Pendahuluan
Saudara-saudara,
setiap tahun ada beberapa kamus online
yang melaporkan kata-kata yang paling sering dicari dalam website mereka. Tahun 2005 yang lalu, beberapa kata yang paling
populer adalah pengungsi, wabah, tsunami dan tanggul. Hal ini dapat dipahami
karena bencana-bencana alam yang begitu sering terjadi pada tahun itu. Akan
tetapi ada satu kamus online yang
terkenal lainnya yaitu Merriam-Webster Online
Dictionary melaporkan bahwa kata dalam kamus mereka yang paling sering
dicari adalah INTEGRITAS. Yang mereka definisikan “suatu kesetiaan yang tetap
kepada aturan-aturan moral atau nilai-nilai seni tertentu”. Kata ini dipakai
untuk menggambarkan mereka yang tidak ingin disuap atau tidak ingin memiliki
moral yang jahat. Pertanyaannya mengapa kata ini paling sering dicari? Apakah
itu karena integritas telah menjadi langka sehingga orang tidak lagi dapat
memahami bagaimana kehidupan seorang yang berintegritas?
Saudara-saudara
integritas itu sangat diperlukan. Ketika saudara ingin mempekerjakan orang atau
menerima karyawan, tentu saja anda ingin orang tersebut memiliki ketaatan pada
aturan kerja di perusahaan anda. Bahkan ketika saudara ingin mencari seorang
pembantu rumah tangga atau baby sitter, tentu saja saudara berharap dia adalah
orang yang bertanggung jawab penuh, memiliki kesetiaan yang tetap dan itu
adalah orang yang berintegritas. Dan
yang paling penting adalah ketika saudara mencari pasangan hidup atau mungkin
menantu, tentulah sangat diperlukan seorang yang berintegritas, yang setia pada
komitmen pernikahan kelak. Atau jika kita mengevaluasi hidup kita sekarang,
baik itu di rumah, di tempat kerja apakah kita orang yang berintegritas?
Saudara-saudara,
hari ini ada berita gembira buat saudara yang menggumulkan hal yang sama. Dari
firman Tuhan hari ini kita akan belajar tentang integritas. Apa itu integritas,
bagaimana mengetahui seseorang memiliki integritas atau tidak dan bagaimana
memiliki hidup yang berintegritas.
Saudara-saudara, Dalam Alkitab kita, kata
INTEGRITAS tidak ada. Kata ini yang dalam bahasa Inggrisnya integrity yang diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia menjadi beberapa makna antara lain:
·
Tulus hati. misalnya dalam 1 Raja-raja 9:4 “Mengenai engkau, jika engkau hidup di
hadapan-Ku sama seperti Daud, ayahmu, dengan tulus hati dan dengan
benar, dan berbuat sesuai dengan segala yang Kuperintahkan kepadamu, dan jika
engkau tetap mengikuti segala ketetapan dan peraturan-Ku”
·
Saleh. Ayub 2:3
Firman TUHAN kepada Iblis: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?
Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang
takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya,
meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa
alasan.”
·
Tidak bersalah. Ayub
31:6 biarlah aku ditimbang di atas
neraca yang teliti, maka Allah akan mengetahui, bahwa aku tidak bersalah.
·
Bersih kelakuannya. Amsal 19:1 Lebih baik seorang miskin yang bersih
kelakuannya dari pada seorang yang serong bibirnya lagi bebal.
Saudara-saudara dari terjemahan kata integrity dalam Alkitab kita ini, kita
dapat melihat bahwa seorang yang berintegritas adalah seorang yang melakukan
sesuatu yang benar, memiliki ketulusan hati tidak pura-pura, ia seorang yang
saleh.
Bruce Weinstein dikenal sebagai
“Etikawan.” Buku-bukunya dan seminar-seminarnya menantang orang-orang untuk
membuat keputusan berdasarkan prinsip tertentu dan bukan berdasarkan kesenangan
atau ketertarikan. Dalam suatu workshop yang diadakan ia bertanya kepada para
peserta mengapa kita harus menjadi orang yang berintegritas? Ia mengatakan
bahwa kebanyakan jawaban atau respon berpusat pada keuntungan yang didapatkan
dari memiliki hidup yang jujur atau sesuai dengan moralitas – ketimbang harus
mendapatkan hukuman karena tidak hidup dengan berintegritas. Memang Bruce
mengakui banyak keuntungan yang diperoleh dengan memiliki hidup yang
berintegritas namun ia sangat menekankan bahwa kita harus berintegritas karena
memang itu adalah hal benar yang harus dilakukan.
Saudara-saudara, seorang yang
berintegritas tidak melihat pada apa yang akan didapatkannya dengan hidup yang
berintegritas namun ia lebih melihat pada kebenaran yang harus ia lakukan.
Pertanyaannya adalah bagaimana kita mengetahui seseorang memiliki hidup yang
berintegritas atau tidak? Apa indikatornya?
Saudara-saudara, kita akan melihat dalam
Alkitab beberapa tokoh yang memiliki kehidupan yang berintegritas dan belajar
bagaimana mengetahui seseorang itu berintegritas atau tidak.
Yang
pertama mari kita membuka
dari Kejadian 39:10-11. Demikian
firman Tuhan:
“Walaupun dari hari ke hari
perempuan itu membujuk Yusuf, Yusuf tidak mendengarkan bujukannya itu untuk
tidur di sisinya dan bersetubuh dengan dia. Pada suatu hari masuklah Yusuf ke dalam
rumah untuk melakukan pekerjaannya, sedang dari seisi rumah itu seorangpun
tidak ada di rumah.”
(P) Saudara-saudara, Yusuf adalah seorang
yang manis sikapnya dan elok parasnya. Ia juga seorang yang bertanggung jawab
dalam tugasnya. Tuhan memberkati Yusuf dengan membuat berhasil segala usaha
yang Yusuf kerjakan. Dalam kisah ini Yusuf tinggal di rumah Potifar. Karena
keberadaannya Potifar pun diberkati Tuhan. Yusuf diberi kepercayaan menjadi
orang nomor dua di rumah Potifar. Saudara-saudara, selang beberapa waktu
kemudian isteri Potifar memandang Yusuf dengan berahi dan Alkitab mencatat
bahwa dari hari ke hari ia membujuk
Yusuf tetapi Yusuf menolak. Dan bahkan ketika seorang pun tidak ada di rumah Yusuf tetap menolak.
Saudara-saudara yang kekasih, bukan hal
yang mudah mempertaruhkan jabatan yang telah ia peroleh dari usahanya
bertahun-tahun, dengan segala kemapanan dan keberhasilannya. Yusuf menyadari
betul penolakannya akan membawa masalah pada dirinya. Hal lain lagi, isteri
Potifar adalah seorang wanita yang cantik sebab sudah suatu kepastian bahwa
isteri petinggi-petinggi Mesir akan mempunyai isteri yang cantik. Saudara-saudara,
Yusuf tetap menolak. Bahkan dikatakan “Yusuf berlari ke luar.” Kata “lari” di
bagian ini sering untuk menunjukkan seseorang yang melarikan diri ketika kalah
perang sehingga ia tidak mati terbunuh. Dengan kata lain, bagi Yusuf jika ia tetap
tinggal dalam rumah itu sama saja dengan mati. Yusuf memiliki sikap yang tetap
setia dari hari ke hari dan meskipun ada atau tidak seorang yang melihatnya.
Saudara-saudara, dari bacaan ini terlihat
jelas 2 ciri orang yang berintegritas, yaitu:
- Tetap
melakukan kebenaran dari hari ke
hari.
- Tetap melakukan kebenaran meski seorang pun tidak ada.
(A) Saudara-saudara, mudah untuk kita taat
pada suatu kebenaran atau aturan jika kita diuji sekali saja. Namun bagaimana
jika ujian itu datang setiap hari? Bagaimana kalau kita digoda setiap waktu?
Sanggupkah kita bertahan? Kita mungkin tidak berdosa atau taat pada satu aturan
jika ada orang yang melihat tetapi mungkin akan lain jika tidak ada orang yang
melihat? Orang yang berintegritas adalah orang yang tetap taat meski dicobai
dari hari ke hari dan ada atau tidak ada orang yang melihat. Contoh yang paling
sederhana ketika saudara berada di jalan dan lagi terburu-buru, mungkin saudara
akan dengan mudah melanggar rambu lalu lintas jika tidak ada polisi yang
menjaga. Bagi para remaja dan pemuda apakah saudara taat ketika tidak ada orang
tua di sisi saudara, ketika tidak ada yang melihat saudara? Dalam pekerjaan kita,
apakah kita setia pada tanggung jawab kita tidak mencuri-curi waktu atau
menyelewengkan dana perusahaan, jujur dari hari ke hari dan ketika tidak ada
orang yang melihat tindakan kita? Saudara-saudara, kehidupan yang berintegritas
memiliki banyak manfaat namun bukan itu alasan kita hidup berintegritas. Kita
hidup berintegritas karena memang hal itu yang benar untuk dilakukan.
Yang
kedua, mari kita belajar
kehidupan yang berintegritas dari Ayub. Mari kita membuka Ayub 2:9, demikian
firman Tuhan:
‘Maka berkatalah isterinya
kepadanya: “masih bertekunkan engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan
matilah!’
(P) Saudara-saudara, kata “kesalehan” di
bagian ini dalam versi Inggris diterjemahkan “integrity.” Jadi sebenarnya isteri Ayub berkata: “masih bertekunkah
engkau dalam integritasmu?”
Saudara
yang kekasih, Ayub dalam bagian yang kita baca mengalami begitu banyak
kesengsaraan: seluruh harta bendanya habis dalam sekejab, bukan cuman itu saja,
10 anaknya mati dalam sehari dan terlebih lagi bahkan saat itu tubuhnya
dipenuhi dengan borok-borok yang menjijikkan. Ayub sangat menderita. Akan
tetapi dalam kesemuanya itu Ayub tidak meninggalkan Tuhan. Ia tidak menghujat
Tuhan akan penderitaan berat yang ia alami. Ayub beda dengan isterinya, mereka
mengalami hal yang sama, kesengsaraan dan kesedihan yang sama. Namun apa yang
disarankan isteri Ayub menunjukkan bahwa bagi dia dalam situasi yang begitu
menderita integritas seharusnya tidak perlu dipertahankan. Saudara-saudara, ada
penafsir yang menyebut isteri Ayub sebagai “utusan Iblis”, “alat setan.” Sebab
ia memberikan saran yang sama dengan yang setan katakan dalam 1:11 dan 2:5.
Wanita ini yang seharusnya mendorong dan menghibur Ayub untuk tetap percaya
pada Allah atau hidup berintegritas, namun sebaliknya ia sebagai orang yang
terdekat, justru yang mengajak Ayub mengutuki Allah. Saudara-saudara, Ayub
berbeda. Di tengah-tengah penderitaannya, ia tetap sabar dan berintegritas.
Ketika orang terdekatnya tidak mendukungnya ia tetap berintegritas.
Inilah
kehidupan yang berintegritas:
- Tetap
melakukan kebenaran meski mengalami penderitaan yang berat.
- Tetap
melakukan kebenaran meski orang terdekat tidak mendukung.
(A) Saudara yang kekasih dalam Yesus
Kristus, kadang integritas kita harus dicobai dengan penderitaan yang kita
alami. Kehidupan yang benar tidak membuat kita bebas dari penderitaan. Justru
penderitaanlah yang menguji kemurnian integritas kita. Kita dapat taat jika
kita didukung oleh orang-orang di sekitar kita, namun bagaimana jika tidak?
Bagaimana jika orang yang kita harapkan menghibur kita atau menguatkan kita
jutru menjadi orang yang pertama menasihati kita menyangkali integritas kita.
Saudara-saudara sebagai orang percaya bukan hal yang mudah bagi kita
mempertahankan integritas di tengah-tengah dunia ini. Ketika di pekerjaan, kita
diperhadapkan pada resiko-resiko kehilangan pekerjaan jika kita tetap dalam
kebenaran? Atau bagi para pelajar juga tidak terlepas dari tantangan
integritas. Apakah saudara mau tetap jujur dalam ujian-ujian saudara meski
resikonya saudara tidak lulus? Celakanya lagi terkadang guru kita sendiri yang
menyarankan kita untuk nyontek atau tidak jujur dalam ujian? Saudara-saudara,
godaan untuk menyimpang dari kebenaran akan teruji jika kita mulai menderita?
Saudara tidak heran dewasa ini begitu banyak kejahatan yang terjadi di
masyarakat dengan dalih kesulitan hidup yang mereka alami sehingga mereka
mengambil jalan pintas. Saudara firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk
tetap berintegritas meski menderita atau tidak didukung oleh orang terdekat.
Saudara-saudara, apakah rahasia Yusuf dan
Ayub dapat memiliki hidup yang berintegritas? Apa sumber kekuatan mereka? Mengapa
mereka dapat mempertahankan integritas mereka di tengah-tengah tantangan mereka
yang sungguh tidak mudah? Rahasianya terdapat dalam Mazmur 119:9. Mari kita
baca bersama-sama: “Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya
bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu.”
(P) Saudara-saudara, kata “orang muda”
dalam bagian ini menunjuk pada “murid” atau juga dikenal dengan sebutan
“anakku” dalam kitab Amsal. Kata ini menunjuk pada seseorang yang perlu belajar
dari sang guru hikmat. Saudara-saudara, dalam pertanyaan di atas terkandung
keinginan dari yang kuat dari pemazmur untuk terlepas dari kecenderungan hati
yang jahat, keinginan untuk selamat dari pencobaan, kemauan untuk hidup dalam
kemurnian dan kebenaran, keinginan untuk hidup berintegritas. Ada penafsir yang
mengatakan bahwa jawaban ini adalah jawaban yang merangkum hikmat kuno dan
modern, merangkum semua ajaran moralitas dan agama. Suatu jawaban yang tepat
dan komprehensif. Firman Tuhan adalah penuntun dalam kebenaran. Hati nurani
dapat menunjukkan kesalahan tetapi tidak dapat menunjukkan jalan yang benar.
Firman Allah yang menyucikan kita, menunjukkan dosa, membuat kita mencari
kesucian. Firman Tuhan membuat Yusuf mengerti bahwa ia tidak boleh melakukan
dosa di hadapan Allah (coba saudara bandingkan dengan Kejadian 39:9). Hikmat
dari firman Tuhan ini yang membuat Ayub tidak berdosa dengan bibirnya, sebaliknya tetap berdiam dalam integritasnya.
Saudara juga masih ingat kisah pencobaan Tuhan Yesus di padang gurun, berulang
kali Yesus menyebutkan ayat-ayat firman Tuhan untuk melawan godaan Iblis.
Firman Tuhanlah yang membuat Yusuf, Ayub dan Tuhan Yesus tetap memiliki
kehidupan yang berintegritas.
(A) saudara-saudara, Kehidupan yang
berintegritas tidak terlepas dari firman Tuhan. Jika saudara mencari seorang
yang memiliki integritas carilah orang yang memiliki relasi dengan firman
Tuhan. Carilah orang yang memiliki waktu untuk bergumul dengan firman Tuhan.
Jika saudara mencari pasangan hidup yang berintegritas carilah seorang yang
mencintai firman Tuhan. Atau jika saudara ingin memiliki hidup yang
berintegritas, milikilah firman Tuhan. Kita dapat bertahan melewati ujian
integritas dari hari ke hari, ketika tidak ada seorang pun yang melihat,
bahkan ketika kita mengalami penderitaan,
ketika tidak di dukung bahkan oleh
orang-orang terdekat hanya jika kita hidup sesuai dengan firman Tuhan.
Penutup
Saudara yang kekasih, Yusuf disertai Tuhan
selalu, semua usahanya diberkati Tuhan karena integritasnya, Ayub akhirnya
dapat melihat arti penderitaan yang ia alami. Bahkan ia berkata ia akhirnya
dapat melihat Tuhan dengan matanya sendiri juga kerena integritasnya. Allah
menyertai orang yang memiliki hidup yang berintegritas. Akan tetapi mengulang
pernyataan Bruce Weinstein seorang etikawan terkenal berkata bukan karena
keuntungan-keuntungan yang ada maka kita hidup berintegritas melainkan karena
memang itu adalah hal benar yang harus dilakukan.