Mengapa
saya harus mengucap syukur kepada Tuhan, sementara saya dapat hidup tanpa-Nya?
Cobalah menjalani hari anda, seminggu saja,
tanpa berdoa, tanpa mengikuti ibadah, atau tanpa ritual keagamaan apapun. Maka
anda akan mendapati diri anda dapat tetap hidup, anda bisa tetap makan dan
tidak akan kelaparan, anda akan tetap sehat dan tidak harus ke dokter. Jika
kamu lakukan percobaan itu di akhir bulan, maka kamu akan mendapati kamu tetap
menerima penghasilan atau gaji dari pekerjaanmu. Jika anda seorang pengusaha,
Anda dapat tetap menghasilkan uang, anda tetap dapat mempekerjakan orang, anda tetap
dapat membangun sistem kerja yang baik, tanpa melibatkan Tuhan di dalam semua
hal yang Anda lakukan.
Bukankah itulah pola hidup orang-orang ateis,
yang tidak punya tempat di dalam hidupnya untuk Tuhan, namun mereka dapat saja
tetap hidup dan bahkan sebagian dari mereka namanya dikenang karena punya
sumbangsih besar bagi dunia. Jadi mengapa saya harus mengucap syukur
kepada-Nya, sementara kehidupan dapat tetap berjalan dengan baik tanpa-Nya?
Mengapa
saya harus mengucap syukur kepada Tuhan, sementara hidup bersama-Nya tidak
meluputkan saya dari masalah dan kesulitan hidup?
Menjadikan Tuhan dasar hidup nampak tidak
membawa perbedaan apapun. Hidup tetap dalam kesulitan, masalah tetap datang,
konflik tetap terjadi. Bahkan nampaknya semakin dekat dengan Tuhan justru
membuat masalah semakin pelik. Hidup beriman kepada Tuhan lebih mirip hidup
yang melarikan diri dari masalah, dan bersembunyi di balik kalimat-kalimat
kitab suci: “Tenanglah, ada maksud Tuhan dibalik semua ini.”
Belum lagi, beberapa masalah justru timbul
dari orang-orang yang dianggap memiliki kehidupan spiritual yang baik.
Pemimpin-pemimpin rohani justru mempertontonkan perilaku hidup yang berbeda
dari apa yang mereka sendiri ajarkan. Lantas haruskah saya mengucap syukur
kepada Tuhan yang tak dapat menyelesaikan masalah saya atau bahkan tak dapat
menangani perilaku orang-orang yang berbicara atas nama-Nya?
Penghambat Ucapan Syukur
Kedua pandangan di atas meskipun memiliki
sudut pandang yang berbeda, namun memiliki kesepakatan bahwa pencapaian terbaik
di dalam hidup adalah ketiadaan masalah: penderitaan, kesulitan, dan konflik.
Tidak perlu mengucap syukur kepada Tuhan karena setiap pencapaian hidup dapat
diraih tanpa bantuan Tuhan. Tidak perlu mengucap syukur kepada Tuhan karena
kehadiran-Nya tidak cukup mampu menanggulangi masalah-masalah kehidupan.
Ironisnya, jika kita memiliki salah satu dari
dua pandangan diatas maka kita telah kehilangan satu itu kebenaran yang sangat
penting di dalam kehidupan. Kebenaran bahwa keberadaan masalah justru membawa
kita pada penemuan-penemuan berharga di dalam kehidupan.
Masalah menyingkapkan karakter sejati
Kita perlu mengucap syukur tatkala kita
dirundung masalah karena melaluinya kita dapat melihat kualitas karakter kita
dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Kita mengucap syukur karena melalui
masalah yang kita hadapi, kita dibawa pada penemuan dan pengenalan diri yang
lebih dalam.
1
Raja-raja 3:16-28
Bagian Alkitab ini mengisahkan tentang
dua orang perempuan yang menghadapi
masalah di dalam hidupnya. Mereka tinggal dalam satu rumah dan mereka
masing-masing melahirkan anak dalam rentang waktu yang tidak lama. Anak dari
salah satu mereka meninggal dunia, namun keduanya mengklaim bahwa anak yang
masih hidup itu adalah anak mereka.
Solusi yang ditawarkan Salomo bukankah solusi
yang “baik.” Salomo justru memberikan mereka masalah baru: bayi yang masih
hidup itu akan dipenggal menjadi dua dan diberikan kepada mereka masing-masing.
Menariknya, masalah yang diberikan oleh Salomo menyingkapkan karakter sejati
dari kedua perempuan itu. Perempuan yang merupakan ibu dari sang bayi tidak
menghendaki anak itu dibunuh, sebaliknya ia rela bayi itu diberikan kepada
perempuan lainnya asalkan bayi itu hidup. Sebaliknya perempuan yang bukan
merupakan ibu dari sang bayi menginginkan anak itu dipenggal menjadi dua.
Masalah yang hadir menyingkapkan karakter
sejati yang dimiliki oleh orang-orang yang ada disekitar masalah itu.
Ayub
1:20-22; 2:9-10
Hal yang serupa dinyatakan juga dalam kisah
Ayub. Masalah yang datang bertubi-tubi yang dialami oleh rumah tangga Ayub menyingkapkan
karakter sejati Ayub dan istrinya.
Ayub dan istrinya bukan hanya kehilangan harta
benda mereka, tetapi lebih daripada itu mereka juga kehilangan anak-anak yang
mereka kasihi. Tidak sampai disitu saja, Ayub pun bahkan menderita sakit borok
sekujur tubuhnya.
Rentetan masalah ini menyingkapkan karakter
sejati dari sang istri di mana ia melihat bahwa penderitaan yang mereka alami
merupakan alasan untuk mengutuki Tuhan, sementara Ayub melihat bahwa Tuhan
punya kedaulatan penuh atas hidupnya dan ia tidak berhak menyalahkan Tuhan atas
kehilangan yang ia alami.
Masalah menolong kita melihat bagaimana
karakter sejati kita. Masalah merupakan ujian yang menyingkapkan siapa diri
kita sebenarnya. Penderitaan, kesulitan, dan konflik membuka takbir karakter
sejati dari orang-orang yang dirangkulnya.
Masalah menunjukkan Kekuasaan Tuhan
Kita perlu mengucap syukur tatkala kita
menghadapi masalah karena melaluinya kita melihat kemahakuasaan Allah. Kita
mengucap syukur karena melalui masalah yang kita hadapi kita melihat
karya-karya Allah yang luar biasa.
Yohanes
9:2-3
Ayat ini mengemukakan pertanyaan para murid
tentang keberadaan seorang yang mengalami masalah kebutaan sejak lahir. Tuhan
Yesus menyatakan bahwa kebutaan orang tersebut akan menyatakan karya Allah. Di
bagian selanjutnya kita melihat bagaimana Tuhan Yesus menyembuhkan orang buta
tersebut, dan orang tersebut memberikan kesaksian tentang karya Allah kepada
orang-orang di sekitarnya.
Beberapa masalah yang kita hadapi pada
waktunya akan menunjukkan kekuasaan Tuhan. Tuhan tidak terbatas, kekuasaan-Nya
melampaui keterbatasan kita. Melalui masalah-masalah yang kita hadapi kekuasaan
Tuhan dinyatakan dan itu menjadi kesaksian yang indah bagi nama Tuhan dalam
hidup kita dan orang-orang di sekitar kita.
Keberadaan Allah di dalam hidup kita tidak
membuat masalah sirna, melainkan masalah-masalah itu menunjukkan kepada kita
kemahakuasaan Tuhan.
2
Korintus 12:7-10
Paulus adalah satu dari sekian orang yang
melihat masalah sebagai wadah untuk mengecap kuasa Kristus dalam hidupnya.
dalam bagian firman Tuhan ini dinyatakan Paulus punya masalah yang
didefinisikan sebagai “duri dalam daging.” Paulus sudah memohon supaya masalah
ini diangkat dari padanya, tetapi firman Tuhan menyadarkan dia kebenaran bahwa
justru di dalam masalah itu kuasa Tuhan dinyatakan, “justru dalam kelemahanlah
kuasa-Ku menjadi sempurna.”
Melalui masalah yang kita hadapi, kita akan
merasakan kuasa Tuhan yang memenuhi hidup kita. Masalah menghantar kita pada
perjumpaan dengan kemahakuasaan Tuhan.
Konklusi
Sebagai suatu komunitas Kristen, sekali lagi, satu
tahun ajaran berlalu. Apa yang kita syukuri pada titik ini? Kita bersyukur
karena satu tahun ajaran ini kita makin mengenal diri kita, sebagai suatu
komunitas, dan kita melihat kuasa Tuhan yang berulang kali dinyatakan dalam
tahun ajaran ini. Kita bersyukur karena kita sampai pada penemuan-penemuan itu
justru melalui berbagai masalah: penderitaan, kesulitan dan konflik, yang
terjadi dalam komunitas ini.
Berada dalam satu komunitas yang terdiri dari
banyak orang di dalamnya dan berbagai kontribusi peran di sana (pengurus
yayasan, staf, guru, orang tua, siswa, petugas keamanan, petugas kebersihan),
satu tahun ajaran ini kita telah mengalami berbagai masalah, dalam lingkup
pribadi, satu keluarga, dalam kepanitiaan, ataupun dalam unit kerja yang ada.
Beberapa dari kita bergumul dengan kesehatan, mengalami kedukaan, mencari
pasangan hidup, relasi suami isteri, kesulitan dalam pengasuhan anak atau
penanganan siswa, konflik dalam relasi dengan orang tua, teman atau rekan
kerja. Ada yang bergumul dengan target atau tuntutan kerja, yang lain
bermasalah dengan loyalitas dan karakter pegawai. Apapun masalah itu,
seberapapun penderitaan itu, sedalam apapun kesulitan itu, seluas apapun
konflik itu, melaluinya kita makin mengenal karakter diri kita dan orang-orang
di sekitar kita, melaluinya kita melihat kekuasaan Tuhan dinyatakan.
Bukankah karena itu kita harus bersyukur?
Mengucap Syukur ditengah Kesusahan Hidup sebab ...
Susah itu
ada gunanya - Yohan Candawasa