Dua orang yang
bersahabat memiliki relasi yang eksklusif satu dengan yang lain, ada perbedaan
relasi diantara mereka dengan relasi dengan orang lain. Mereka saling
mengasihi, saling menjada, saling peduli dan tidak saling mengkhianati.
Dalam bagian Alkitab yang kita baca,
dinyatakan tentang persahabatan dengan Yesus, yang jikalau kita teliti
membacanya, akan
terlihat bahwa persahabatan dengan Yesus bukanlah relasi yang eksklusif..
Persahabatan dengan Yesus beda
dengan persahabatan umumnya.
Perhatikan ayat 12-14, disana dinyatakan “Kamu adalah sahabat-Ku, jikalau
kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.” Apa perintah itu? Ayat 12:
Perintah itu adalah mengasihi sesama seperti Yesus mengasihi mereka. Bagaimana
Yesus mengasihi mereka? Ayat 13: Dengan mengorbankan nyawa
Jika bagian ayat-ayat ini kita rangkai dengan kalimat bebas untuk
menjelaskan tentang seseorang yang Yesus anggap sebagai sahabat, maka kira kira
kalimatnya menjadi demikian:
-
Sahabat Yesus adalah murid yang mengasihi murid yang lain,
bahkan rela mengorbankan nyawanya untuk mewujudkan kasih itu. Bukannya: Sahabat Yesus
adalah murid yang mengasihi Yesus dan rela berkorban untuk Yesus.
-
Persahabatan dengan Yesus dibentuk dari kasih yang
berkorban bagi sesama. Bukannya:
persahabatan dengan Yesus
dibentuk dari kasih yang berkorban bagi Yesus.
Pertanyaan yang menarik adalah:
-
mengapa di bagian ini Yesus membuat suatu kualifikasi
persahabatan yang nampak berbeda?
-
Mengapa persahabatan dengan Yesus, di bagian ini, tidak
dibentuk dari kasih murid kepada Yesus, kerelaan murid menyerahkan nyawa demi Yesus?
Mengapa justru bagi orang lain?
-
Mengapa kasih kepada sesama harus menjadi hal yang utama
bagi seorang yang ingin menjadi sahabat Yesus?
JAWABANnya adalah
persahabatan dengan Yesus adalah persahabatan yang inklusif: Persahabatan
yang tidak terpisah dengan orang lain, melainkan melibatkan orang lain.
-
Jika dua orang
atau lebih bersahabat, mereka saling mengenal satu dengan yang lain, peduli
satu dengan yang lain, tidak mengkhianati satu dengan yang lain. Relasi ini
terjadi diantara mereka yang bersahabat saja. Relasi persahabatan mereka
terpisah dari relasi dengan orang di luar persahabatan mereka. Inilah persahabatan yang ekslusif. Ini
persahabatan yang baik, benar, tidak salah.
-
Namun,
persahabatan dengan Yesus adalah persahabatan
yang inklusif. Yesus mengasihi murid, murid mengasihi sesama. Yesus
mengorbankan nyawa untuk murid, murid mengorbankan nyawa untuk sesama. Yesus
memenuhi kebutuhan hidup murid, murid memenuhi kebutuhan hidup sesama.
Ø Persahabatan
yang Inklusif dengan Yesus adalah persahabatan
yang menghasilkan buah. Jika kita membaca Yoh. 15, kita akan sering mendapati
kata “buah.” Berbuah berarti melakukan
sesuatu bagi orang lain seperti yang Yesus lakukan bagi kita.
Dalam
1 Yoh 3:16-18 dinyatakan, “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa
Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi
kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan
tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah
dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan
perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.”
Dalam
Matius 25:34-40, dinyatakan bagaimana persahabatan
yang inklusif ditujukkan oleh orang yang ditempatkan di sebelah kanan sang
Raja. Persahabatan inklusif dengan sang raja ditunjukkan dengan melayani orang
lapar, haus, asing, telanjang dan dalam penjara, bukannya melayani sang
raja secara langsung.
Ø Persahabatan
yang inklusif dengan Yesus adalah
persahabatan yang sifatnya missioner: menjangkau orang lain bagi Kristus.
Praktek kasih kepada sesama atau saling mengasihi
merupakan magnet yang kuat untuk menghantar
orang lain kepada Kristus. Dalam Yohanes 13:34-35 dinyatakan, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya
kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa
kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
“semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah
murid-murid-Ku.” Kata “tahu,” dalam kalimat “semua orang akan tahu” menunjuk
pada sikap mengenali, mengakui, melihat KRISTUS dalam kehidupan nyata.
Yesus telah pergi kepada BAPA tetapi kehadiranNya dirasakan dalam
kehidupan para murid yang saling mengasihi.
Praktek persahabatan
yang inklusif yang ditunjukkan oleh jemaat mula-mula. Seperti yang dinyatakan dalam Kisah Para
Rasul 2:44-47. Mereka
membagikan apa yang mereka miliki, tak ada jemaat yang kekurangan. Dan hasilnya
(dampaknya bagi misi), jumlah orang percaya semakin bertembah. Jemaat mula-mula
yang memiliki persahabatan yang inklusif dengan Yesus telah menjadi jemaat yang
missioner dan terus menerus menjangkau banyak orang bagi Yesus.
Siapa yang ingin
menjadi sahabat Yesus? Persahabatan dengan Yesus bukanlah persahabatan yang
eksklusif melainkan persahabatan yang inklusif.
Ø Kadang kita memandang persahabatan dengan Yesus adalah
persahabatan yang Eksklusif, sehingga kita salah bersikap dalam hidup kita.
Kita mengalami bagaimana Tuhan melawat kehidupan kita: menyembuhkan penyakit
kita, mencukupkan kebutuhan hidup kita, melindungi dan menjaga kita, mengabulkan
doa-doa kita. Kita berpikir untuk berbuat sesuatu bagi Tuhan. Kita tahu Tuhan
tidak sakit, tidak kekurangan, tidak perlu dijaga. Lalu kita berpikir bagaimana
melakukan sesuatu bagi Tuhan? Kita datang ke gereja lebih sering, memberi lebih
banyak persembahan, lebih banyak waktu memuji Tuhan, lebih sering baca Alkitab,
lebih sering berdoa, lebih sering menerima tawaran pelayanan dll. KITA INGIN
MELAKUKAN SESUATU BAGI TUHAN KARENA KITA SAHABATNYA. Yang kita lakukan baik,
tetapi dengan motivasi yang salah, lahir dari pemahanan yang salah.
Ø Persahabatan dengan Yesus adalah persahabatan yang
inklusif. Yesus melawat hidup kita, lawatlah kehidupan sesama. Yesus
menyembuhkan penyakit kita – jadilah pembawa kesembuhan bagi sesama – berilah
bantuan bagi orang-orang yang sakit; Tuhan mencukupkan kebutuhan hidup kita –
jadilah utusan Tuhan yang mencukupkan kebutuhan orang lain yang berkekurangan.
Tuhan mengabulkan doa-doa kita – maka jadilah jawaban bagi doa-doa sesama kita.
INI PERSAHABATAN YANG INKLUSIF.
Ø Cobalah menghitung semua berkat yang telah Tuhan Yesus
berikan kepada kita sebagai sabahat. PERBUATLAH demikian kepada sesama. Setiap
satu berkat yang kita terima, jadilah satu berkat bagi orang lain. Inilah bukti
kita sahabat Yesus.
Ø Persahabatan yang inklusif dengan Yesus membuat kita
tetap mampu menunjukkan kasih kepada orang-orang yang mengecewakan, menolak dan
membenci kita. Mengapa? Kita mengasihi karena kita sudah dikasihi Yesus
terlebih dahulu. Bapa mengasihi Yesus, Yesus mengasihi saya, saya mengasihi
orang lain. Yesus menyerahkan nyawaNya untuk saya, saya menyerahkan nyawa saya
untuk orang lain. Yesus memberkati saya, saya menjadi berkat bagi orang lain –
APAPUN RESPON ORANG TERSEBUT. Kasih kita kepada ‘orang orang sulit’ didasari
oleh kasih Yesus pada kita.
Ø Selanjutnya, persahabatan yang inklusif dengan Yesus
merupakan persahabatan yang bersifat missioner. Kalau persahabatan yang
inklusif dengan Yesus dipahami dan diterapkan, maka gereja akan bertumbuh,
orang akan tertarik pada Kristus. Gereja tidak akan bertumbuh, orang lain tidak
akan tertarik mengikut Yesus, bahkan gereja akan merosot JIKA gereja
mempraktekkan persahabatan yang eksklusif dengan Yesus: Ibadah dirangcang
begitu mempesona, sakral dan menggairahkan jiwa – namun jemaat abai terhadap penderitaan
yang lain. Jika jemaat tidak sungguh peduli satu dengan yang lain, jemaat yang
satu membiarkan jemaat yang lain menderita, tidak ada kerelaan berkorban bagi
sesama, MAKA gereja tidak akan pernah menarik bagi orang lain.
download powerpoint disini