murka karena salah seorang bawaannya melakukan kesalahan fatal. Karena itu ia harus dihukum mati.
  • Sang Dalem menulis sepucuk surat perintah kepada sang Patih untuk membunuh orang yang membawa surat itu.
  • Surat itu diserahkan kepada bawahan tadi untuk dibawa kepada sang Patih.
  • Ketika bawahan tersebut yang membawa surat sampai di rumah sang Patih, tuan rumah sedang tidak ada ditempat. karena itu surat itu dititipkan kepada anaknya Kluwung Sakti. Lalu si bawahan kembali ke rumahnya.
  • Kluwung Sakti sempat buka surat itu dan lihat isi suratnya, tapi dia buta huruf, mungkin karena malas belajar, jadi dia tidak mengerti isi surat tersebut.
  • ketika sang Patih pulang, anaknya menyerahkan surat itu kepadanya.
  • Sang Patih yang menerima surat itu tidak menelusuri lagi kronologis sampainya surat itu ke dia. Dan tidak menalar lagi isi suratnya.
  • Dan kemudian terjadilah seperti peristiwa di atas.

Sang narator pertunjukan topeng tersebut kemudian memberikan kesimpulan: rupanya loyalitas itu perlu diikuti dengan nalar atau akal budi ketika mencerna setiap hal.

Peralihan
Bukan hanya taat pada satu pesan, tetapi lebih daripada itu pesan itu harus jelas, pasti dan benar seperti maksud sang pemberi pesan.

Dalam bacaan kita pada pagi hari ini, kita melihat upaya dari sang penulis Kisah Para Rasul yaitu Lukas. Untuk menjelaskan dengan gamblang sebuah pesan yang harus diteruskan dari generasi ke generasi. Sebuah pesan yang sama dengan tema kita pada pagi hari ini yaitu itu berita pertobatan dan pengampunan untuk segala bangsa. Berita Injil untuk segala bangsa.

Menciptakan kebutuhan pendengar
Saudara yang dikasihi Tuhan, bagaimana kamu yakin bahwa berita tentang Yesus, kematian dan kebangkitan-Nya adalah berita yang benar? Dan apa dasar yang mewajibkan kita meneruskan berita yang kita dengar itu kepada orang lain?

Jadi setelah khotbah ini selesai paling tidak ada dua keyakinan yang kita punya: pertama, Kita yakin bahwa berita tentang Yesus, kematian dan kebangkitan-Nya, adalah berita yang benar. Kedua, Kita yakin bahwa kita diminta untuk meneruskan berita itu kepada orang lain.

Poin pertama: berita tentang Yesus adalah berita yang benar.

Dr. Zakir Naik adalah salah satu dari sekian banyak orang yang menyatakan bahwa berita tentang kematian dan kebangkitan Yesus adalah berita yang tidak benar.

Jauh sebelum Dr. Zakir Naik ada, sebelumnya ada seorang dokter bernama Lukas menuliskan dengan jelas dan teratur mengenai kisah Yesus, untuk menunjukkan bahwa ajaran, karya, kematian dan kebangkitan Yesus adalah kisah yg benar.

Konteks
Mari kita buka Injil Lukas 1:3-4, “karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya secara teratur bagimu, supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.

Lukas menulis 2 buku. Buku yang pertama adalah Injil Lukas yang berisi tentang apa yang Yesus kerjakan dan ajarkan. Buku yang kedua adalah Kisah Para Rasul yang berisi tentang bagaimana berita tentang karya Yesus tersebut menyebar dari Jerusalem sampai ke ujung bumi.

Paling  tidak ada dua bukti paling sah, yang menunjukkan bahwa kisah Yesus adalah kisah yang benar.
  1. Kisah Yesus ditulis dengan detil, lengkap, dan teratur oleh orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Faktanya, bahkan kisah tentang Yesus juga terekam dalam tulisan-tulisan sastrawan sejarawan yang bukan Kristen. Ada sastrawan Yunani, sejarawan Yahudi dan Romawi, mereka menulis tentang Yesus. Sebuah kebohongan tidak mungkin detil, lengkap, teratur dalam semua aspek nya.
    1. Dalam Kisah Para Rasul 1 ayat 3 dinyatakan, “kepada mereka Ia menunjukkan dirinya setelah penderitaannya selesai dan dengan banyak tanda ia membuktikan bahwa ia hidup. Selama 40 hari Ia berulang-ulang menampakan diri dan berbicara kepada mereka tentang Kerajaan Allah.” Yesus menampakan diri bukan cuman sekali tetapi berulang kali, bukan hanya 1 hari tetapi selama 40 hari.
    2. Dari Surat I Korintus diketahui bahwa Yesus menampakkan diri kepada 500 orang sekaligus. “Sesudah itu Ia menampakkan diri kepada lebih dari lima ratus saudara sekaligus; kebanyakan dari mereka masih hidup sampai sekarang, tetapi beberapa di antaranya telah meninggal.” (1Kor 15:6).
Ilustrasi
Coba bandingkan dengan berita bohong yang disebarkan oleh Ibu Ratna Sarumpaet tentang penganiayaan dirinya. Siapa saksi penganiayaannya? hanya dia. Apakah ada bukti-bukti dukungan yang lain? Tidak ada! Polisi menyelidiki CCTV bandara di mana dilaporkan penganiayaan itu, pemesanan tiket pergi maupun pulang juga tidak ada. Polisi justru menemukan transaksi keuangan di RS Bina Estetika, Menteng, Jakarta Pusat.

2.            Bukti sah ke-2 bahwa kisah Yesus adalah kisah yang benar karena para pembawa pesan tersebut rela dianiaya demi kesaksian mereka. Kisah para rasul adalah kitab yang berisi kisah-kisah orang yang dianiaya karena menyampaikan injil tentang Yesus Kristus. Jika kita membaca kitab ini itu dipenuhi dengan kisah anak-anak Tuhan yang dibunuh disiksa keluar masuk penjara karena mereka menyampaikan berita tentang keselamatan di dalam Kristus. Bahkan kitab kisah para rasul ditutup dengan Kisah Rasul Paulus yang terus memberitakan Kerajaan Allah dan kisah Yesus di dalam tahanan rumah.

Ilustrasi
Coba kalian pilih berdasarkan akal sehat mana dari dua orang ini yang memberikan kesaksian yang benar. Orang pertama datang ke kamu menyatakan suatu pesan dan dia katakan bahwa pesan itu benar jika kamu tidak percaya pesannya maka kamu akan dibunuh. Orang kedua datang ke kamu menyatakan suatu pesan dan dia katakan bahwa pesannya itu benar dan bahkan dia rela dibunuh demi mempertahankan kebenaran dari pesannya itu. manakah yang pesannya pasti benar? Itulah perbedaan antara teroris dan rasul. Teroris akan mengancam kamu bahkan membunuh kamu jika kamu tidak percaya apa yang mereka katakan, sedangkan Rasul rela dianiaya demi membuktikan bahwa apa yang mereka katakan adalah benar.

Simpulan
Injil tentang Yesus Kristus yaitu ajarannya kisah hidupnya kematiannya dan kebangkitannya adalah kisah yang benar. Kisah itu ditulis dengan teliti, dengan saksama, kisahnya direkam dengan jelas oleh tulisan para rasul bahkan juga dimuat dalam tulisan-tulisan orang-orang yang bukan Kristen. Kisah Yesus yang berisi karya pengampunan yang menuntut pengorbanan adalah kisah yang benar karena untuk kisah itu banyak orang yang rela mati dari generasi ke generasi demi demi mempertahankan bahwa apa yang mereka saksikan adalah suatu kebenaran.

Tidak pernah ada kebohongan yang jelas, detil, teratur, dan seksama. Dan tidak ada yang rela mati untuk suatu kebohongan. Karena itu yakinlah bahwa berita pertobatan dan pengampunan di dalam Yesus Kristus adalah berita yang benar.

Peralihan ke poin 2
jika berita tentang Yesus Ini adalah berita yang benar bahwa memang ada pengampunan dosa di dalam karya Kristus, maka ini adalah berita yang paling indah berita yang menjawab pergumulan dasar kehidupan manusia, berita yang bukan hanya berdampak pada hidup di dunia tetapi kehidupan kekal. Maka bukankah berita ini harus disebarkan?

Ilustrasi
Ada kisah seorang pemain biola terkenal bernama Fritz Kreisler (1875-1962) dari Austria. Sebelum kita dengar kisahnya mari kita lihat salah satu permainan biolanya dalam video berikut.

Fritz Kreisler pada usia 10 tahun ia sudah mengguncang dunia dengan permainan biolanya. Ia meraih banyak penghargaan sejak usia tersebut.

Seorang maestro, Fritz Kreisler mempunyai banyak koleksi biola tetapi ada satu biola yang sangat bernilai baginya dibanding biola biola lainnya. Bukan hanya karena biola ini mempunyai suara yang bagus tetapi juga karena ada kisah yang menakjubkan bagaimana ia mendapatkan biola tersebut.

Suatu hari ketika Fritz kreisler mencari benda-benda berharga di toko kuno, ia mendengar seorang memainkan biola yang kualitas suaranya mengagumkan. Kemudian dia bertanya ke pemilik toko apakah dia bisa membeli biola itu. Namun karena harganya sangat mahal dia tidak sanggup membelinya kemudian dia kembali.

Setelah mengumpulkan cukup uang dia kembali lagi ke toko tersebut untuk membeli biola itu, namun sang pemilik biola mengatakan bahwa biola tersebut sudah dijual ke salah satu kolektor benda-benda antik. Fritz kreisler mencari tahu nama dan alamat sang kolektor. kemudian yang mengunjungi rumahnya.

Fritz kreisler berusaha membujuk kolektor tersebut untuk mau menjual biola itu. Dia bahkan sampai beberapa kali mendatangi rumah sang kolektor. Tetapi sang kolektor tidak bergeming, Ia bersikeras untuk tidak menjual biola tersebut, kan dia sudah siapkan media kaca untuk tempat-tempat memajang biola tersebut.

Fritz kreisler yang sudah putus asa membujuk kemudian meminta untuk terakhir kalinya kepada sang kolektor untuk ia diizinkan memainkan biola itu sekali saja sebelum dimasukkan dalam lemari kaca untuk dipajang. di dalam kesaksiannya dia mengatakan bahwa ia memainkan biola itu seperti seorang yang sudah dijatuhi hukuman mati yang berusaha untuk selamat dari hukuman itu.

Permainan biolanya hari itu sangat luar biasa membuat hati Sang kolektor itu sangat tersentuh emosinya campur aduk. Dia mengeluarkan kalimat begini, “Aku tidak punya hak untuk menyimpannya untuk diriku sendiri,” serunya. “Ini milikmu, Tuan Kreisler. Bawa ke dunia, dan biarkan orang-orang mendengarnya.”

Fritz Kreisler  menerima biola itu dengan menangis terharu. Dia dia membayar biola itu 10000 dolar, sama dengan harga yang dibayarkan oleh sang kolektor kepada pemilik toko barang antik.

Point kedua: berita tentang Yesus adalah berita indah yang harus disebar.

kisah tentang Yesus adalah kisah indah yang membawa kehidupan yang tidak mungkin untuk bisa disimpan sendiri karena itu harus disebarkan supaya semakin banyak orang yang mengalami kehidupan yang diubahkan.

Konteks
Dalam Kisah Para Rasul 1:8 dinyatakan, “tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Jika kita mengizinkan Roh Kudus berkuasa dalam kehidupan kita, maka Ia akan membentuk kita menjadi saksi yang penuh kuasa.

Dalam Roma 1:14-15, Paulus berkata, “Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.”

Paulus bahkan merasa seperti orang yg berhutang kepada orang lain yang kepadanya ia harus beritakan Injil.

Memberitakan Injil bukan berarti pergi ke pedalaman, pergi meninggalkan negara ke tempat-tempat yang sulit dan mengancam. memberitakan Injil berarti menyaksikan Kristus di dalam hidup kita dimanapun kita berada. Keberhasilan memberitakan Injil bukanlah ketika ada 1 orang atau 2 orang yang memutuskan menjadi orang Kristen sungguh-sungguh karena mendengarkan pemberitaan injil dari kita. Bukan itu.

Keberhasilan pemberitaan Injil adalah ketika orang bisa melihat ada Kristus dalam hidup kita. Kehadiran Kristus dalam hidup kita membuat hidup kita berbeda dengan orang-orang lain. Hal itu membuat orang tertarik datang kepada Kristus. Ada rasa haus di dalam diri orang tersebut untuk mengenal siapa itu Kristus yang bisa membuat perbedaan di dalam kehidupan kita.

Ilustrasi
Suatu waktu ada seorang salesman mobil datang kepada manajernya dengan rasa penuh dengan kegagalan. Ia merasa gagal karena ada begitu banyak orang yang ingin membeli mobil yang mereka pasarkan, namun stok yang ada di galeri mereka hanya sedikit. Dia memberikan gambaran kepada manajernya seperti hal itu seperti membawa segerombolan kuda ke tempat minum tetapi tidak bisa memberinya minum. Manajernya yang punya pengalaman dan bijaksana memberi nasehat bahwa sesungguhnya ia tidak gagal. Tugasnya adalah membuat pelanggan itu haus akan produk mereka, bukan menjual produk tersebut.


Simpulan
Tugas kita dalam penginjilan bukankah membuat orang bertobat karena pertobatan itu adalah karya Tuhan sendiri. Tugas kita adalah membuat orang haus akan Kristus tatkala melihat hidup kita berbeda karena Kristus ada dalam hidup kita.

Ujung bumi adalah tempat dimana kita berada saat ini. Dimana kita berada disitulah kita menampilkan kehidupan yang taat yang dekat kepada Kristus sehingga orang lain tertarik untuk datang kepada Kristus.

Ketika mereka melihat hidup kita dalam kesulitan tetapi kita tetap percaya, tetap bersukacita, tidak putus asa, maka mereka akan tertarik kepada Kristus. Ketika orang tuamu melihat bahwa anak-anak mereka begitu dekat dengan Tuhan, rindu akan Tuhan, memuliakan Tuhan dalam hidup mereka, maka mereka yang mungkin saat ini jauh dari Tuhan akan tertarik untuk datang kembali kepada Tuhan melalui kesaksian hidupmu.

Download Powerpoint disini

Apakah Saya Harus Mencintai Diri atau Membenci Diri saya? (2Tim.3:1-4; Amsal 19:8)

Bolehkah mencintai diri sendiri? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya akan menceritakan dengan singkat sebuah kisah dalam Mitologi Yunani.

Pelajaran dari Motologi Narcissus[1]
Dalam mitologi Yunani, ada kisah cinta yang mengharukan antara peri Echo dan Narcissus. Narcissus adalah peri tampan yang menolak banyak cinta peri lainnya. Salah satunya adalah Echo.

Echo adalah seorang peri cantik yang dihukum oleh Dewi Hera. Echo hanya bisa mengulangi beberapa kata terakhir dari perkataan orang lain. Echo ditolak dan direndahkan oleh Narcissus.
Karena begitu mempesonanya, Narcissus disukai, bukan hanya oleh peri wanita, tetapi juga peri laki-laki. Salah satu peri itu bernama Ameinius, ia adalah salah satu pengagum yang paling bersemangat di masa muda dan tanpa henti bersaing merebut perhatian Narcissus. Tetapi, apa yang dilakukan Narcissus? Peri sombong menanggapinya dengan mengirimkan pedang kepada Ameinius dan memberitahunya untuk membuktikan kekagumannya.
Ameinius tidak tahu bagaimana lagi untuk membuktikan kekagumannya, ia memutuskan untuk menusukkan pedang ke dalam hatinya, melakukan bunuh diri untuk menunjukkan cintanya. Saat dia terbaring sekarat, dia memohon para dewa untuk menghukum Narcissus yang tak berperasaan.
https://www.ancient.eu/Narcissus/
Dewi Artemis yang menandai perilaku Narcissus yang buruk, memberinya kutukan. Dewi Artemis membuat Narcissus jatuh cinta, tetapi jenis cinta yang tidak dapat dipenuhi.
Suatu ketika Narcissus hendak minum di suatu sungai dia melihat pantulan wajahnya di dalam air dan ia menjadi jatuh cinta pada wajahnya sendiri. Karena begitu terobsesi akhirnya bunuh diri di tepi sungai itu. Dan ditempat darahnya tertumpah tumbuhlah bunga Narsis.
https://www.ancient.eu/Narcissus/
Dari mitos tersebut tergambar definisi Cinta Diri sebagai obsesi yang tidak akan pernah terpuaskan. seorang yang mencintai dirinya, maka ia tidak akan mendapatkan kepuasan dari cinta itu. sebaliknya, Cinta itu menghancurkannya. Jadi kembali ke pertanyaan awal, bolehkah mencintai diri sendiri?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mari kita membuka bagian Alkitab dari 2 Timotius 3:1-4.

Mencintai Diri Sendiri adalah Tanda Kebobrokan Zaman Akhir (2Timotius 3:1-4)
            Paulus menyatakan dalam surat 2 Timotius bahwa cinta diri merupakan salah satu ciri dari manusia zaman akhir yang memberontak terhadap Allah. Pada bagian yang kita baca, didaftarkan beberapa ciri manusia yang memberontak terhadap Allah, sebagai berikut:
mencintai dirinya sendiri (philautos), menjadi hamba uang (philarguros), membual, menyombongkan diri, pemfitnahberontak terhadap orang tua, tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik (aphilagathos), suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, menuruti hawa nafsu (philÄ“donos), (tidak) menuruti Allah (philotheos).             Seorang penafsir mengatakan bahwa cinta diri merupakan ringkasan dari seluruh karakteristik di atas. Cinta diri (philautos - pertama disebut) yang kontras dengan Cinta Allah (philatheos - terakhir disebut).[2]
            Saudara-saudara yang dikasihi Tuhan, bolehkah mencintai diri? sekali lagi jangan terburu-buru menjawab. Sebelum mencoba menjawabnya, saya mengajak saudara melihat satu fenomena berkembang beberapa waktu belakangan ini.

Pelajaran dari fenomena Sologamy
            Apa itu poligami? Seorang pria yang menikah dengan lebih dari satu wanita dalam satu rumah tangga. Apa itu poliandri? Seorang wanita yang menikah dengan lebih dari satu pria dalam satu rumah tangga.[3] Apa itu monogami? pernikahan satu pria dan satu wanita dalam satu rumah tangga. Lalu apa itu sologami?
            Sologami adalah fenomena menikah dengan diri sendiri. Saya sendiri tidak setuju dengan konsep pernikahan yang digaungkan oleh para praktisi sologami, karena pernikahan dalam pandangan Kristen punya elemen sakral dan prinsipnya diatur di dalam Alkitab. Akan tetapi ada poin yang menarik dari cara pandang praktisi sologami melihat diri mereka.
            Mari kita lihat video berikut: sologamy-40-year-woman-marries-tired-waiting-mr-right.[4] 
Beberapa konsep yang positif dari praktisi Sologamy:
1.    melawan pandangan umum bahwa seseorang tidak utuh (enough) jika tidak punya pasangan (suami/isteri).
2.    menghargai atau mengasihi diri merupakan pondasi untuk mengasihi orang lain.

Jadi bolehkah mencintai diri sendiri? Mari kita lihat bagian lain Alkitab yang membicarakan tentang cinta diri. Mari kita buka Amsal 19:8.

Mencintai Diri Sendiri adalah wujud nyata seorang yang mempunyai hikmat (Amsal 19:8)

Puisi di Amsal 19:8 menyatakan:

Siapa memperoleh akal budi,             mengasihi dirinya;
siapa berpegang pada pengertian,     mendapat kebahagiaan.

Jika seseorang berakal budi dan punya pengertian, maka ia akan mengasihi dirinya dan berbahagia. Sebaliknya jika seseorang tidak berakal budi dan tidak mengerti, maka ia tidak mengasihi diri dan tidak bahagia. Apakah saudara seorang yang berakal budi? Maka seharusnya saudara mengasihi diri saudara.
Efesus 5:29 menyatakan, “Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.”

Balik lagi ke pertanyaan awal: bolehkah mencintai diri sendiri? Mengapa kecintaan terhadap diri membawa kita pada dua sikap yang nampak saling bertentangan: jangan mencintai dirimu sekaligus cintai dirimu? Mengapa ada paradoks dalam Cinta terhadap Diri?

Penyelesaian Paradoks Cinta Diri
            Dalam pencarian saya, saya dicerahkan oleh tulisan John Stott, yang pernah dimuat di Christianity Today, salah satu literatur Kristen yang didirikan oleh Billy Graham, yang berpengaruh di Amerika bahkan mungkin di dunia. Dalam tulisannya “Am I supposed to love myself or hate myself?” John Stott menyatakan bahwa keberadaan diri manusia merupakan akibat dari peristiwa penciptaan (result of the Creation) dan peristiwa kejatuhan (result of the Fallen)
            Bagian diri yang tidak boleh dicintai adalah fallen self, sebaliknya bagian diri yang harus dicintai adalah creation self. Fallen self harus dibuang jauh-jauh, disingkirkan dan disalibkan setiap hari. Sedangkan Creation self harus dicintai, dirangkul dan ditumbuhkan dari hari kehari. Creation Self itulah buah Roh yang harus ditumbuhkan dalam diri kita: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.


Download powerpoint disini







[1]Nick Pontikis dalam ECHO & NARCISSUS: A SAD LOVE STORY di website http://mythman.com/echo02.html. Bandingkan dengan tulisan Mark Cartwright dalam Narcissus di website https://www.ancient.eu/Narcissus/. Menurut Mark, kisah kutukan Dewi Artemis terhadap Narcissus berbeda dari mitos aslinya.
[2]The whole list of characteristics that portrays the human mind can be reduced to one contrast: love of self instead of love of God. In between those two, Paul gives us a list consisting of seventeen vices that merit individual consideration (http://www.bible-commentaries.com/source/johnschultz/BC_2_Timothy.pdf)
[3]Poliandri pernah dipraktekkan oleh kaum perempuan di dataran tinggi Himalaya, sebelah Utara India (https://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/12/10/14/mbvocb-inilah-lima-tempat-di-dunia-yang-didominasi-perempuan)

RELIABILITY OF THE BIBLE (APAKAH ALKITAB BISA DIANDALKAN?) - Fokus pada Perjanjian Baru


KRITERIA TEKS DAPAT DIANDALKAN
                Sebuah teks sejarah dapat diandalkan artinya teks tersebut telah disalin dengan benar dan akurat dan dipelihara dengan setia dari waktu ke waktu.[1] Menurut C. Sanders dalam Introduction to Research in English Literary History, suatu teks dapat diandalkan secara historis apabila telah melewati tiga test, yaitu: tes bibliografi, tes bukti internal dan tes bukti eksternal.[2]Keandalan dari teks Alkitab juga melewati tes yang sama, yang diterapkan terhadap teks sejarah lainnya.[3]

TES BIBLIOGRAFI
Tes bibliografi adalah pemeriksaan transmisi suatu dokumen hingga mencapai kita kini. Dengan kata lain, tanpa dokumen asli, seberapa andalnya salinan yang kita miliki dalam hal jumlah manuskrip dan interval waktu antara dokumen asli dan salinan yang ada?[4]
Teks asli dari Alkitab telah hilang, namun sebelum hilang, mereka telah disalin. Salinan ini sangat akurat, sangat teliti, dan sangat tepat. Orang-orang yang menyalinnya sangat didedikasikan kepada Tuhan dan tugas penyalinan yang mereka lakukan. Mereka sangat berhati-hati saat menyalin naskah asli. Metode penyalinan ini sangat tepat, dan sangat presisi, bahwa Perjanjian Baru saja dianggap 99,5% murni secara tekstual.[5]
Jika dibandingkan dengan dokumen kuno lainnya, teks Perjanjian Baru sangat kaya secara bibliografi. Sebagai contoh, ada sepuluh salinan karya Julius Caesar, yang paling awal dari 1.000 tahun setelah ia menulis, dengan tidak ada cara untuk mengetahui seberapa baik salinan tersebut mewakili aslinya. Ada delapan salinan karya sejarawan Herodotus, yang paling awal dari 1400 tahun setelah ia menulis. Para arkeolog telah menemukan 643 salinan manuskrip dari karya-karya Homer, yang memungkinkan kita memiliki keyakinan 95 persen dalam teks aslinya. Untuk Perjanjian Baru, saat ini ada lebih dari 5.000 manuskrip, dengan salinan paling awal di mana saja dari 200 hingga 300 tahun kemudian, dan beberapa kurang dari 100 tahun kemudian. Ini memberi kepercayaan yang lebih dari 99 persen pada isi teks asli.[6]
Perjanjian Baru memiliki lebih dari 5000 manuskrip dalam bahasa Yunani dengan rincian sebagai berikut:  Papyrus = 116; Majuscule MSS = 310; Minuscule MSS = 2877; Lectionary MSS = 2432; sehingga Total 5735.[7] Semua manuskrip tersebut mengandung secara bersama semua bagian dari kitab-kitab Perjanjian Baru.[8]

Sumber: Evidence that Demands a Verdict pg. 48.
  
John Warwick Montgomery mengatakan bahwa, “menjadi skeptis terhadap manuskrip-manuskrip Perjanjian Baru akan membuat semua klasik kuno menjadi tidak jelas, karena tidak ada dokumen dari periode kuno yang dibuktikan secara bibliografi seperti dokumen Perjanjian Baru.[9]
Berikut beberapa catatan para ahli tentang kesalahan salinan dari teks Perjanjian Baru:
1.       Norman Geisler menyatakan cara perhitungan varian tekstualnya ambigu karena sebuah kata tunggal yang salah eja di 3.000 manuskrip berbeda, dihitung sebagai 3.000 varian atau bacaan.[10]
2.       Philip Schaff, dalam Comparison to the Greek Testament and the English Version, menyimpulkan bahwa hanya 400 dari 150.000 perbedaan tulisan (varian) dalam manuskrip-manuskrip PB yang ditemukan menyebabkan keraguan tentang makna tekstual dan hanya 50 di antaranya yang sangat penting. Lalu tidak satu pun dari variasi ini yang mengubah penyataan iman atau ajaran dasar Kristiani.[11]
3.       Frederic Kenyon menekankan bahwa kesalahan tekstual ini tidak membahayakan doktrin. Tidak ada doktrin iman Kristen yang berasal dari teks yang diperdebatkan.[12]

