Bertumbuh dalam Komunitas (Efesus 4:11-12)

(dimuat dalam Athalia Learning Community (ALC) News, Edisi September 2024)


“Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.”


Angela Duckworth tumbuh dan dibesarkan di dalam keluarga dengan seorang ayah yang meragukan kompetensi intelektual anak-anaknya. Sang ayah dalam berbagai kesempatan dan momen mengatakan kepada Angela, “kamu bukan orang jenius.” Jauh di dalam lubuk hatinya Angela ingin berkata, “Ayah bilang saya bukan orang jenius dan saya tidak membantahnya. Tapi ada satu hal yang ingin saya katakan. Saya akan tumbuh dewasa dengan perasaan cinta terhadap apa yang saya lakukan. Saya akan menantang diri saya sendiri setiap hari. Bila terpukul roboh, saya akan bangkit kembali. Saya mungkin bukan orang yang paling pintar di satu komunitas, tapi saya menjuang menjadi orang yang paling tabah.” Menariknya, dalam perjalanan hidupnya, Angela Duckworth pernah meraih beasiswa MacArthur, beasiswa yang sering disebut “Genius Grant.” 


Ide, pemikiran dan penelitian tentang pengaruh ketabahan untuk mendukung pertumbuhan diri disarikan oleh Angela Duckworth dalam bukunya berjudul GRIT, salah satu buku terlaris dunia. Angela menyatakan bahwa grit (ketabahan) bisa ditumbuhkan melalui empat hal: minat (interest), latihan (practice), tujuan (purpose), dan harapan (hope). Ketika membahas tentang minat, Angela menyatakan hal yang penting bahwa, “minat akan berkembang bila ada dorongan dari beberapa pendukung, termasuk orangtua, guru, pelatih, dan rekan. Mereka memberikan dorongan berkelanjutan dan informasi penting yang membuat Anda semakin menyukai sesuatu.” Kalimat ini dengan tepat menunjukkan bagaimana sebuah komunitas berperan penting dalam membangun minat, minat membangun ketabahan, dan ketabahan mengoptimalkan pertumbuhan diri.


Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus menyatakan bahwa Allah memberikan “baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus.” Siapa mereka ini bagi komunitas Kristen? Mereka adalah orangtua, guru-guru, rohaniwan, para sahabat, rekan sepelayanan, yang Allah tempatkan di sekitar untuk memperlengkapi kita menemukan dan menekuni panggilanNya untuk melayani Tuhan dan sesama.


Bagian firman Tuhan ini mengingatkan orangtua dan guru untuk memanfaatkan setiap momen dan ruang-ruang perjumpaan untuk memberikan informasi sekaligus inspirasi pertumbuhan diri anak-anak dalam pengasuhan kita. Sayangnya, beberapa anak justru tidak mendapat inspirasi melainkan intimidasi dalam perjalanan pertumbuhan mereka. Pengalaman ini menjadi hambatan dan batu sandungan bagi anak-anak dalam upaya mereka menemukan dan menekuni panggilan Tuhan. Bagian firman Tuhan ini juga mengingatkan anak-anak untuk mengucap syukur kepada Allah dan berterima kasih atas kehadiran para penolong dalam pertumbuhan hidup mereka. Dukungan dan kehadiran para penolong di sekitar ini sering kali kurang dihargai, take it for granted, tidak lagi disyukuri, tidak terpikir untuk berterima kasih lagi. Ada yang mengatakan, “kehilangan akan membuktikan keberhargaan suatu kehadiran,” tetapi semoga kita tidak harus mengalami kehilangan lebih dulu untuk bisa menyadari kehadiran para penolong di sekitar kita.

