Life as a Children of The Light (Efesus 5:8-13)

Hidup Sebagai Anak Terang

Efesus 5:8-13 


8 Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, 9 karena terang hanya berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran, 10 dan ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan. 11 Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan-perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. 12 Sebab menyebutkan saja pun apa yang dibuat oleh mereka di tempat-tempat yang tersembunyi telah memalukan. 13 Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang.



Hidup Sebagai Anak Terang

Efesus 5:8-13 

pdf


Pendahuluan

Akhir tahun sebagai suatu bagian dari periode waktu biasanya dipakai sebagai momen untuk mengevaluasi. Pimpinan perusahaan akan mengevaluasi kinerja perusahaannya di akhir tahun. Lembaga non profit seperti sekolah atau gereja juga memiliki waktu evaluasi di akhir periode tertentu. Evaluasi sekolah biasanya akhir tahun pelajaran, bulan Juni. Meski ada juga evaluasi akhir semester, di bulan Desember. Gereja mungkin periodenya bukan Januari - Desember, karena bulan Desember adalah bulan yang padat dengan ibadah Adven dan Nataru. Evaluasi tidak hanya dilakukan oleh lembaga, tetapi kehidupan sebagai seorang pribadi juga kerap memanfaatkan periode akhir tahun sebagai momen mengevaluasi diri. 

Dari evaluasi ini nantinya muncul resolusi untuk tahun atau periode baru. Ada tujuan baru yang ditetapkan berdasarkan hasil evaluasi sebelumnya. Tidak ada orang yang ingin mengulangi kegagalan yang sama di periode sebelumnya dan tidak ada juga orang yang ingin kehidupannya tetap sama seperti sebelum-sebelumnya. Semua ingin perubahan dan pertumbuhan. Oleh karena itu, tujuan baru dalam resolusi diharapkan membawa perubahan dan pertumbuhan dalam kehidupan pribadi seseorang. Jadi di dalam sebuah resolusi sebenarnya ada mimpi dan harapan baru yang ingin dicapai di masa mendatang. 

Ketika melakukan evaluasi, pernahkah mendapati perubahan yang tidak pernah berhasil dalam hidup? Apakah mendapati bahwa  hidup stagnan dan tidak bertumbuh?. Resolusinya sama setiap tahun. Kalau pun ada perubahan, itu di awal saja, namun sayangnya perubahannya tidak berlangsung lama. Kenapa? Karena perubahan hakiki dan pertumbuhan sejati tidak terjadi dalam kehidupan orang tersebut. Dimana letak permasalahannya? 

James Clear dalam bukunya Atomic Habits, salah satu buku terlaris 2022, menyatakan bahwa ada dua kemungkinan perubahan hidup tidak berlangsung dengan baik: 1) hal yang mau diubah itu salah; 2) cara mengubahnya salah. 

Menurut James Clear, ada 3 layer perubahan: 

  1. Outcome. Level yang fokus pada perubahan hasil: menang lomba, berat badan turun 5 kg, laba/keuntungan 1 M, jumlah murid atau jemaat 1000 orang

  2. Processes. Level yang fokus pada perubahan kebiasaan atau sistem: latihan rutin, ngegym tiap Sabtu, meningkatkan produksi, memasang iklan, membuat program penjangkauan/penginjilan.

  3. Identity. Level yang fokus pada perubahan identitas (keyakinan): wawasan, gambar diri, asumsi, mindset



Level outcome adalah tentang apa yang kamu akan dapat, level process adalah tentang apa yang akan kamu lakukan, dan level identity adalah tentang apa yang kamu yakini, atau percayai. James Clear tegaskan bahwa tiap level itu baik adanya. Perubahan tidak berlangsung dengan baik, bahkan gagal karena masalahnya pada arah perubahan. Perubahan sejati adalah perubahan yang dimulai dari level identitas, menuju proses, dan kemudian hasil. 

James Clear memberikan tips perubahan yang sejati: (1) tentukan identitas diri yang kamu yakini (2) buktikan identitas itu dalam proses demi proses yang kamu lewati. Seorang ditawari rekannya sebatang rokok: “Saya seorang perokok yang ingin berhenti merokok” atau “Saya bukan perokok lagi dan saya sedang menyesuaikan diri dengan itu.” Ketika memikirkan pertumbuhan gereja, majelis punya visi perubahan tidak lagi berpandangan, “kita ini pos yang sedang berusaha memenuhi kualifikasi jemaat dewasa” seharusnya “kita akan menjadi gereja yang dewasa dan kita sedang merancang program untuk membuktikan itu dalam program penjangkauan, pemuridan dan pelayanan kita”


Peralihan

Jika membaca dengan dengan detil teks Alkitab yang mendasari tema hari ini, kita akan menyadari bahwa Paulus sedang menuntun jemaat Efesus pada perubahan sejati. Sebuah perubahan yang dimulai dari perubahan identitas dan kemudian diikuti dengan upaya membuktikan idetitas tersebut dalam hidup keseharian jemaat. 

Berdasarkan teks Alkitab ini kita mengevaluasi dan memikirkan kembali perubahan-perubahan yang kita gagas dalam hidup, pekerjaan atau pelayanan kita. Kita akan merenungkan sejenak pertumbuhan yang kita harapkan terjadi dalam hidup kita. Bagaimana seharusnya orang percaya berubah dan bertumbuh dalam kehidupannya secara pribadi, dalam pekerjaan atau dalam pelayanannya


Perubahan Kristen dimulai dari Perubahan Identitas

Perubahan yang berlangsung lama dan berpotensi berhasil adalah perubahan yang dimulai dari perubahan identitas.


Penjelasan

Paulus mengatakan, “Memang kamu dahulu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan.” Paulus tidak menyatakan kamu dahulu berada dalam kegelapan, sekarang berada di dalam terang. Dua pernyataan itu berbeda: satu bicara tentang identitas diri seseorang, sementara lainnya berbicara tentang lingkungan atau kondisi sekitar seseorang. 

Formula “dahulu-sekarang” sebagai bagian dari identitas, mendapat penekanan kuat dalam surat Paulus kepada jemaat di Efesus. Perhatikan Ef. 2:1-10, “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelangaran dan dosa-dosamu.” (Ay. 1); “Tetapi Allah … telah menghidupkan ….” (Ay. 4-5). Lihat juga di bagian selanjutnya pada ayat 11-22, khususnya ayat 11-13, “Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu … tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ”jauh”, sudah menjadi ”dekat” oleh darah Kristus.” Ada perubahan pada level terdalam di kehidupan jemaat Efesus, yaitu perubahan identas. 

Perubahan itu identitas itu sekali lagi ditekankan Paulus dalam bagian bacaan Alkitab hari ini. “dahulu kamu adalah kegelapan, sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan.” Terang ini berasal dari Allah yang hadir di dalam hidup mereka. Allah adalah terang (1 Yohanes 1:5) dan setiap orang yang percaya kepada Allah, terang itu berdiam di dalam diri mereka, dan itu menjadi terang. Ini merupakan identitas orang percaya. 

Kata “terang” di dalam surat Efesus merujuk pada kehidupan yang dekat dengan Tuhan, hidup kudus, dan penuh hikmat dan pengertian, sumber pencerahan. Terang itu kontras dengan kegelapan. Kegelapan di pasal 4 kitab Efesus bermakna tidak mengenal Allah, berpikir yang sia-sia, tidak punya pengertian, hatinya degil, perasaannya tumpul, serakah, dan cemar. Identitas jemaat Efesus berubah dari gelap menjadi terang. Paulus tahu bahwa perubahan Kristen harus dimulai dari perubahan identitas


Quotes

Tidak memahami identitas kita sebagai terang akan memuat kita berespons berbeda terhadap sekitar kita.

“Why blame the dark for being dark? It is far more helpful to ask why the light isn’t as bright as it could be.”

― Rob Bell, Velvet Elvis: Repainting the Christian Faith



Kadang
hidup kita selalu dipenuhi dengan keluhan dan kritik terhadap kejahatan, kegagalan, dan kegelapan yang ada di sekitar kita. Tapi kita lupa kita adalah terang di situ yang seharusnya bersinar atas semua itu. Doakan supaya kita sungguh menyadari bahwa diri kita adalah terang, sehingga menentukan pilihan sikap kita. Identitas ini perlu terus menerus kita ulang dan tanamkan dalam diri kita. 

Aplikasi 

Dalam setahun yang sudah berlalu, berapa banyak kita melihat dan menyadari diri kita adalah terang yang Tuhan tempatkan di tengah pusaran kegelapan yang ada di sekitar kita. Seringkali menyalahkan situasi atau orang lain untuk sesuatu yang tidak berjalan dengan baik. Kita terus menerus terkungkung dalam masalah dan konflik yang berlarut-larut karena kita lupa bahwa diri kita yang harusnya menerangi keadaan seperti itu.  

Kita sering mencari terang di luar sana. Kita mencari penyelesaian di luar sana. Firman Tuhan mengingatkan bahwa kita adalah terang di dalam Tuhan. Karena Tuhan ada di dalam diri kita, maka kita punya kemampuan berperan sebagai terang, teladan, penuntun, problem solver, penemu jalan keluar, sang pencerah. Jika kita tidak menyadari ini, maka perubahan mungkin tidak akan terjadi dan pertumbuhan tidak akan berlangsung. 

Kita perlu berdoa supaya kita terus diingatkan identitas kita sebagai terang di dalam Tuhan. Perubahan yang kita rindukan dalam hidup kita, dalam keluarga kita, dalam relasi kita, di lingkungan kerja dan pelayanan kita, akan terjadi dan mencapai tujuan jika dan hanya jika kita sadar bahwa kita adalah terang di dalam bagian itu semua.


Perubahan Kristen Terbukti dalam Perubahan Kebiasaan Hidup

Perubahan yang sejati terjadi ketika dimulai dari perubahan identitas dan diikuti dengan perubahan kebiasaan hidup kita. 


Penjelasan & Aplikasi

Identitas yang telah berubah dari gelap menjadi terang akan terbukti dengan perubahan kebiasaan hidup. Perilaku keseharian akan mengikuti perubahan identitas. Paulus menjelaskan bahwa sebagai anak terang, orang Kristen perlu menampilkan kehidupan sebagaimana anak-anak terang seharusnya hidup. Paling tidak ada 3 aspek yang menjadi tempat pembuktian terang dari orang percaya: (1) moralitas, (2) kepekaan, (3) koreksi.



  1. Moralitas : berlaku baik, adil dan benar

    1. Efesus 4:25-32 menunjukkan beberapa penerapan praktis melakukan dan meneladankan.

    2. Keputusan Etis setiap hari yang perlu kita buat dengan sadar. Bagaimana berbuat baik, adil dan benar saat ini? kepada orang lain? dalam situasi ini?

    3. Kebiasaan hidup sebagai orang tua yang mengasihi anak-anak dan cucu, menjadi teladan yang baik, mengasihi isteri dan suami. Demikian juga sebaliknya anak terhadap orang tua.

    4. Kebiasaan hidup bisnismen yang jujur dan adil terhadap kolega. Karyawan yang bertanggung jawab dan antusias.

    5. Kebiasaan hidup pelayan Tuhan yang rela berkorban, tidak hitung-hitungan, bersukacita.

  2. Kepekaan : tahu yang berkenan kepada Allah

    1. Roma 12:2, Filipi 1:9-10, 1 Tesalonika 5:21

    2. Kita tidak mungkin memuaskan kehendak semua orang, tetapi penting tahu apa yang sesuai kehendak Allah.

    3. Mengambil keputusan baik yang sederhana atau yang kompleks dengan benar-benar mencari tahu kehendak Tuhan dalam hal itu.

    4. Apakah ini waktu yang Tuhan inginkan? Keputusan A atau B? bekerjasama dengan dia atau orang lain? 

    5. kepekaan akan kehendak Tuhan sebenarnya didapat dari relasi yang dekat dengan Tuhan. 

  1. Koreksi : menelanjangi kegelapan

    1. 1 Timotius 4:2

    2. mengoreksi dan menyadarkan seseorang dengan lemah lembut, bukan merendahkan dan membangkitkan amarah

    3. Menegur dengan rendah hati dan kasih

    4. Jangan mengoreksi dan menegur tetapi membangkitkan sakit hati dan kemarahan di dalam diri sesama.

    5. Berhenti menegur dan mengoreksi dengan melampiaskan kemarahan. Ada cara yang lebih baik dan penuh kasih sehingga orang yang dikoreksi juga tidak merasa martabatnya direndahkan.


Hari ini kita berdoa supaya Tuhan menolong kita hidup berpadanan dengan identitas kita. Semoga di tahun yang baru nanti perubahan dan pertumbuhan dapat terjadi dalam hidup kita. Amin.






 

Life-Changing Faith (Hakim-hakim 7)


Download PPT di sini





  1. Gideon berkemah di Harod bersama 32 ribu pasukan. Tuhan menunjukkan bahwa pasukan yang banyak bisa berpotensi menjadi sumber keangkuhan dan andalan sehingga merasa tidak membutuhkan Tuhan dan tidak menyadari anugerah Tuhan. 

  2. Masalahnya bukan pada pencapaian kemenangan perang, karena pada akhirnya mereka menang. Tetapi pada tafsiran atau alasan mereka menang. Tuhan ingin kemenangan yang diperoleh benar-benar dilihat sebagai pemberian dari Tuhan.




Kesimpulan: 

  1. Musuh pertumbuhan iman adalah kemapanan, keangkuhan, andalan dan merasa dapat bertahan tanpa Tuhan, serta merasa tidak butuh Tuhan.

  2. Perjalanan iman adalah perjalanan mengurangi hal2 yang jadi sumber keangkuhan, andalan-andalan serta rasa tidak butuh Tuhan

  3. Selama ini bagaimana kita menafsirkan apa yang kita dapatkan/peroleh? Dari Tuhan atau karena kekuatan, kemampuan, keberuntungan kita. Iman yang bertumbuh terjadi saat kita menyetujui bahwa setiap hal yang kita peroleh adalah pemberian Tuhan.

  4. Responsnya: bersyukur atau angkuh/merasa layak.

  5. Mungkin saat ini merasa muncul kekurangan di sana-sini, masalah, keterbatasan, kelemahan, kesalahan → Tuhan sedang mengajak melangkah dalam iman



  1. Malam itu (ay. 9) adalah malam paling kritis yang dihadapi Gideon pada momen itu. Gideon takut, meskipun sebelumnya (ay. 3) dia bisa melewatinya, tetapi ketakutan itu muncul lagi dengan berlipat ganda karena ia hanya punya 300 orang. 

  2. Sedangkan Musuh yang seperti belalang. Gabungan Midian, Amalek dan orang dari sebelah timur. Ada kontras dari segi jumlah tetapi ironis karena ketakutan musuh sangat luar biasa. 

  3. Ketakutan yang terbawa mimpi (Ay. 13). Ketakutan yang supranatural. Ketakutan yang ditimbulkan oleh Tuhan. Sekeping roti jelai menghancurkan perkemahan merupakan visi bagaimana pasukan Gideon menghancurkan musuh yang banyak.

  4. Tetapi dalam masa kritis itu anugerah Tuhan diberikan tanpa diminta. Tuhan menjanjikan keberanian yang ditemukan di antara pasukan musuh (ay. 12). Gideon menyadari kehadiran Allah dan ia menyembah Allah. Campur tangan Tuhan menepis ketakutan. Inti Iman adalah Tuhan hadir dan membuka jalan yang nampak mustahil itu. Dan respons terbaik dari kita di titik ini adalah menyembah Tuhan  



  • Karena teks yang kita baca adalah kita narasi maka ada alur plot seperti ini

  • Puncaknya adalah Gideon menyembah Tuhan. Itu terjadi tatkala Gideon bisa melihat Tuhan dalam masa kritisnya.



Rangkuman

  1. Perjalanan iman dipenuhi momen kritis.

  2. Momen kritis memperlihatkan kita kontras kekuatan diri kita dan masalah yang kita hadapi

  3. Kita tidak mungkin bisa menghadapi masalah itu kecuali ada campur tangan supranatural (yaitu pertolongan Tuhan)

  4. Momen ini adalah momen dimana Tuhan paling ingin menyatakan kehadiranNya. Tidak respons lain yang timbul kecuali penyembahan dari orang yang bisa merasakan kehadiran Tuhan di momen ini. 

  5. Ada orang yang sampai pada momen kritisnya tetapi tidak merasakan kehadiran Tuhan. Yang ada adalah kemarahan pada Tuhan, Ada yang tidak berpengharapan atau putus asa, pasrah bukannya berserah, Ada yang mencari kambing hitam dengan menyalahkan diri, orang lain atau keadaan. Orang yang membuka diri pada Tuhan di momen kritis ini akan menyembah Tuhan karena merasakan kehadiran Tuhan. Contoh Ayub dan Isterinya. Pasang surut iman Abraham

  6. Pertumbuhan iman terjadi ketika di momen kritis ini kita bisa merasakan kehadiran Tuhan yang membawa kita pada tindakan penyembahan.



Ada orang yang menciptakan momen Kritis demi melangkah dalam iman

John Song : Obor Allah untuk Asia


Ada juga orang yang terlahir dengan momen kritis yang mewarnai hidupnya

Nick Vujicic

  • Nick telah mengatasi cobaan dan kesulitan dengan berfokus pada janji bahwa dia diciptakan untuk tujuan yang unik dan spesifik, bahwa hidupnya memiliki nilai dan merupakan hadiah bagi orang lain, dan bahwa tidak peduli keputusasaan dan masa sulit dalam hidup, Tuhan selalu hadir.

  • https://www.goodreads.com/book/show/13414984-unstoppable 


Aplikasi

  • Apakah saat ini sedang dalam momen kritis?

  • Apakah Bisa melihat dan merasakan kehadiran Tuhan di antara keterbatasan dan beratnya masalah kita?



Catatan: 

  1. Gideon menyadari bahwa ada ketakutan besar yang ditimbulkan oleh Tuhan di antara pasukan musuh. Ketakutan tersebut yang dieksploitasi.  

    1. Gideon juga bisa memaksimalkan kebingungan awal yang disebabkan oleh bangunnya musuh yang tertidur secara tiba-tiba.

  2. Namun demikian, mengingat besarnya kekuatan musuh dibandingkan dengan Gideon yang berjumlah tiga ratus, itu tidak akan memiliki peluang untuk berhasil tanpa ketakutan luar biasa yang telah ditanamkan Yahweh pada orang Midian. 

    1. “Pedang” yang digunakan Yahweh untuk menghancurkan musuh-musuhnya dalam “pertempuran” ini adalah milik orang Midian sendiri; yang merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa, meskipun taktik manusia itu brilian, kemenangan itu adalah pemberian Tuhan.

  3. dia memanggil bala bantuan dan memerintahkan mereka untuk mencegat orang Midian yang melarikan diri di penyeberangan sungai Yordan



Kesimpulan & Refleksi:

  1. Meski potensi kesombongan telah dikurangi dan yang tertinggal adalah keterbatasan. Tetapi dengan keterbatasan yang dibawa kepada Tuhan merupakan alat (tools) yang cukup untuk Tuhan pakai. 

  2. Tanpa pertolongan Tuhan keterbatasan adalah tetap keterbatasan. Kenapa suatu masalah kadang berlarut-larut karena pikir cara selesaikannya harus dengan cara kita bukan cara Tuhan.

  3. Keterbatasan kita yang Tuhan pakai akan menghasilkan kemenangan, pemulihan, jalan keluar yang di sisi lain tidak ada ruang untuk menjadi angkuh dan sombong.

  4. Iman yang bertumbuh akan melihat jalan keluar dalam keterbatasan. Paulus menyatakan “Justru dalam kelemahanlah kuasa Tuhan menjadi sempurna”















Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: