Suatu hal yang umum
diterima bahwa seorang pemimpin harus mempunyai visi. Bill Hybels, dalam
bukunya Kepemimpinan yang Berani, menyatakan bahwa visi adalah
inti kepemimpinan. Visi adalah ’bahan bakar’ seorang pemimpin. Tanpa visi,
pemimpin mati. Sendjaya mengatakan, ”Pemimpin tanpa visi sama sekali tidak
dapat disebut pemimpin, sedangkan pemimpin yang memiliki suatu visi adalah
pemimpin yang berbahaya, karena ia berpotensi mempengaruhi dunia.” Meski konsep
’pemimpin harus memiliki visi’ umum diterima, namun hal yang umum juga dialami
bahwa seseorang yang belajar memimpin mengalami kebingungan menemukan visinya.
Hari ini kita belajar dari
dua pemimpin besar di dalam Alkitab. Mereka adalah Nehemia dan Paulus. Nehemia
dan Paulus adalah pemimpin-pemimpin yang bervisi. Namun menariknya, mereka
menemukan visi mereka dengan cara yang berbeda.
Nehemia menemukan visinya
ketika ia mendengar kabar tentang orang-orang Yahudi dan tentang Yerusalem dari
Hanani (Neh. 2:2-3). Kabar dari Hanani menyebutkan bahwa orang-orang Yahudi ada
dalam kesukaran besar dan tercela. Sedangkan tembok Yerusalem dan pintu
gerbangnya telah terbakar.
Berita ini membuat Nehemia
begitu prihatin (Neh. 2:4). Ia menangis, berkabung berpuasa dan berdoa. Dan
pada kisah Nehemia selanjutnya, kita dapat melihat bahwa keprihatinannya ini
mendorongnya untuk melakukan tindakan konkret, terencana dan berkesinambungan
untuk membangun kota Yerusalem dan memulihkan kehidupan orang Yahudi.
Nehemia menemukan visinya
dari realita yang terjadi di bangsanya. Realita ini menimbulkan keprihatinan
yang dalam bagi Nehemia. Keprihatinan tersebut mendorongnya melakukan tindakan
yang konkret, terencana dan berkesinambungan bagi bangsanya. Inilah proses lahirnya
visi bagi Nehemia.
Cara Paulus menemukan visinya untuk pertama
kalinya berbeda dengan Nehemia. Visi kepemimpinan Paulus ditemukannya dari
perkataan Yesus kepadanya dalam perjalanannya ke Damsyik. Dalam perjalanan
Paulus ke Damsyik untuk menangkap dan membunuh orang percaya, ia berjumpa
dengan Yesus (Kis. 26:12-15). Perjumpaan dengan Yesus ini bukan hanya menjadi
momen pertobatan Paulus, tetapi juga momen di mana ia menemukan visi
kepemimpinannya.
Paulus diberikan visi
untuk menjadi pelayan dan saksi Kristus (Kis. 26:16-18). Paulus dikhususkan
untuk menjadi pemberita Injil bagi bangsa Yahudi dan non-Yahudi. Untuk visi
inilah Paulus mengabdikan hidupnya. Ia taat kepada visi tersebut. Ia
memberitakan injil kepada orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem, di seluruh
Yehuda, dan juga kepada bangsa-bangsa lain (Kis. 26:19-20).
Paulus menemukan visi
hidupnya dari perkataan Yesus kepadanya dalam perjalanannya ke Damsyik.
Perkataan Yesus ini mendorong Paulus untuk melakukan tindakan konkret,
terencana dan berkesinambungan untuk mewujudkan visi tersebut. Inilah proses
lahirnya visi bagi Paulus.
Kisah Nehemia dan Paulus
memberikan gambaran utuh kepada kita tentang bagaimana kita dapat menemukan
visi hidup atau visi kepemimpinan kita. Visi itu dapat dinyatakan melalui
firman Allah yang kita baca dan melalui realita yang terjadi di sekitar kita.
Visi dapat dinyatakan
kepada pemimpin melalui pergumulannya dengan firman Allah (look to God) dan
melalui keprihatinannya terhadap realita di sekitarnya (look around). Seorang
yang mengabaikan firman Allah dan mengabaikan sekitarnya tidak akan pernah
sampai kepada visinya.
Pertanyaan refleksi pribadi:
1. Apakah saya paham visi Allah untuk saya
kerjakan?
2. Bagaimanakah keseriusan saya bergumul
dengan firman Allah selama ini?
3. Bagaimanakah saya dapat menunjukkan
kepedulian saya bagi lingkungan di sekitar saya (keluarga, kampus, kota,
bangsa)?
4. Persoalan utama seorang Kristen sulit
menemukan visinya adalah karena pengabaian akan Firman Allah dan pengabaian
akan realita sekitarnya. Rancangkan langkah praktis untuk dilakukan demi
menunjukkan keseriusan bergumul dengan firman Allah dan kepedulian terhadap
realita di sekitar!
(dimuat dalam buku Acara KKRJB 2011 kolom saat teduh)