Bahasa Sebagai Alat Karya Allah (Kejadian 11:9 dan Kisah Para Rasul 2:11)

(dimuat dalam Athalia Learning Community (ALC) News, Edisi Oktober 2024)


Sitti Soendari dengan terbata-taba berpidato dalam bahasa Indonesia pada kongres perempuan nasionalis. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang ia pelajari dalam kurun waktu dua bulan. Ia sengaja memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam pidatonya alih-alih menggunakan bahasa Jawa, bahasa ibunya, atau bahasa Belanda, bahasa dunia intelektualnya. Ia memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai simbol komitmennya terhadap cita-cita politik yang dinyatakan dalam peristiwa bersejarah Sumpah Pemuda, “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Komitmen seperti ini menandai semangat persatuan dalam berbagai gerakan kepemudaan pada tahun 1928 dan setelahnya [1]. Semangat persatuan dan komitmen kebangsaan tercermin jelas dalam sepenggal kisah seorang pemimpin muda Indonesia era 1928 yang memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam pidato pentingnya.

Ada dua peristiwa menarik dalam Alkitab yang memiliki keterkaitan teologis dimana Allah menggunakan bahasa untuk menyatakan rencananya bagi umat-Nya. Peristiwa pertama adalah peristiwa menara Babel (Kej. 11:1-9). Awalnya manusia satu bahasa, satu logat. Tapi dengan kesatuan itu mereka menentang perintah Tuhan untuk menyebar ke seluruh bumi. Mereka tidak mau menyebar, mereka maunya kumpul dan membangun menara kabanggaan. Tuhan mengacaukan bahasa sehingga mereka tidak bisa saling memahami dan mereka akhirnya tersebar sesuai rencana Tuhan. Sejak hari itu, bahasa menjadi beragam dan keragaman itu membentuk identitas berbeda dan melahirkan etnik berbeda. Peristiwa kedua adalah peristiwa Pentakosta (Kis. 2:1-13). Pada peristiwa pentakosta, Roh Kudus memampukan para rasul untuk memberitakan perbuatan-perbuatan Allah kepada orang-orang yang berbeda bahasa dengan mereka, tanpa sebelumnya mempelajari bahasa tersebut. Di sini, perbuatan-perbuatan Allah yang besar diberitakan kepada orang yang berbeda bahasa dan budaya. 

Allah berulang kali dalam berbagai peristiwa memakai bahasa sebagai alat untuk menyatakan karya-Nya bagi umat manusia. Allah ingin kita memanfaatkan kemampuan berbahasa kita bukan untuk menentang kehendak Allah, bukan untuk mengeluarkan kata-kata yang kotor, bukan untuk membicarakan hal buruk tentang orang lain, bukan untuk memaki atau merendahkan sesama. Allah ingin bahasa dan kemampuan berbahasa kita untuk menceritakan kebaikan-Nya dalam hidup kita, untuk memuji kebesaran dan kemuliaan-Nya, untuk memberkati anak-anak kita, untuk mendoakan orang tua kita, menguatkan dan memotivasi orang yang tawar hati, memberitakan firman-Nya.


[1]  Foulcher, Keith. “Sumpah Pemuda: The Making and Meaning of a Symbol of Indonesian Nationhood.” Asian Studies Review 24, no. 3 (September 1, 2000): 377–410. https://doi.org/10.1080/10357820008713281.


REGENERASI - Kelahiran Baru (1 Petrus 1:23)

 REGENERASI - Kelahiran Baru (1 Petrus 1:23)

http://bit.ly/regenerasi29052024

Selamat malam bapak/ibu saudara. Teks Alkitab yang kita baca terpilih dari 1 Petrus 1:23 tapi saya ingin mengajak kita membaca dari ayat 22b-25. Saya bacakan untuk kita sekalian.

“Hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.    Sebab:  “Semua yang hidup adalah seperti rumput  dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput,  rumput menjadi kering,  dan bunga gugur,  tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya.”  Inilah firman yang disampaikan Injil kepada kamu.”


KELAHIRAN BARU DAN KEKEKALAN

Saudara-saudara, Kita sangat sering bergumul dengan sesuatu yang sifatnya sementara. Pergumulan dengan kesemerntaraan ini kita alami mulai dari tataran yang sederhana hingga kompleks. “Sementara” di sini bisa berarti berubah-ubah, tidak konsisten, tidak abadi, mudah rusak atau layu. Kesementaraan itu sering membuat kita bersedih, kecewa, berduka, kesal, atau mungkin marah; sehingga jauh di dalam diri kita mendamba sesuatu yang sifatnya kekal, abadi, tahan lama.



Contoh sederhana adalah makanan, yang kita suka nikmati sehari-hari. Bapak/ibu pernah punya pengalaman meletakkan makanan, dan ketika kembali ingin menikmati ternyata makanannya sudah basi, atau tidak layak lagi dikonsumsi

Beberapa waktu lalu, saya bawa bakmi enak dari sekolah, tapi begitu sampai di rumah, lihat masakan isteri lebih enak jadinya bakmi dilupakan. Sialnya lupa juga ditaruh di kulkas, baru ketahuannya besok pagi berikutnya waktu mau berangkat ke kantor eh ada bakmi di kotak makan. Biasanya, supaya makanan tidak cepat rusak, busuk atau basi biasanya dimasukkan ke dalam freezer, dan saat ini banyak makanan beku, frozen food yang bisa dibuat bertahan lebih lama ketimbang dibiarkan begitu saja. Itu pergumulan sederhana tentang makanan.




Ada lagi pergumulan yang lebih kompleks, tentang makanan juga. Saudara pernah dengar brankas Svalbard. Brankas Svalbard adalah tempat penyimpanan benih pangan dunia yang terletak di kepulauan Svalbard, Norwegia. Lokasi ini dipilih karena dengan kutub Utara, di pegunungan es, sehingga jika mesin pendingin rusak kondisi lingkungan kutub masih dapat mendukung. Selain itu tempat itu juga jauh dari daerah perang, teror, dan tidak ada gerakan seismik

Brankas ini dirancang oleh para ahli untuk mengantisipasi kelangkaan tanaman pangan karena berbagai kondisi seperti perang, bencana alam, bahkan termasuk disebut-sebut mengantisipasi hari kiamat. Brankas Svalbard bisa menampung 4,5 juta varietas dengan masing-masingnya 500 benih. Itu setara dengan 2,5 miliar benih untuk kebutuhan masa depan umat manusia, bahkan hingga ratusan tahun ke depan.


Namun dalam tahun-tahun terakhir ini pergumulan kesementaraan itu menghantui. Sejumlah ilmuwan mengatakan khawatir karena naiknya suhu bumi sehingga kawasan lapisan es ini meleleh. Pada 2020, peneliti setempat, Kim Holmen dari Institut Kutub Norwegia,  mencatat musim panas paling hangat di Svalbard. "Kami mencatat sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya, melelehnya glasier dan lapisan es." Jadi di tempat yang sebelumnya dirasa manusia tempat aman menyimpan benih pangan kini terancam oleh pemanasan global


Ini sekali lagi pergumulan tentang kesementaraan. Dan itu baru makanan atau pangan. Masih banyak pergumulan lainnya: harta miliki, pekerjaan, kesehatan, ingatan, relasi dll. Dan itu membuat dalam diri kita mendamba sesuatu yang abadi, tahan lama, kekal


Hari ini kita belajar tentang kelahiran baru atau kelahiran kembali, suatu momen dalam kehidupan manusia, atau tepatnya orang pilihan, dimana untuk pertama kalinya kekekalan itu mulai dinyatakan atau disingkapkan. Sehingga seseorang yang sebelumnya hanya bisa melihat kesementaraan atau kefanaan kini dapat melihat kekekalan atau kebakaan itu setelah pengalaman kelahiran baru.



PENJELASAN TEKS


Konteks

Jika kita perhatikan ayat 3-25 berulang kali Petrus menunjukkan bagaimana kekekalan yang dinyatakan dalam kehidupan orang pilihan. Kekekalan itu melampaui segala yang “fana” yang disebutkan beberapa kali di perikop ini.


  1. Pertama diawali di ayat 3-4, di situ dinyatakan bahwa kita dilahirkan kembali untuk “untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.” Kelahiran kembali memungkinkan kita menerima bagian yang kekal itu.

  2. Di ayat 7 dinyatakan bahwa kita harus membuktikan kemurnian iman melalui penderitaan yang akan dialami. Iman yang murni ini “jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana.Di bagian ini Petrus mengontraskan iman yang murni dengan emas yang tidak kekal.

  3. Di ayat 18 dinyatakan bahwa penebusan kita dibayar “bukan dengan barang yang fana,” yaitu darah Kristus. Darah Kristus yang bernilai kekal itu dipakai untuk menebus orang pilihan.

  4. Kemudian di ayat yang tadi kita baca (ayat 23), dinyatakan bahwa kita “telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal.” Bagian ini menunjukkan bahwa kelahiran baru itu dimungkinkan karena ada benih firman hidup dan kekal, yang diberitakan atau ditaburkan.


Konteks ini menunjukkan ada satu momen dalam kehidupan orang pilihan yang sebelumnya hanya bisa melihat kesementaraan atau kefanaan dari kehidupan, kemudian akhirnya dapat: 


  1. merasakan penebusan oleh darah Kristus yang bernilai kekal, 

  2. mendengar & meresponi firman yang kekal, 

  3. memiliki iman yang murni yang nilainya lebih tinggi dari emas fana, dan 

  4. dipersiapkan untuk menerima bagian yang kekal di sorga. 


Momen itu adalah momen kelahiran baru atau kelahiran kembali.


Dukungan Biblika

Dalam Injil Yohanes pasal 3:3 Yesus berkata, “sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Kemudian di ayat 5, dilanjutkan bahwa seorang yang tidak dilahirkan kembali tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Perkataan Tuhan Yesus menegaskan bahwa Kerajaan Allah yang kekal itu, hanya bisa dilihat dan dimasuki oleh orang yang telah dilahirkan kembali. 


Senada dengan itu, Titus 3:5-7 menyatakan, “pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,  yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,  supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.” Titus menyatakan bahwa kelahiran baru itu dikerjakan oleh Roh Kudus dan itu membuat kita berhak menerima hidup yang kekal.


ILUSTRASI

Jika kita coba merangkum tentang Kelahiran baru berdasarkan bagian yang kita baca dan renungkan bersama, maka kelahiran baru adalah momen dalam kehidupan orang pilihan di mana Roh Kudus melalui firman Tuhan yang didengar membuat seseorang yang dulunya dikuasai oleh kefanaan, kesementaraan, kebinasaan, kecemaran menjadi kehidupan baru yang memiliki kemampuan untuk melihat dan menerima bagian yang kekal dalam Kerajaan Allah. 




Suku Toraja, yang menganut keyakinan leluhurnya, menyakini bahwa sebelum melewati ritual adat tertentu, seorang yang sudah meninggal masih dianggap hidup. Ada satu video dari Nasional Geografis terkait budaya tersebut. Ada bagian dari ritual ini yang saya tidak setujui khususnya terkait penyembahan terhadap roh leluhur dan sinkretisme, namun waktu melihat video ini, ada hal yang menarik yang menolong saya memahami perbedaan orang yang belum lahir baru dan yang telah lahir baru. Saya mengajak kita melihat videonya sejenak (4 menit).

https://www.youtube.com/watch?v=hCKDsjLt_qU 


Di video tadi kita melihat ada orang mati yang diberi makanan dan minuman, diganti pakaiannya, masih diajak komunikasi, ditangisi, diajak berdoa, diajak foto, namun mayat itu tidak memberi respons apa-apa. Itu seperti menggambarkan orang yang belum mengalami kelahiran baru: tidak bisa melihat, merasakan, mengalami karya kekekalan yang dinyatakan di sekitarnya. Tidak bisa memahami firman yang kekal, tidak bisa menyadari karya penebusan oleh darah Kristus, tidak bisa memiliki iman yang murni, tidak mempunyai pengharapan akan hidup yang kekal.



APLIKASI

Bapak ibu saudara yang dikasihi Tuhan, apakah saudara sudah mengalami kelahiran baru? Apakah orang tua, atau pasangan, atau anak, atau cucu saudara sudah mengalami kelahiran baru? Kelahiran baru seringkali kita tidak tahu pasti kapan itu terjadi tetapi dampaknya bisa disadari. Ada perubahan respons seorang yang telah lahir terhadap sesuatu yang bernilai kekal di sekitarnya. 


  • Ada perubahan sikap terhadap firman Tuhan: ada keinginan untuk mendalami firman; 

  • Ada perubahan respons terhadap dosa: berdukacita ketika melakukan dosa, berusaha meninggalkan dosa, merasakan pengampunan dosa; 

  • Ada perubahan sikap terhadap doa: berkomunikasi dengan Tuhan, mencari kehendak Tuhan; 

  • Ada perubahan cara menjalani kuliah, pekerjaan atau bisnis: memuliakan Tuhan, wadah menekuni panggilan hidup; 

  • Ada  perubahan sikap terhadap keluarga: mengampuni, menghormati orangtua, belajar mengasihi pasangan, mengasihi anak, mengasihi menantu, mengasihi cucu.


Kelahiran baru merupakan pekerjaan Roh Kudus melalui Firman Tuhan yang didengarkan. Oleh karena itu, kelahiran baru sering terjadi ketika mendengar khotbah atau ketika membaca firman Tuhan. Di masa kini kesempatan memberitakan firman bisa lebih banyak dengan kemajuan teknologi, kita dipanggil memberitakan firman melalui apa saja dengan cara apa saja. Berdoa bagi anggota keluarga supaya mereka bisa dilahirkan kembali oleh karya Roh Kudus. 

Orangtua, papa mama yang dikaruniai anak-anak di tengah keluarga, jangan sampai lalai memberitakan Injil kepada anak-anak saudara. Bukan untuk memberitakan firman untuk mengancam atau menakuti anak-anak, tetapi untuk menciptakan momen-momen kelahiran baru yang dalam anugerah Tuhan, dipakai oleh Roh Kudus untuk melahirbarukan anak-anak kita.


KELAHIRAN BARU DAN KETEKUNAN

Dampak Kelahiran Baru bukan hanya mengubah seseorang yang sebelumnya hanya melihat dan mengejar sesuatu yang fana atau sementara, menjadi pribadi yang melihat, mengejar dan akan beroleh bagian dalam kekekalan. Kelahiran baru juga membuat perubahan itu konsisten dilakukan dalam keseharian orang-orang pilihan. 



Ketika bicara tentang konsistensi, saya ingat salah satu cerita di sebuah toko kue. Pada tahun 1981, Ida’s Pastry Shoppe di Jenison, Michigan, menawarkan promo menarik: "Beli salah satu cangkir kopi kami seharga $4.79 (kurs saat ini Rp. 15.000,- setara Rp.70rb-an) dan isi ulang cangkir Anda hanya dengan sepuluh sen (setara dengan Rp 1.500) setiap kali datang." Tapi pemiliknya tidak pernah menyangka bahwa 25 tahun kemudian, ada empat pelanggan lama masih setia datang dan menikmati secangkir kopi di toko itu setiap hari - seharga 10 sen!



Orientasi 

Menurut Anthony Hoekema, kelahiran baru adalah karya Roh Kudus yang mengubah hati orang berdosa sehingga mereka yang dulunya mati secara rohani menjadi hidup secara rohani, dan sekarang berkemampuan dan berkehendak untuk bertobat dari dosa, mempercayai Injil dan melayani Tuhan.



PENJELASAN TEKS

Salah satu tujuan Petrus menulis suratnya adalah untuk menekankan pentingnya hidup kudus, bertahan dalam penderitaan, dan saling mengasihi satu dengan yang lain. Seorang yang telah dilahirkan baru mendapat kemampuan untuk melakukan itu semua. 


Di ayat 3, Petrus menyatakan bahwa Allah telah melahirkan kembali orang percaya, dan di ayat 23 dinyatakan bahwa orang percaya dilahirkan kembali dari firman Allah. Dan diantara kedua ayat tersebut dinyatakan bagaimana seharusnya kehidupan seorang yang telah dilahirkan kembali. Itu adalah ciri kehidupan seorang yang telah mengalami kelahiran baru.

  • Hidupnya penuh dengan pengharapan 

  • Menerima bagian yang tidak akan binasa yang tersimpan di surga

  • Dipelihara dalam kekuatan Allah

  • Bersukacita kendati untuk sementara menderita

  • Membuktikan kemurnian imannya

  • Hidup kudus dan tidak menuruti hawa nafsu

  • Sungguh-sungguh mengasihi dengan segenap hati


Semua ciri kehidupan tersebut akan secara konsisten hadir, dialami, terbukti dalam kehidupan seorang yang telah dilahirkan kembali. 


Dukungan Biblika

Dari 1 Yohanes 2:29 kita melihat bahwa orang yang mengalami kelahiran baru adalah orang yang terus-menerus melakukan hal yang benar, “jikalau kamu tahu, bahwa Ia [Allah] adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir dari pada-Nya.” Kata kerja yang diterjemahkan sebagai “lahir” adalah dalam bentuk perfect tense gegenetai yang mengindikasikan bahwa orang ini telah dilahirkan di waktu lampau dan terus-menerus menunjukkan bukti kelahiran baru itu di saat ini.


Seorang orang yang telah dilahirkan kembali akan secara konsisten dan terus menerus menunjukkan bukti kelahiran baru itu dalam sepanjang perjalanan hidupnya.


ILUSTRASI

Jika kita perhatikan bagan ini, sebelum kelahiran baru, manusia tidak dapat melihat kekekalan itu, tidak dapat melihat kerajaan Allah dan kebenaran. Tetapi setelah kelahiran baru, manusia akhirnya dapat melihat keberanan itu, percaya kepada kebenaran itu, meninggalkan kehidupan yang penuh dengan dosa, manusia berjuang hidup kudus.



Bagan ini menggambarkan bahwa kelahiran baru membuat manusia secara posisi menjadi anak Allah, dan kemudian masuk ke dalam proses pengudusan progresif, yang konsisten, terus menerus hingga nanti Kristus datang kedua kalinya dan melakukan pengudusan ultimat.



Konsep kelahiran baru di dalam iman Kristen berbeda dengan reinkarnasi di dalam keyakinan hinduisme. 


  • Samsara adalah siklus kelahiran, penderitaan  dan kematian yang berlangsung terus-menerus sebagai karma atas tindakan buruk yang dilakukan. Samsara adalah kondisi di mana jiwa terjebak dalam dunia materi dan terus mengalami kelahiran dan kematian.

  • Karma adalah konsep tindakan dan akibatnya. Tindakan baik menghasilkan karma baik dan kelahiran yang lebih baik, sedangkan tindakan buruk menghasilkan karma buruk dan kelahiran yang lebih buruk. Karma juga berhubungan dengan hukum sebab-akibat dan pengalaman masa depan.

  • Atman adalah konsep jiwa atau esensi sejati dari diri. Atman dapat mencapai pembebasan (moksha) dari samsara melalui pengetahuan diri dan pengalaman spiritual.

  • Dharma adalah hukum moral dan religius yang mengatur perilaku individu. Ini mencakup tugas, hak, hukum, dan cara hidup yang benar. Jika Dharma terpenuhi maka atman terbebas dari samsara

  • Moksha adalah pembebasan dari samsara dan pencapaian tujuan tertinggi dalam Hinduisme. Ini adalah keadaan pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian.


APLIKASI

Seseorang yang telah dilahirkan kembali tidak akan terus-menerus hidup dalam dosa.  Artinya adalah orang itu tidak terus-menerus berbuat dosa dengan perasaan senang, tidak dapat terus hidup di dalam dosa. Orang percaya mungkin saja jatuh ke dalam dosa tetapi tidak akan hidup di dalamnya


Hari ini kita berdoa supaya bukan hanya kita saja yang mengalami kelahiran baru tetapi seluruh anggota keluarga kita mengalami hal yang sama. Bukan hanya berdoa memohon Roh Kudus untuk melahirbarukan mereka, tetapi juga memberitakan firman Tuhan secara verbal maupun melalui teladan hidup di dalam firman Tuhan secara konsisten.


Unduh presentasi di sini

Support Blog

Support blog ini dengan subscribe Channel Youtube Victor Sumua Sanga dengan klik tombol di bawah: