Mature Thinking (Filipi 4:8)



8
Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu. 9Dan apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu.



Pendahuluan

Kartini: Tubuh terpasung, Pikiran bebas

Dalam salah satu suratnya, Kartini pernah menulis: Tubuh boleh terpasung, tapi jiwa dan pikiran harus terbang sebebas-bebasnya. Kalimat ini merupakan sebuah respons karena dia waktu itu dipingit. Pingitan itu merupakan tradisi Jawa dimana mempelai tidak diizinkan keluar rumah selama rentang waktu tertentu. Kalau baca tujuan pingitan sebenarnya ada sisi positifnya: (1) untuk mempersiapkan mempelai dalam tugas-tugas rumah tangga (2) memupuk kerinduan dari mempelai (3) menjauhkan dari mara bahaya. Tetapi bagi Kartini saat itu, ia merasa itu menjadi beban. Akan tetapi menariknya, dia dalam refleksinya, ia menyadari bahwa dalam kondisi yang “terpenjara” oleh budaya, “terpasung” oleh dinding rumahnya; pikirannya dapat terbang sebebas-bebasnya. Pikiran-pikiran Kartini yang tidak terpasung inilah yang menggairahkan hidupnya, membuatnya menemukan tujuan hidupnya, menjadikannya orang yang penting dalam sejarah bangsa Indonesia.


Gelas Setengah Kosong atau Setengah Penuh

Di era kemajuan teknologi saat ini, hampir tidak ada yang bisa membatasi lagi diri kita. Kita mungkin tidak bisa hadir secara fisik tetapi hadir secara virtual. Tetapi ironisnya di zaman yang sepertinya tanpa batas ini, sebagian orang justru terpasung oleh pikirannya sendiri. Jika pikiran sudah terpasung, tubuh bebas seperti apapun tidak ada gunanya. Salah satu contoh pasung pikiran yang sederhana adalah bagaimana pandangan kita terhadap sebuah gelas yang berisi air. Jika kita melihat gelas itu kosong setengah berarti kita sedang memasung pikiran kita. Seorang penulis, Sue Hadfield menyatakan saat Anda berpikir bahwa gelas Anda kosong setengah, Anda sedang membatasi pilihan hidup Anda sendiri. Berikut ini beberapa frasa atau kalimat yang memasung pikiran misalnya: 

  • Saya tidak punya harapan

  • Saya sudah tidak bisa berubah

  • Saya tidak bisa

  • Saya terlalu tua, saya terlalu muda

  • Saya tidak mampu

  • Saya tidak punya kesempatan lagi

  • Ini sulit sekali

  • Itu karena kesalahan orang tua

  • Kondisi membuat saya seperti ini

Ketika ini diulang terus menerus dalam pikiran kita, itu menjadi pasung pikiran yang menjadi penghambat terbesar dalam hidup kita. Hal itu persis seperti seekor gajah kecil yang diikat dengan tali kecil, ia berusaha berontak awalnya tapi tidak bisa lepas juga. Hingga dewasa, meskipun ia memiliki kekuatan yang luar biasa, tapi dalam pikirannya ia sudah tidak bisa melepaskan diri dari tali itu. Akhirnya seekor gajah yang kuat takluk pada seutas tali yang kecil, karena pikirannya sudah terpasung pada masa lalu. 

Bagaimana mengembangkan pemikiran terbang sebebas-bebasnya yang berdasar pada kebenaran? Sesuai dengan tema kita “Dewasa dalam Berpikir”


Penjelasan Firman Tuhan

Di ayat 8, dinyatakan, “semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”


Benar = aletheia : tidak tersembunyi, untuk menghindari pemberitahuan

Mulia = semnos: terhormat karena karakter

Adil = dikaios: adil penerapan aturan terkait tuntutan tugas

Suci = hagios: ada kemurnian, jauh dari motivasi jahat

Manis = prosphiles: diterima karena menunjukkan kasih yang menyenangkan

Sedap didengar = euphemos: mengucapkan kata-kata yang baik

Disebut Kebajikan = Arete: moral yang baik/bermoral

Patut Dipuji = epainos: membawa pujian/ dipuji


Kedelapan hal ini perlu dipikirkan dengan sungguh-sungguh dalam Tuhan. Standarnya adalah apa yang benar, mulia, adil, suci, manis, desap didengar, disebut kebajikan, patut dipuji dalam Tuhan. Karena itu di ayat 7 dinyatakan bahwa pikiran dipelihara dalam Kristus Yesus. Ini yang membedakan dengan apa yang dipikirkan oleh dunia. Standarnya adalah diri sendiri atau lingkungan; tetapi orang percaya standar pikirannya ada dalam Tuhan. Dalam Tuhan juga berarti Tuhan yang memberi kekuatan dan kemampuan melakukan apa yang kita pikirkan



Pikiran Negatif

Pikiran Positif

Pikiran Kristen Dewasa

Saya tidak bisa

Saya bisa

Dalam Tuhan, saya bisa

Saya benci dia

Saya memaafkan dia

Dalam Tuhan, saya akan berusaha 

mengampuni dia - standarnya Tuhan

Pelajaran ini sulit

Tidak ada pelajaran yang sulit

Dalam Tuhan, saya akan berjuang mempelajarinya dengan baik - hikmat dan kemampuan dari Tuhan


Berpikir dalam kebenaran bukan berarti merapal mantra atau ilusi: saya pasti bisa, saya pasti bisa, saya pasti bisa. Kata kerja yang dipakai Paulus ketika mengatakan, “pikirkanlah semuanya itu”, adalah logizomai, berarti “memperhitungkan dengan cermat” atau “menghitung.” Itu berarti rangkaian proses berpikir: kita harus berdiam, berpikir, merenungkan, mempertimbangkan dengan cermat, memperhitungkan solusi atau jalan keluar dan merenungkan hal-hal yang kita hadapi dalam Tuhan.


Ilustrasi

Berpikir Dewasa berarti menempatkan pemikiran kita itu dalam standar dari topangan Tuhan. Berpikir dewasa juga berarti mempertimbangkan dengan cermat dan penuh perhitungan bukan suatu mantra atau ilusi.

Ada sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Cairnmillar Institute and Deakin University - Australia yang menunjukkan bahwa pemikiran positif yang berlebihan bisa menciptakan ilusi. Ilusi ini justru berbahaya bagi kesehatan fisik dan mental. Contoh sederhana selama Covid 19. Ada orang yang berpikir bahwa dia tidak akan terkena covid atau dia tidak akan sakit karena Covid, sehingga meresikokan dirinya dengan mengabaikan protokol kesehatan. Atau juga ada yang berpikir rokok dan alkohol tidak akan membahayakan kesehatannya. Meskipun riset kesehatan menunjukkan bahwa rokok dan Alkohol berbahaya bagi kesehatan, ia tidak peduli. Rangkaian penelitian menunjukkan bahwa ilusi positif berbahaya karena akan menghadapi realita yang berbeda sehingga justru berdampak pada kesehatan mental.


Penutup

Salah satu ciri orang dewasa adalah pemikirannya matang: tidak terbelenggu atau terpasung. Ia memikirkan hal-hal yang positif dengan standar dan kekuatan dalam Tuhan. Ia mengambil waktu berdiam, merenung, mempertimbangkan dengan cermat, menganalisa masalah, mempertimbangkan jalan keluar.


Download Slide presentasi disini


Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: