#SHORTS Relasi Iman, Perbuatan dan Keselamatan Kristen (1 Menit)


#SHORTS Relasi Iman, Perbuatan dan Keselamatan Kristen

Apakah keselamatan Kristen hanya bicara tentang Iman semata?
Apakah perbuatan baik (amal) bisa menyelamatkan?
Apakah iman dan perbuatan baik menjadi syarat diselamatkan?
Bagaimana Alkitab mengungkapkan relasi iman, perbuatan baik dan keselamatan?

PEMURIDAN DARING (Online Discipleship)

PEMURIDAN DARING 

Victor Sumua Sanga, S.T., M.Div.

  

Pandemi yang melanda dunia, termasuk Indonesia, menuntut perubahan dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan. Salah satu bidang yang “dipaksa” berubah adalah bidang pendidikan, yang diantaranya mencakup institusi sekolah formal, termasuk sekolah Kristen. Pembatasan fisik selama pandemi membuat sekolah Kristen, sama dengan sekolah lainnya, dibatasi bahkan dilarang melakukan aktivitas yang memungkinkan terjadinya interaksi secara fisik. Dalam situasi demikian, sekolah Kristen harus berubah demi mengikuti kebijakan dan arahan pemerintah, untuk menghambat penyebaran virus corona. Salah satu perubahan yang dilakukan adalah perubahan dari pembelajaran di ruang kelas menjadi pembelajaran daring di kelas virtual. 

Sebagai sebuah institusi pendidikan yang bertanggung jawab, sekolah Kristen tidak hanya sekedar menerapkan pembelajaran daring, tetapi juga perlu memikirkan dengan serius apatah tujuan pendidikan dapat benar-benar tercapai melalui pembelajaran daring tersebut. Bahkan lebih dari sekedar memikirkan tujuan pendidikan secara umum, sekolah Kristen perlu memastikan bahwa fokus dan tujuan utama pendidikan Kristen dapat tetap tercapai melalui pembelajaran daring.  Apakah fokus utama pendidikan Kristen? William F.  Cox & Peck (2018) menyatakan bahwa pembinaan pemuridan Kristen merupakan fokus utama dari pendidikan Kristen, yang harus dikerjakan oleh tiga pilar pendidikan Kristen: keluarga, gereja dan termasuk sekolah Kristen. Dalam konteks sekolah, fokus ini sama pentingnya dengan pengetahuan akademik, bahkan bisa dianggap lebih penting karena berdampak kekal. Pemuridan Kristen dilakukan untuk membawa para murid mengalami pertumbuhan iman hingga mencapai, “... kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus” (Efesus 4:13). 

Dapatkah pembelajaran daring memfasilitasi terjadinya pemuridan demi tercapainya tujuan pendidikan Kristen? Paper ini disusun dengan tujuan untuk menyajikan beberapa data penelitian dan saran praktis bagaimana pembelajaran daring dapat memfasilitasi proses pendidikan, secara khusus pembinaan pemuridan Kristen, untuk mencapai tujuan pendidikan Kristen yaitu pertumbuhan iman. Paper ini juga diharapkan dapat memberikan saran praktis bagaimana menjadikan pemuridan daring secara efektif mencapai pertumbuhan iman yang diharapkan. 


 

Pemuridan Daring dapat Memfasilitasi Pertumbuhan Iman

Pendidikan daring sebenarnya bukan baru ada pada masa pandemi. Jauh sebelumnya sudah banyak institusi pendidikan, termasuk institusi pendidikan Kristen, yang menerapkan pembelajaran daring di samping pembelajaran tradisional di kelas. Mereka mengadopsi pendidikan daring mulai dari yang hanya sebagai salah satu variasi pembelajaran kelas hingga menerapkan secara keseluruhan pembelajaran daring untuk mendapat gelar akademis. Demi meningkatkan kualitas pendidikan daring tersebut, mereka telah secara khusus mempelajari perubahan pedagogis yang diperlukan. Keterlibatan pendidik Kristen dalam penerapan pendidikan daring terjadi karena mereka melihat adanya peluang yang besar untuk mengerjakan Amanat Agung melalui cara ini, menjangkau orang lebih banyak dalam waktu yang fleksibel (Ferguson, 2020)   

Di samping institusi yang bergerak maju dengan kelas daring, ada institusi Kristen lain yang terus menekankan interaksi tatap muka langsung. Mereka menyangsikan kemungkinan memiliki pembelajaran daring yang berkualitas, meragukan peluang pemuridan dan pertumbuhan iman dapat terfasilitasi melalui pendidikan daring. Mereka meyakini bahwa tatap muka langsung merupakan keunikan pendidikan Kristen karena itu mereka menolak transisi ke pendidikan daring. Ironisnya, ketika pandemi melanda, mereka memasuki situasi yang baru ini dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban, pertanyaan yang bukan hanya pada tataran praktis, tetapi juga esensial tentang dapatkah pembelajaran online sungguh memfasilitasi pertumbuhan iman dan formasi spiritual Kristen (Ferguson, 2020). 

 

Data Penelitian Penerapan Pembelajaran Daring di Lembaga Pendidikan

Sebuah Online Report Card yang dirilis tahun 2016 yang berisi rekam jejak pendidikan daring di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pembelajaran online dapat memenuhi tujuan pendidikan dengan baik. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2015 ini menunjukkan 71,4% pemimpin akademik menilai bahwa hasil pembelajaran daring lebih unggul dari pembelajaran tatap muka. Meskipun angka tersebut turun dari 77% di tahun 2014, tetapi masih lebih tinggi dari rasio 57,2% di tahun 2003 (Allen et al., n.d.). Selain itu, persepsi pelajar yang terlibat dalam pembelajaran daring makin lama makin baik. Meskipun para pelajar cukup bergumul di awal implementasi, tetapi seiring dengan perkembangan yang ada, persepsi pelajar terhadap pendidikan daring makin bertumbuh positif, dari sekedar video dan interaksi yang minimalis menjadi media belajar yang substantif, variatif dan optimal (Ferguson, 2020). 

Penelitian dan pengembangan penerapan pembelajaran daring dalam lingkup pendidikan Kristen menunjukkan hasil yang senada, bahkan ketika itu dikaitkan dengan pemuridan daring. Berdasarkan standar akreditasi penerapan pembelajaran daring yang dibuat oleh Asosiasi Sekolah Teologi di Amerika Serikat dan Kanada (ATS) menggambarkan bahwa formasi spiritual, sebagai elemen penting pemuridan, dapat diterapkan secara strategis dalam pendidikan daring (Educational Models and Practices Project: Peer Group Final Reports | The Association of Theological Schools, n.d.). Gambaran ini sejalan dengan hasil survei terhadap sejumlah profesor dari Evangelical Theological Society, dimana hampir 75% mereka setuju bahwa pendidikan online dapat mencapai tujuan pendidikan teologi dan membentuk formasi spiritual (Ferguson, 2020).

Peningkatan Jumlah Komunitas Rohani Berbasis Daring

Sejak pandemi ditetapkan pada 2020, seiring dengan pembatasan fisik makin meluas penerapannya, ada migrasi besar-besaran dari perkumpulan rohani dengan tatap muka langsung menjadi pertemuan daring: ibadah gereja, seminar rohani, rapat-rapat pengurus dan panitia kegiatan rohani, persekutuan doa, hingga kelompok pemuridan. Meskipun ada peningkatan sangat signifikan di masa pandemi, sesungguh peningkatan jumlah komunitas rohani berbasis daring sudah mulai tumbuh subur pada tahun-tahun sebelumnya. 

Pembentukan komunitas rohani yang mengadakan pertemuan daring tidak dapat dilihat sebagai upaya menjauhkan diri dari komunitas fisik, melainkan harus dipandang sebagai upaya memperluas interaksi karena pertemuan daring tidak dibatasi oleh tempat lagi. Komunitas sosial yang dibangun secara daring dapat menjadi kontributor kuat bagi perkembangan dan pertumbuhan rohani seseorang (Maddix et al., 2012). Orang-orang berkumpul secara daring dalam jumlah yang terus meningkat dimotivasi oleh keinginan untuk tumbuh secara rohani. Komunitas rohani yang berbasis daring ini membagikan iman dan saling mendukung satu dengan yang lain secara konsisten melalui media sosial, website, blog, kanal Youtube, hingga konferensi video (Lowe, 2018). 


 

Aktivitas Online Sudah Menjadi Bagian Kehidupan Personal

Dunia digital (daring) sudah saatnya dilihat sebagai bagian yang sudah menyatu dengan kehidupan personal masa kini. Oleh karena itu, aktivitas daring tidak lagi dapat dilihat sebagai bagian yang terpisah dan terkotak-kotak dari kehidupan seseorang. Sebagai manusia yang utuh kita bagian dari dunia daring, karena itu jika seseorang dapat mengalami pertumbuhan rohani melalui aktivitas tatap muka langsung, maka seharusnya itu juga yang memampukan dan menopangnya memiliki pertumbuhan rohani dalam aktivitas daring. Formasi spiritual yang dibangun harus dapat terintegrasi dalam keseluruhan hidup entah itu daring atau tatap muka langsung (Lowe, 2018). Konsep yang sama diungkapkan juga oleh Maddix et al. (2012) bahwa perkembangan spiritual seseorang merupakan proses pengudusan yang terjadi di berbagai kondisi, termasuk saat berinteraksi melalui pemuridan daring.

Selanjutnya, perkembangan teknologi virtual yang ada saat ini terus memfasilitasi upaya membangun disiplin rohani secara daring: video khotbah atau penjelasan firman, website yang memfasilitasi penyelidikan Alkitab, podcast yang memandu untuk meditasi dan berdoa, pertemuan doa atau sharing online (Meadows, 2012). Kenyataan seperti ini gayung bersambut karena ada orang-orang yang berupaya secara konsisten untuk mengakses konten rohani daring untuk membangun kehidupan spiritualnya. Contohnya hasil temuan di Amerika Serikat, Grey Matter Research menemukan bahwa 44% orang dewasa Amerika dengan akses online menggunakan Internet untuk tujuan keagamaan: mengunjungi situs web gereja, memperoleh pengajaran agama, membaca blog keagamaan, berpartisipasi dalam jejaring sosial, dan mengikuti gereja atau pemimpin agama di Twitter. Dan menariknya, dalam penelitian tersebut lebih dari separuh orang dewasa ini berusia di bawah 35 tahun (seperti yang dikutip dalam Shirley, 2017)

 

Saran dalam Upaya Pengembangan Pemuridan Daring

Kita tahu bahwa di sisi lain pertemuan daring ada batasan dan kelemahannya, tetapi itu bukan disikapi dengan menarik atau menutup diri dari dunia daring, karena memang pada dasarnya dunia daring secara praktis tidak dapat dihindari (Meadowsi, 2014).  Dunia terus berkembang, teknologi berubah dengan cepat, maka tantangan dan peluang pembelajaran akan terus ada. Meskipun kita ada di dalam situasi dan kondisi yang berubah, inti dari pemuridan itu tidak berubah: tinggal di dalam Kristus, mengasihi satu dengan yang lain dan bekerja bagi kerajaan Allah. Metodologi dan teknologi akan berubah dari waktu ke waktu. Tugas kita adalah tetap fokus pada pemuridan dan dengan bijaksana menggunakan media yang Tuhan berikan untuk kita manfaatkan, internet (Shirley, 2017). 

Berikut ini beberapa saran pengembangan pemuridan daring:

  1. Persiapan yang matang. Maddix et al. (2012) menyatakan bahwa memfasilitasi pembelajaran daring berbeda dengan pembelajaran tatap muka langsung. Oleh karena itu, pemimpin pemuridan perlu berinvestasi dan mempersiapkan dengan baik sarana dan prasarana yang diperlukan. Pemimpin perlu upaya yang ekstra untuk mempersiapkan dengan baik materi atau bahan pemuridan sehingga materi dapat disampaikan dengan baik dan anggota dapat mengalami pembelajaran yang menarik. 

  2. Pemanfaatan sumber daya daring. Salah satu kekuatan pembelajaran daring adalah melimpahnya sumber daya yang terus menerus diperbaharui, tentu saja termasuk sumber daya pemuridan Kristen: mulai dari konten, peralatan hingga metode penyajian. Pemimpin perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai sumber daya daring sehingga dapat meramu dan menyajikan pemuridan daring yang efektif, efisien dan dapat diandalkan.

  3. Kehadiran yang tak terbagi. Tetapi perlu diingat bahwa ada perbedaan antara memiliki banyak koneksi daring dengan memiliki relasi yang bermakna, antara mudah terkoneksi secara daring dengan persahabatan yang sejati. Dalam hal ini diperlukan kehadiran yang tidak terbagi ketika membangun interaksi daring (Meadowsi, 2014).

  4. Asesmen yang dapat diandalkan. Asesmen merupakan pusat untuk memastikan kualitas dari pertemuan daring (Maddix et al., 2012). Perlu merancang asesmen yang dapat merekam pertumbuhan rohani dengan lebih menyeluruh dan valid, misalnya:  ada pertemuan rutin secara daring untuk mengukur tingkat pertumbuhan rohani; mengembangkan rubrik yang dapat mengukur pertumbuhan rohani individu yang mencakup beberapa aspek pertumbuhan; pertemuan pribadi anggota dengan mentor untuk melaporkan formasi spiritual dan pelayanannya; terbuka dengan laporan atau umpan balik dari komunitas terkait pelayanan anggota pemuridan. 


DAFTAR PUSTAKA


Allen, I. E., Seaman, J., Poulin, R., & Straut, T. T. (n.d.). TRACKING ONLINE EDUCATION IN THE UNITED STATES. 62.

Educational Models and Practices Project: Peer Group Final Reports | The Association of Theological Schools. (n.d.). Retrieved October 1, 2021, from https://www.ats.edu/resources/educational-models-and-practices-project-peer-group-final-reports

Ferguson, K. A. (2020). Excellence in online education: Creating a Christian community on mission. B & H Academic.

Lowe, S. D. (2018). Ecologies of faith in a digital age: Spiritual growth through online education. IVP Academic, an imprint of InterVarsity Press.

Maddix, M. A., Estep, J. R., & Lowe, M. E. (Eds.). (2012). Best practices of online education: A guide for Christian higher education. Information Age Publishing Inc.

Meadows, P. R. (2012). Mission and Discipleship in a Digital Culture. Mission Studies, 29(2), 163–182. https://doi.org/10.1163/15733831-12341235

Meadowsi, P. (2014). Mission-Shaped Discipleship in a Virtual World. Wesleyan Theological Journal, 49(2), 48–73.

Shirley, C. (2017). Overcoming Digital Distance: The Challenge of Developing Relational Disciples in the Internet Age. Christian Education Journal, 14(2), 376–390.

William F.  Cox, J., & Peck, R. A. (2018). Christian Education as Discipleship Formation: Christian Education Journal. https://doi.org/10.1177/0739891318778859

 

 


Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: