Pendahuluan
Ada
satu profesi yang tergolong profesi unik. Meskipun tergolong unik, keberadaan
profesi ini sudah sangat tua, sudah ada bahkan pada zaman Perjanjian Lama.[1] Profesi
ini dianggap cukup penting di negara-negara dari Afrika, Timur Tengah dan Cina.
Profesi itu adalah peratap profesional, yang fungsinya untuk meratapi kepergian
almarhum sesedih mungkin hingga membuat suasana di rumah duka menjadi lebih
memilukan.[2]
Para
peratap profesional ini rupanya merupakan suatu keterampilan yang bisa dilatih.
Nah berikut ini sebuah video yang menunjukkan pelatihan para peratap.[3]
Bahkan
saya mendapati di salah satu majalah online membahas tentang seseorang yang
pasang tarif lumayan untuk menjadi peratap di suatu pemakaman. $50 untuk menangis biasa, $100 untuk
menangis histeris, $150 untuk menangis
sambil guling-guling di lantai, $200 untuk menangis
dan mengancam lompat ke dalam lubang kubur, yang paling mahal $1000 untuk menangis plus beneran lompat ke dalam kubur.[4] Khusus
yang bagian akhir ini, harus ditambahkan “(kecuali pemakaman model kremasi).”
sumber: google.com |
Sebenarnya profesi ini punya motivasi yang baik, motivasi ini terlihat dari kesaksian seorang ibu yang menjadi peratap profesional kepada BBC News dalam video berikut.[5]
Dalam duka, seorang anggota keluarga mungkin tidak tahu bagaimana harus menangis, dan peran peratap profesional adalah menolong mereka. Ada yang berminat part time?
Hari ini kita bersama belajar dari firman Tuhan juga
tentang peratap. Tetapi bukan peratap kematian melainkan peratap dosa. Bukan
menangisi kematian seseorang yang kita kasihi, melainkan menangisi dosa-dosa
yang kita lakukan. Berdukacita bukan karena ditinggalkan kerabat kita,
melainkan berdukacita karena dosa kita. Paling tidak ada dua kebenaran yang
kita dapat pelajari pada hari ini:
Berdukacita: Karakter Wajib bagi Setiap Orang Kristen
sumber: lilinkecil.com |
Berdukacita karena dosa mempunyai dua
esensi yang tidak boleh dipisahkan. Esensi yang pertama adalah hati yang
menyesali dosa, hati yang koyak oleh penyesalan. Di ayat 12, terdapat frasa
“segenap hatimu,” sedangkan di ayat 13 dinyatakan “koyakkanlah hatimu.” Esensi
yang kedua, yang salah seorang penafsir katakan sebagai, “bagian yang terlihat
dari proses pertobatan.” Itulah “dengan berpuasa, dengan menangis dan dengan
mengaduh” (ay. 12). Tidak selalu ketiga hal ini dilakukan, Nabi Yoel
menyebutkan ketiganya untuk menggambarkan bentuk-bentuk yang kelihatan dari
ekspresi dukacita.[8]
Jadi saudara-saudara yang dikasihi
Tuhan, Berdukacita karena dosa adalah karakter wajib dimiliki oleh setiap orang
Kristen, sebagai umat Tuhan, tanpa kecuali. Dan karakter ini diekspresikan dari
dalam diri melalui hati yang menyesali dosa diikuti dengan ekspresi yang
kelihatan melalui tangisan, ratapan atau puasa.
Perbedaan orang percaya atau umat
Tuhan daripada orang lain adalah bukan karena kita tidak pernah berdosa lagi,
bukan. Melainkan pada dukacita akan dosa. Orang yang sudah diselamatkan, akan
berdukacita akan dosa-dosanya. Dukacita itu dimulai dari kesadaran akan
keberdosaan kita.
Aplikasi
Apakah bapak ibu saudara masih merasa
diri berdosa? Sebagai pribadi, orangtua, pendidik, atau gembala, apakah saudara dan
saya masih melihat diri kita sebagai pribadi yang berdosa, sehingga perlu
datang kepada Allah dengan hati yang remuk disertai tangisan atau ratapan atau
berpuasa?
Sebagai
orangtua kita perlu berduka lebih banyak karena dosa yang kita lakukan kepada
anak-anak kita. Orangtua adalah teladan, namun jika orangtua tidak bisa menjadi
teladan – hidup dalam dosa, maka hal itu menjadi batu sandungan bagi anak-anak
kita. Tidak sedikit sikap dan perilaku orangtua membuat anak-anak mereka jauh
dari Tuhan.
Bapak ibu saudara yang
dikasihi Tuhan, mungkin baik jika kita punya waktu khusus untuk meratap atau
berpuasa secara pribadi maupun
sebagai komunitas orang percaya di keluarga maupun gereja. Waktu khusus untuk
menyatakan ekspresi yang kelihatan dari hati yang berdukacita
atas dosa kita secara pribadi.
Pemimpin
gereja juga harus berdukacita lebih banyak. Dari pimpinan gereja dibuat
berbagai keputusan dan kebijakan. Kebijakan dan keputusan pemimpin memengaruhi
kehidupan jemaat secara keseluruhan. Siapa yang menjamin pemimpin gereja tidak
mungkin salah mengambil keputusan?
Berdukacita: Karakter untuk
Hidup yang Bertumbuh dan Berbuah
Kebenaran yang kedua yang bisa kita
pelajari dari teks Alkitab yang kita baca adalah bahwa karakter berdukacita
karena dosa dapat membawa kita pada hidup yang bertumbuh dan berbuah.
Dalam buku Berkat dari Kerendahan Hati, dinyatakan bahwa salah satu tanda
seorang bertumbuh adalah adanya kepekaan dan kedukaan terhadap dosa yang terus
menguat.[9] Semakin
peka terhadap dosa, semakin berduka atas dosa, maka semakin bertumbuh dan
berbuah hidupnya di hadapan Tuhan.
Ada satu peristiwa unik yang terjadi
pada masa nabi Yoel. Peristiwa itu adalah serbuan belalang yang melahap habis
tanaman yang dilewatinya. Momen itu dipakai oleh Nabi Yoel menubuatkan
datangnya serbuan pasukan asing.[10] Akan
tetapi jika seluruh umat Tuhan datang dengan hati yang hancur, dengan menangis,
meratap dan berpuasa, maka Tuhan akan memulihkan keadaan mereka. Bukan hanya
itu, bahkan Allah membuat menjadi agen yang membawa keselamatan kepada
bangsa-bangsa lain.
Yoel 2:22-24 menyatakan bahwa tanah
gembalaan menghijau, pohon menghasilkan buahnya, tempat pengirikan penuh dengan
gandum, tempat pemerasan penuh dengan anggur. Ayat 32 menyatakan bahwa, “… di
Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan ….” Bagian ini menunjukkan bahwa ada
janji pemulihan, pertumbuhan dan buah yang dihasilkan ketika umat datang dalam
hancur hati dan dukacita karena dosa. Siapa yang mau bertumbuh dan berbuah di
dalam hidupnya? Maka berdukacitalah atas dosa.
Salah satu buah dari karakter berdukacita
adalah sirnanya sikap menghakimi. Dalam buku Berkat
dari Kerendahan Hati dituliskan “Kita tidak bisa menghakimi
orang percaya lainnya atau bahkan orang tidak percaya, jika kita hancur dan
remuk hati akan dosa kita.”[11] Hal ini
sangat sejalan dengan apa yang dirasakan Paulus dalam surat-surat penggembalaan
yang ditulisnya. Dalam 1Kor. 15:9, ia mengatakan, “… aku adalah yang paling
hina dari semua rasul.” Beberapa waktu kemudian Paulus menulis surat Efesus
yang di dalamnya ia menyatakan bahwa dirinya adalah “yang paling hina di antara
segala orang kudus” (Ef. 3:8). Kemudian pada salah satu surat terakhirnya, ia menulis,
“Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: "Kristus Yesus datang
ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa," dan di antara mereka akulah
yang paling berdosa” (1Tim. 1:15).
sumber: www.ironstrikes.com/blog/mourn-for-sin |
Semakin berdukacita
karena dosa, semakin merasa tidak layak dari orang lain, semakin rendah hati,
semakin bertumbuh dan semakin berbuah.
Aplikasi
Apakah bapak ibu saudara rindu hidup yang
dipulihkan, bertumbuh dan menjadi berkat bagi orang lain? Mulailah dengan
karakter berdukacita.
Karakter
berdukacita membuat kita menjadi rendah hati untuk menerima kelemahan-kelemahan
kita. Rendah hati untuk mengakui bahwa kita manusia rapuh yang membutuhkan penghiburan
Allah dalam hidup kita.
Karakter berdukacita
membuat hidup kita tidak mampu menghakimi orang lain. Tanpa penghakiman, kita
diajak menjadi motivator dan penghibur bagi kelemahan orang lain. Sebagai
pribadi yang berdukacita atas dosa, kita melihat keberdosaan orang lain, bukan
untuk diabaikan, dihakimi, melainkan untuk diratapi dalam doa-doa kita. Demikianlah
kita menjadi berkat bagi sesama.
Download powerpoint disini
[1] Amos 5:16
[2] https://lifestyle.okezone.com/read/2015/11/30/196/1258233/delapan-profesi-paling-aneh-ini-ternyata-benar-ada?page=2
[3] https://www.youtube.com/watch?v=4Kw9M90XCys
[4] https://www.golfdigest.com/story/facebook-user-declares-himself-a-professional-mourner-sells-his-tears-for-money
[5] https://www.bbc.com/news/av/world-africa-44673492/professional-mourners
[6] Bridges, Jerry, Berkat dari
Kerendahan Hati. p41.
[7] Yunus 3:7-10
[8] Stuart, Douglas, WBC, Vol. 31:
Hosea-Jonah.
[9] Bridges, Jerry, Berkat dari
Kerendahan Hati. p47.
[11] Bridges, Jerry, Berkat dari
Kerendahan Hati. p49.