Penderitaan tidak dapat
dipisahkan dari panggilan orang percaya. Dan tentu saja karena menghindari
penderitaan itu, tidak sedikit orang percaya hidup jauh dari jalan
panggilannya. Salah tokoh Alkitab yang sempat undur dari jalan panggilan adalah
Elia. Di ayat 9 dan 13, Allah bertanya, “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”
Pertanyaan ini mendorong Elia berefleksi mengenai panggilan (kerja) dan
keberadaannya (di sini): apakah ia berada di ‘tempat’ dimana seharusnya ia
dipanggil? Elia adalah seorang Nabi yang dipanggil untuk bekerja segiat-giatnya
menyatakan firman Tuhan di tengah-tengah bangsanya yang meninggalkan Tuhan dan
menyembah berhala. Tetapi mengapa ia berada,
lebih tepatnya bersembunyi, dalam sebuah gua? Bukankah seharusnya ia berada
ditengah-tengah bangsanya
menyampaikan firman?
Jawaban Elia atas pertanyaan
Tuhan menunjukkan apa yang menjadi kegelisahan hatinya. Ia merasa sendiri dan
takut kehilangan nyawanya karena Izebel, ratu Israel, berencana hendak
membunuhnya (19:1-3). Ketakutan akan ancaman pembunuhan ini yang membuat Elia
meninggalkan jalan panggilannya.
Karya
Tuhan melalui Angin besar dan kuat, gempa serta api (ay.11-12) menunjukkan
kekuatan kuasa Allah yang melampaui kekuatan kuasa para penganiaya. Allah telah
mempersiapkan penghukuman bagi para penganiaya pada waktunya (Hazael, Yahu dan
Elisa, ay. 15-17). Jalan penderitaan memang membuat banyak orang meninggalkan
jalan Tuhan, namun jalan itu tidak pernah kehabisan orang karena masih ada 7000
orang pada saat itu yang setia pada jalan Tuhan (ay. 18). Oleh karena itu Elia
tidak perlu gentar menghadapi ancaman dan tak perlu merasa sendiri.
Allah
memerintahkan Elia “… kembalilah ke jalanmu, …” Kembali hidup di jalan
panggilan itu. Ada kuasa Allah dan kehadiran sesama orang percaya yang
memberikan kekuatan, perlindungan, pemeliharaan dan penghiburan yang meneguhkannya
di jalan panggilan menghadapi berbagai ancaman penderitaan.
Pertanyaan Allah kepada Elia juga
senantiasa diarahkan kepada kita untuk mengajak kita mengevaluasi apakah jalan
kita masih di jalan panggilan itu, atau sudahkah menjauhinya karena enggan
menderita. Seorang yang ingin hidup setia dalam jalan panggilannya harus rela
meninggalkan kenyamanan dan keamanan semu demi panggilannya. Allah berkuasa
memelihara hambaNya di dalam berbagai penderitaan karena jalan panggilan itu.
Memang setiap
orang yang mau hidup beribadah di
dalam Kristus Yesus
akan menderita
aniaya (2Tim. 3:12)
1.
Bagaimana
zona nyaman dan aman menghalangimu
menjalani panggilan Tuhan?
2.
Apa
yang rela saudara korbankan demi panggilan Tuhan? Dan apa yang sulit saudara
korbankan jika jalan panggilan menuntut itu?