Bacaan kita menunjukkan bahwa kedewasaan karakter Kristen bisa saja dimiliki oleh orang yang secara usia relatif lebih muda. Yang menjadi ironi, terkadang kedewasaan karakter justru tidak terlihat dari orang yang secara usia lebih tua.
Bagaimana memiliki
kedewasaan karakter?
- Penentu kedewasaan karakter Kristiani
Dalam perikop yang kita
baca, penulis kitab Samuel ingin membandingkan dua figur, yaitu figure
anak-anak Eli dan figure Samuel. Ada seorang penafsir yang memberikan judul
pada perikop ini, bad boy and good boy.
Figur anak-anak Eli bernama Hofni dan Pinehas, sebagai figur Bad Boys, di ayat 12-17 dinyatakan
sebagai orang-orang dursila. Dursila kalau dalam Alkitab bahasa Inggris disebut
good for nothing. Suatu figur
seseorang yang tidak ada baiknya, tidak ada kebaikan di dalam dirinya.
Anak-anak Eli digambarkan sebagai figur yang serakah, yang mengambil apa
yang bukan menjadi hak mereka. Di dalam Imamat 7:34 dinyatakan, “karena dada
persembahan unjukan dan paha persembahan khusus telah Kuambil dari orang Israel
dari segala korban keselamatan mereka dan telah kuberikan kepada Imam Harun,
dan kepada anak-anaknya; itulah suatu ketetapan yang berlaku bagi orang Israel
untuk selamanya.” Berdasarkan ketetapan Tuhan, bagian mereka seharusnya dada
dan paha dari hewan korban persembahan, tapi yang mereka lakukan justru
berbeda. Mereka mengambil segala yang ditarik dengan garpu
bergigi tiga. Bahkan di ayat 16 mereka juga mengambil lemak. Lemak adalah
bagian dari kurban sembelihan yang hanya diperuntukkan bagi Tuhan.
Kejahatan lainnya, di ayat 22 adalah mempraktekkan perzinahan, yang menjadi
kebiasaan penyembahan berhala, dalam ritual ibadah di Kemah Pertemuan (atau
Bait Allah pada masa itu). Mereka sesungguhnya sudah diperingatkan oleh
orang-orang termasuk ayah mereka sendiri, tetapi mereka tidak peduli (ay.25). Kisah
selanjutnya Allah menghukum mati anak-anak Eli.
Lain halnya dengan the good boy,
Samuel. Samuel yang jauh lebih muda dari anak-anak Eli. Samuel melayani Tuhan
dengan baik dalam pengawasan Eli. Di usia yang masih anak-anak, sebagai
penolong imam Eli, Samuel sangat memperhatikan pelayanan dengan baik. Ayat 18
dinyatakan bahwa Samuel memakai baju Efod. Peraturan ini merupakan ketentuan
atau peraturan yang harus dilakukan bagi para imam pelayan di Kemah Pertemuan.
Kerelaan dan perhatian Samuel dalam melayani mendatangkan berkat bagi
keluarganya. Allah mengaruniakan anak laki laki dan perempuan bagi orangtua
Samuel. Perikop ini yang kita baca ditutup dengan Samuel yang bertumbuh dan
makin disukai Allah dan manusia.
Samuel menaati dengan baik peraturan bagi para imam yang melayani,
sedangkan anak-anak Eli mengabaikannya. Pelayanan Samuel menjadi yang disukai
Allah dan manusia, sedangkan anak-anak Eli dikeluhkan oleh orang banyak dan
juga ayah mereka. Ketaatan Samuel menghadirkan berkat bagi keluarganya, sedangkan
anak-anak Eli menyusahkan orangtuanya.
sumber: thoughts-about-god.com/blog/ml_gods-presence/ |
Saudara-saudara apa yang menjadi penentu kedewasaan karakter Samuel, diusia
yang masih sangat muda? Dan mengapa ia begitu berbeda dengan Hofni dan Pinehas,
yang secara usia jauh lebih tua? Jawabannya ditemukan dalam sebuah frasa “di
hadapan Tuhan.” Sebuah frasa yang sangat penting dalam kitab Samuel secara umum
dan secara khusus dalam perikop yang kita baca, yaitu “di hadapan TUHAN.” Frasa
ini diulang lebih dari 30 kali di dalam Kitab 1 Samuel dan 2 Samuel. Secara
khusus di dalam perikop yang kita baca frasa ini diulang sebanyak 4 kali yaitu
di ayat 17 18 21 dan 26.
Mengapa Samuel memiliki kedewasaan karakter Kristiani? Karena ia senantiasa
menyadari bahwa hidupnya ada di hadapan Tuhan. Kesadaran bahwa hidup terbuka di
hadapan Tuhan ini, dibangun dari pengenalan akan Kemahatahuan dan kemahahadiran
Allah.
Kehidupan yang terbuka di hadapan Tuhan juga digambarkan dengan jelas dalam
Mazmur 139:1-12. Mari kita baca Mazmur ini bersama-sama. Tuhan tahu kita duduk
atau berdiri, berjalan atau berbaring. Tuhan tahu pikiran ataupun perkataan
kita. Tuhan melihat, memperhatikan dan akan mengevaluasi kehidupan kita. Tidak
ada tempat yang tersembunyi dari Allah, bahkan di dunia orang mati pun Tuhan
ada.
Seorang yang memiliki kedewasaan karakter Kristiani adalah seorang yang
senantiasa melihat hidupnya berada dan terbuka di hadapan Tuhan.
Ilustrasi
Gusti Ora Sare:
·
Sebuah buku
karya Pardi Suratno dan Heniy Astiyanto menjadi rujukan beberapa tulisan
·
Diucapkan
oleh Jusuf Kalla 13 September 2009: Seorang Bugis yang mengucapkan pepatah
Jawa.
·
Ditulis oleh
Ahok di akhir suratnya pada 21 Mei 2017 dari rumah tahanan Markas Komando
Brimob – Depok.
“Gusti ora sare”. Dalam
filosofi budaya Jawa, istilah Gusti ora sare merupakan ungkapan doa keyakinan
iman atau kredo bahwa Tuhan tidak tidur. Ia adalah sang maha tahu, maha
melihat, dan maha bijak. Ia tidak tidur, Ia selalu terjaga, Ia selalu melihat
atas segalanya.
Dalam konteks kehidupan,
pengertian ungkapan Gusti ora sare ini bisa merujuk pada tafsir yang juga dalam
bahasa Jawa yaitu becik ketitik ala ketara (beci’ ketiti’ olo ketoro), yang
baik akan kelihatan yang jelek akan nampak pada waktunya. Di mana dalam
kehidupan pada akhirnya segala kebusukan yang berselubung kemunafikan akan
terungkap, terbongkar dan ditelanjangi sebagai buah atas perbuatannya. Seiring
itu pula, kebaikan dan kebenaran akan dinyatakan.
Aplikasi
Saudara-saudara saat ini hidupmu di
hadapan siapa?
● Di hadapan manusia, orangtua, guru, pimpinan,
pendeta atau hidup di hadapan Tuhan;
● Kejahatan yang kita pikir tersembunyi, pada
waktunya Tuhan akan menghakimi. Pemberontakan kita lakukan kita anggap tidak
ada yang dapat mencegahnya? Ingat Gusti ora sare, Tuhan tidak tidur, ia hakim
yang maha tahu.
● Sebaliknya Jangan takut jika ketaatanmu tidak
dilihat orang; jangan kuatir jika pengabdianmu tidak diperhitungkan, Tuhan
memperhatikannya, Gusti Allah ora Sare
● Pada waktunya kebenaran akan timbul dan membawa
berkat, sedangkan kejahatan akan dihukum.
- Ujian kedewasaan karakter Kristiani
Seringkali kita
mengatakan bahwa sulit menjadi seseorang yang dewasa karakter karena kita
orang-orang di sekitar kita menampilkan karakter yang buruk. Saya sulit taat
karena teman-teman kelas saya bla..bla... untuk apa yang berjuang melakukan hal
yang benar sementara keluarga saya tidak peduli dengan kebenaran.
Di dalam perikop ini kita
melihat bahwa kedewasaan Karakter Samuel terus bertumbuh meskipun ia minim
teladan. Dari perikop yang kita baca kita melihat bagaimana dosa anak-anak Eli
yang begitu mendominasi. Dosa anak-anak Eli nampak bukan hanya dari segi
kuantitas tapi juga kualitas yang semakin buruk.
Hofni dan pinehas
melakukan dosa setiap kali ada orang Israel yang mempersembahkan kurban kepada
Allah. Mereka bukan hanya mengambil daging yang tidak sesuai dengan peruntukannya melainkan mereka juga mengambil lemak yang
seharusnya diperuntukkan bagi Tuhan. Mereka bukan lagi hanya meminta tetapi
mulai menggunakan kekerasan. Mereka bukan hanya merendahkan korban persembahan
Bagi Tuhan bahkan lebih buruk lagi mereka mulai membawa ke rumah Tuhan ritual
perzinahan yang biasa dilakukan dalam penyembahan Berhala.
Penulis kitab Samuel
bahkan menggambarkan dengan implisit bagaimana kedewasaan karakter Samuel yang
lulus uji atas dominasi dosa anak-anak Eli. Jika kita perhatikan ayat 11 hingga
ayat yang ke 26 kita akan melihat strukturNarasi sebagai berikut:
● Ayat 11 sebagai prolog
● Ayat 12-17 kejahatan anak-anak Eli
● Ayat 18 sampai 21 Karakter pelayanan Samuel
● Ayat 22 sampai 25 kejahatan anak-anak Eli yang lain
● Ayat 26 epilog sambil tetap bertumbuh.
Hal yang sangat menarik
adalah bahwa Samuel tidak turut terseret dalam dosa Mereka. Samuel mampu menampilkan
kualitas karakter yang sungguh bertolak belakang dari karakter anak-anak Eli.
Dominasi dosa mereka tidak tidak mampu meruntuhkan kedewasaan karakter yang
dibangun oleh Samuel. Samuel tetap bertumbuh di dalam Tuhan dia menyenangkan
hati Tuhan dan sesamanya meski ada pelanggaran yang terstruktur, masif dan
sistematis di sekitarnya.
Aplikasi
Apakah minimnya teladan
bisa menjadi excuse bagi kita untuk tidak memiliki kedewasaan karakter? Justru
minimnya teladan merupakan ujian kedewasaan karakter. Hanya orang berani yang
mampu bertahan dalam ketaatan ketika banyak teman di sekitarnya melanggar.
Orang yang tetap taat meski minim teladan adalah orang yang tahan uji.
[[[[ Jika ketaatan kita
didasarkan oleh ketaatan orang lain, maka ketaatan kita rapuh. Jika kita taat
karena orang lain, maka kita akan melanggar bila orang lain melanggar.]]]] karakter
sejati didapat dari ketaatan yang dibangun
di hadapan Tuhan. Meski orang lain melanggar, meski orang lain tidak setia,
meski orang lain abai. Gusti ora sare karena itu bangunlah ketaatan di hadapan
Tuhan. Ketaatan yang tahan uji membuahkan kedewasaan karakter.
download powerpoint disini