TES BUKTI INTERNAL
            Para penulis kitab-kitab PB menulis sebagai saksi mata langsung atau informasi first-hand:[13]
v  Lukas 1:1-4, “Teofilus yang mulia, Banyak orang telah berusaha menyusun suatu berita tentang peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di antara kita,seperti yang disampaikan kepada kita oleh mereka, yang dari semula adalah saksi mata dan pelayan Firman.Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya dengan teratur bagimu,supaya engkau dapat mengetahui, bahwa segala sesuatu yang diajarkan kepadamu sungguh benar.”
v  2 Petrus 1:16, “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya.”
v  Kis. 2:22; 26:24-26; Yoh. 19:35; Luk. 3:1;

TES BUKTI EKSTERNAL
Dr. Rick Cornish menyatakan bahwa paling tidak ada tiga poin dimana arkeologi mengkonfirmasi kebenaran catatan Perjanjian Baru: validasi materi Lukas, keberadaan Yesus, dan peristiwa penyaliban-Nya:[14]
1.      Lukas menulis Kisah Para Rasul sebagai sebuah sejarah dari gereja mula-mula yang melaporkan penyebaran Injil dari Yerusalem ke Roma. Dalam prosesnya, ia mengidentifikasi tokoh-tokoh politik dan jabatan jabatan mereka dalam ketatanegaraan pemerintahan yang berbeda. Para ahli pernah meragukan data-data Lukas karena nama-nama dan jabatan jabatan tokoh-tokoh tersebut tidak dapat ditemukan dalam catatan-catatan kuno. Tetapi temuan arkeologi kemudia justru telah berulang kali membenarkan catatan Lukas. Misalnya:

  • a.      Catatannya mengenai persidangan Paulus di hadapan Gallio, prokonsul dari Akaya (Kisah Para Rasul 18:12-17), pernah ditolak sebagai data yang tidak historis. Tetapi melalui sebuah temuan arkeologi berupa pesan yang ditemukan di Delphi, dapat diketahui bahwa tanggal pada pesan itu mengacu ke masa keberadaan Paulus di Korintus yang menyebutkan nama tokoh itu dan jabatannya.
  • b.      Para sejarawan juga pernah menolak referensi Lukas mengenai Lisanias, raja dari Abilene (Lukas 3:1), karena mereka tidak memiliki catatan lain mengenai dia. Tetapi catatan mengenai sebuah Kuil yang ditemukan kemudian telah mengidentifikasikan dirinya dengan nama dan jabatan pada kedudukan yang tepat.
  • c.      Kesaksian Lukas telah menjadi bagian yang mengkonfirmasikan rincian rincian lainnya, misalnya kesatuan militer, rute-rute perjalanan, keterkaitan peristiwa demi peristiwa dengan penguasa politik, dan ungkapan-ungkapan lazim, yang hanya dipergunakan pada masa yang sesama dengan Lukas.
2.      Beberapa orang telah salah menduga bahwa Yesus tidak teridentifikasi dalam catatan-catatan sejarah lainnya di luar Alkitab. Ternyata Ia disebutkan oleh Tacitus, Suetonius dan Lucian. Tacitus adalah seorang sejarawan yang tinggal di Roma pada tahun 55-120 M. Dalam laporannya tentang Nero, si pendakwa orang-orang Kristen, pada peristiwa terbakarnya kota Roma, ia tiga kali mengacu kepada Kristus. Pada awal abad ke-2,Suetonius adalah sekretaris dari raja Hadrian (117-138 M). Ia menulis bahwa Claudius mengusir orang-orang Yahudi dari Roma pada tahun 49 masehi karena mereka menyulut terjadinya suatu kerusuhan dan sempat disebutkan tentang seseorang bernama “Chrestus,” yang berkesesuaian dengan kesaksian Lukas di dalam Kisah Para Rasul 18:2, tentang kedatangan Akwila dan Priskila di Korintus. Selanjutnya, Lucian menulis humor politik dengan mencela seseorang yang tersalibkan, yang disembah oleh orang-orang Kristen. Ia menggambarkan kepercayaan-kepercayaan dari orang-orang Kristen itu dengan akurat dan perilaku dari “orang Kudus yang tersalibkan,” ini.
3.      Penyaliban Yesus dapat dikaitkan dengan perintah Claudius (41 sampai 54 Masehi), berupa larangan mengganggu tempat pemakaman atau memindahkan mayat-mayat di sana, telah ditemukan di Nazaret pada tahun 1878. Ia memerintahkan hukuman mati kepada orang-orang yang melanggar larangan itu. Apakah yang telah memprovokasi sang penguasa dari kekuatan terbesar di dunia itu, sehingga mengharuskan hukuman mati untuk kejahatan sekecil ini? kita hampir tidak dapat membayangkan alasan-alasan lahir diluar penyelidikannya bahwa kerusuhan yang disulut oleh orang-orang Yahudi berkaitan dengan “Chrestus.”  Claudius telah mempelajari bahwa kerusuhan semacam ini dapat terpicu oleh kepercayaan orang-orang Kristen mengenai kebangkitan Yesus. Ia tidak akan membiarkan desas-desus itu muncul kembali dan mengacaukan perdamaian. Kemungkinan ini telah diantisipasi,terutama ketika orang-orang Yahudi dari semula telah berargumen bahwa murid-murid Yesus bermaksud akan mencuri tubuhNya dari dalam kubur (Matius 28:12-13).
Daftar penemuan-penemuan lainnya yang meneguhkan perjanjian baru meliputi tempat-tempat geografis, orang-orang dan jabatan jabatan, koin-koin, dan deskripsi kebudayaan. Tidak satupun dari penemuan arkeologi itu yang berkontradiksi dengan perjanjian baru. Jika orang orang skeptis menolak nya dengan alasan kurangnya dukungan arkeologi, maka tuntutan mereka akan kekonsistenan itu akan menghilangkan juga hampir seluruh catatan kuno lainnya.[15] Dengan kata lain, jika menganggap bahwa catatan Alkitab tidak historis, maka hampir seluruh catatan kuno juga tidak historis.


Download Powerpoint disini



SUMBER

BUKU    :
Josh McDowell, Evidence that Demands a Verdict: Historical Evidences for the Christian Faith.
Metzger, Bruce M. TheText of the New Testament: Its Transmission, Corruption and Restoration.
Cornish, Rick. 5 MenitApologetika.

WEBSITE :
https://www.bethinking.org/jesus/ancient-evidence-for-jesus-from-non-christian-sources)



[2]Seperti yang dikutipolehJoshMcDowelldalamEvidence that Demands a Verdict: Historical Evidences for the Christian Faith. Hal. 43.
[3] Ibid.                         
[4] Ibid.
[5]https://carm.org/is-the-bible-reliable. Norman Geislermenyatakan 98,33%sesuaisecaratekstualdenganteksasli (Evidence that Demands. Hal.45.)
[6]https://www.gotquestions.org/Bible-reliable.html.Karya Homer berjudulIlliadberasaldarisekitar 800 SM danmemilikilebihdari 600 salinan yang masihada. Salinan paling awalberasaldariabad ke-2 Masehi, kira-kirasatu millennium setelahtulisanaslinya. (Cornish, Rick. 5 MenitApologetika. Hal. 66.)
[7] Metzger, Bruce M. TheText of the New Testament: Its Transmission, Corruption and Restoration. Hal.50.
[8]Seperti yang dikutipolehJoshMcDowelldalamEvidence that Demands. Hal.47.
[9] Evidence that Demands. Hal.47.
[10] Ibid.Norman GeisleradalahProfesorSystematic Theology di Dallas Theological Seminary (1979-1988).
[11] Ibid. Hal. 44. Philip Schaffadalahseorangprofesordi Union Theological Seminary, New York City pada 1870
[12] Ibid. Hal.45.Sir Frederic George Kenyon was a British paleographer and biblical and classical scholar
[13]Ibid. Hal.64.
[14]5 MenitApologetika. Hal. 68-70.Josh McDowell jugamenyatakanbahwasalahsatureferensihistorislainnyadari Lukas adalah "Lysanias Tetrarch of Abilene" (Lukas 3: 1) padaawalpelayananYohanesPembaptispadatahun 27 M. Satu-satunyaLysanias yang dikenalolehsejarawankunoadalahseorang yang terbunuhdalam 36 SM. Namun, sebuahprasasti yang ditemukan di dekatDamaskusberbicaratentang "Freedman of Lysanias the Tetrarch" dantanggalantara 14 dan 29 M (Evidence that Demands. Hal.74).Bukti yang ditemukanmelalui Tacitus dan Lucian jugadapatdilihatpadatulisanMichaelGleghorndenganjudulAncient Evidence for Jesus from Non-Christian Sources (https://www.bethinking.org/jesus/ancient-evidence-for-jesus-from-non-christian-sources)
[15] Ibid. hal. 70.

Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: