Laman

Kembalilah ke Jalanmu (1Raja-raja 19:9-18)

            Dalam bukunya “The Mission of God’s People,” yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Literatur Perkantas dengan dengan judul Misi Umat Allah, Christopher Wright menyatakan, “yang jelas tak terhindarkan ialah bahwa penderitaan adalah suatu bagian integral dari hidup banyak orang dalam Alkitab yang setia kepada panggilan Allah dan misi mereka.”

Penderitaan tidak dapat dipisahkan dari panggilan orang percaya. Dan tentu saja karena menghindari penderitaan itu, tidak sedikit orang percaya hidup jauh dari jalan panggilannya. Salah tokoh Alkitab yang sempat undur dari jalan panggilan adalah Elia. Di ayat 9 dan 13, Allah bertanya, “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?” Pertanyaan ini mendorong Elia berefleksi mengenai panggilan (kerja) dan keberadaannya (di sini): apakah ia berada di ‘tempat’ dimana seharusnya ia dipanggil? Elia adalah seorang Nabi yang dipanggil untuk bekerja segiat-giatnya menyatakan firman Tuhan di tengah-tengah bangsanya yang meninggalkan Tuhan dan menyembah berhala. Tetapi mengapa ia berada, lebih tepatnya bersembunyi, dalam sebuah gua? Bukankah seharusnya ia berada ditengah-tengah bangsanya menyampaikan firman?

Jawaban Elia atas pertanyaan Tuhan menunjukkan apa yang menjadi kegelisahan hatinya. Ia merasa sendiri dan takut kehilangan nyawanya karena Izebel, ratu Israel, berencana hendak membunuhnya (19:1-3). Ketakutan akan ancaman pembunuhan ini yang membuat Elia meninggalkan jalan panggilannya.

            Karya Tuhan melalui Angin besar dan kuat, gempa serta api (ay.11-12) menunjukkan kekuatan kuasa Allah yang melampaui kekuatan kuasa para penganiaya. Allah telah mempersiapkan penghukuman bagi para penganiaya pada waktunya (Hazael, Yahu dan Elisa, ay. 15-17). Jalan penderitaan memang membuat banyak orang meninggalkan jalan Tuhan, namun jalan itu tidak pernah kehabisan orang karena masih ada 7000 orang pada saat itu yang setia pada jalan Tuhan (ay. 18). Oleh karena itu Elia tidak perlu gentar menghadapi ancaman dan tak perlu merasa sendiri.

            Allah memerintahkan Elia “… kembalilah ke jalanmu, …” Kembali hidup di jalan panggilan itu. Ada kuasa Allah dan kehadiran sesama orang percaya yang memberikan kekuatan, perlindungan, pemeliharaan dan penghiburan yang meneguhkannya di jalan panggilan menghadapi berbagai ancaman penderitaan.

            Pertanyaan Allah kepada Elia juga senantiasa diarahkan kepada kita untuk mengajak kita mengevaluasi apakah jalan kita masih di jalan panggilan itu, atau sudahkah menjauhinya karena enggan menderita. Seorang yang ingin hidup setia dalam jalan panggilannya harus rela meninggalkan kenyamanan dan keamanan semu demi panggilannya. Allah berkuasa memelihara hambaNya di dalam berbagai penderitaan karena jalan panggilan itu.

Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus  
akan menderita aniaya (2Tim. 3:12)
 
Refleksi lebih lanjut:

1.      Bagaimana zona nyaman dan aman menghalangimu menjalani panggilan Tuhan?
2.      Apa yang rela saudara korbankan demi panggilan Tuhan? Dan apa yang sulit saudara korbankan jika jalan panggilan menuntut itu?