Apakah Allah mengasihiku? Seberapa besar kasih Allah padaku? Apa bukti kasihNya?
Pertama kasih setia Tuhan telah dinyatakan sebelum kita ada
dan setelah kita mati.
Kasih kita kepada sesama itu dimulai paling cepat
ketika seseorang ada dalam kandungan dan diakhiri paling lambat ketika seorang
itu meninggal. Orang tua dapat menunjukkan kasihnya kepada bayinya ketika dalam
kandungan. Seorang anak dapat menunjukkkan kasih dan baktinya kepada orangtua
selama orangtuanya masih hidup. Setelah orangtua meninggal tidak bisa lagi.
Tetapi kasih Tuhan atas kita telah dinyatakan
sebelum kita lahir, bahkan sebelum dunia diciptakan. Kasih itu tetap ada ketika
kita mati dan bahkan sampai dunia berlalu. Kasih setia Tuhan atas kita dari
selama-lamanya sampai selama lamanya.
Efesus
1:4-6, “Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia
dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. Dalam kasih
Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi
anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, supaya terpujilah kasih
karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang
dikasihi-Nya.”
Roma 8:29-30, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari
semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa
dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di
antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula,
mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga
dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”
Wujud kasih Allah disini adalah pemilihan,
penentuan, pemanggilan, pembenaran dan pemuliaan kita. Dan kasih ini telah
nyata dari semula. Bukan hanya sebelum kita lahir, tetapi juga setelah kita
mati kasih setia Tuhan tetap nyata atas orang percaya.
Tuhan Yesus berkata kepada salah seorang penjahat
di sisinya dalam Lukas 23:43, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari
ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Hari itu
penjahat itu mati dan ia bersama-sama dengan Kristus.
Paulus mengatakan dalam Filipi 1: 21-24, “Karena
bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku
harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana
yang harus kupilih, aku tidak tahu. Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi
dan diam bersama-sama dengan Kristus--itu memang jauh lebih baik;
tetapi lebih perlu untuk tinggal di dunia ini karena kamu.”
Naomi pernah berkata kepada Rut, mengenai Boas
dalam Rut 2:20, “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela
mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang
mati.”
Kedua kasih Allah juga dinyatakan dalam sepanjang
kehidupan kita di dunia.
Kasih Tuhan membawa kita kepada keberhasilan dan
menopang kita dalam penderitaan.
Jika kita memperhatikan Mazmur 103 dan Ratapan 3,
keduanya menyanyikan kasih setia Tuhan yang tetap dan tak berkesudahan itu.
Tetapi jika kita perhatikan lebih teliti, kedua nyanyian ini berbeda. Satu
nyanyian pujian, satu lagi nyanyian ratapan.
Meski sama-sama nyanyian tentang kasih setia Tuhan
yang tak berkesudahan, tetapi nyanyian satu dinyanyikan dengan sukacita dan
tertawa dan nyanyian yang lain dinyanyikan dengan dukacita dan menangis.
Mazmur 103:17-18 merupakan nyanyian adalah
sukacita karena Tuhan memberikan keberhasilan dalam hidup Daud. Allah mengurapi
Daud menjadi raja, menolongnya mengalahkan Goliat, membantu Daud dalam berbagai
peperangan sehingga terus mengalami kemenangan demi kemenangan, menolong Daud
mengatasi Saul, mengampuni dosanya dengan Betsyeba, dan mengokohkan kerajaan
yang dipimpin Daud. Karena semua ini, Daud mengakui kasih setia Tuhan yang
tetap dalam hidupnya.
Hal yang sebaliknya dalam Ratapan 3:22-23 adalah
nyanyian dukacita karena Israel digempur oleh bangsa lain, disiksa dan dibunuh,
kota-kota mereka dihancurkan, Bait Suci dirobohkan, mereka diangkut ke
pembuangan. Mereka trauma, menderita, terbuang dan berdukacita. Dalam penderitaan itu mereka mengingat kasih setia
Tuhan. Mereka menyanyikan kidung ratapan yang berharap akan kasih setia Tuhan.
Kasih setia Tuhan menguatkan dan menghibur mereka yang berduka.
Kehidupan orang percaya ada suka dan duka. Baik
suka maupun duka kasih setia Tuhan tetap ada untuk kita. Kasih Tuhan membawa
kita kepada keberhasilan dan menopang kita dalam penderitaan. Jika kita
berhasil, jangan lupa diri. Ingat bahwa semua itu adalah kasih setia Tuhan.
Jika berduka, jangan putus asa. Ingat bahwa ada kasih setia Tuhan yang akan
menopang hidup kita.
Skema kasih Tuhan sejak semula, ketika hidup
bahkan setelah kematian. Sampai selama-lamanya.
Ketiga Puncak kasih setia Allah adalah
pengorbanan Kristus untuk menebus dosa kita
Yoh 3:16, “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.”
Mengapa pengorbanan Kristus merupakan puncak kasih Allah? karena
pengorbanan Kristus memberi jalan keluar dari persoalan terbesar manusia, yaitu
maut. Maut artinya terpisah selama-lamanya dari Allah. Ini persoalan terbesar manusia.
Dukacita terbesar manusia bukanlah gagal di ujian akhir semerster, bukanlah
putus pacar, bukanlah PHK, bukan juga meninggalnya anggota keluarga kita.
Dukacita terbesar manusia adalah terpisah dari Allah selama-lamanya. Tidak ada
keluar dari persoalan besar ini selain melalui pengorbanan Kristus.
Demikian pula sebaliknya, sukacita terbesar manusia bukanlah lulus ujian,
bukan juga kenaikan gaji, bukan juga dapat pacar atau pekerjaan, bukan juga
menyelesaikan skripsi, sukacita terbesar manusia adalah ketika ia menjadi warga
kerajaan Sorga. Tidak ada cara menggapai sukacita ini selain melalui
pengorbanan Kristus.
Aplikasi
Saudara yang dikasihi Tuhan, dengan menyadari
bahwa kasih setia Tuhan tak berkesudahan dalam hidup kita.
Mari kita menoleh ke
belakang melihat tahun-tahun hidup kita. Kita melihat banyak hal yang telah kita lewati. Ada suka ada duka.
Banyak hal yang kita capai, tetapi bukan tidak mungkin kita kehilangan hal tertentu. Ketika
ada keberhasilan yang kita capai, ingatlah bahwa kasih setia Tuhan yang menghantar
kita kepada keberhasilan. Jadi Naikkanlah syukur seperti mazmur Daud. Akan tetapi jika
kita menemui kegagalan demi kegagalan saat ini, jangan putus asa. Ingat
bahwa ada kasih setia Tuhan yang menopang. Naikkanlah doa pengharapan seperti
penulis kitab Ratapan.
Dengan menyadari kasih setia Tuhan yang tak
berkesudahan atas kita, Mari kita bertanya kepada diri kita sendiri, “apakah
kita juga mengasihi Tuhan dengan tak berkesudahan?”
Jika Allah menunjukkan puncak dari kasih-Nya
dengan mengutus Putera Tunggal-Nya untuk menjadi korban penebusan dosa kita,
maka sudahkah kita menunjukkan kasih kita kepada Allah dengan sungguh-sungguh
melawan dosa dan kedagingan? Sudahkah kita sungguh-sungguh mengorbankan diri
untuk melayani Tuhan dan memuliakan namaNya? Amin.