Pendahuluan
Jika Allah hari ini ingin memilih salah
satu dari kita untuk suatu tugas penting yang telah disiapkan-Nya, maka
kira-kira siapakah yang akan terpilih dari antara kita? Apakah Ia akan memilih
orang yang mempunyai pengetahuan dan skill-nya paling tinggi, atau
orang yang paling rajin ke gereja, atau orang yang paling banyak teman, atau
mungkin yang paling besar penghasilannya, atau lainnya? Orang seperti apa yang
akan dipilih-Nya?
Mungkin kita tidak pernah menyangka orang
seperti apa yang akan dipilih Allah. Kita terpana karena bukan diri
kita yang Allah pilih, meski kita sangat berharap. Atau bahkan sebaliknya
kita terkesima karena diri kita yang terpilih, meski sebelumnya tak
pernah terlintas akan menjadi orang pilihan itu.
Pemilihan
Raja Israel yang Tak Terduga
Dalam 1Sam. 16:1-13, Allah hendak
mengangkat seorang raja yang dapat melakukan hal yang berkenan bagiNya. Kita
tahu, Saul gagal menjadi raja yang Allah kehendaki. Karena itu, Allah ingin
menggantinya dan rupanya telah menemukan seorang yang tepat untuk tugas itu.
Allah lalu mengirim Samuel untuk mengurapi calon raja tersebut. Menariknya,
semua orang yang disebutkan dalam nukilan ini, tidak ada yang menyadari siapa
pilihan Allah itu.
Allah memerintahkan Samuel menuju ke
Betlehem (tepatnya, di Efrata) untuk mengurapi seorang raja di sana. Dalam
perjalanan ke sana, nampaknya pikiran Samuel dihinggapi pertanyaan: “mengapa ke
Betlehem Efrata?” Orang pada masa itu tahu bahwa kaum yang tinggal di sana adalah
kaum yang terkecil dari suku Yehuda (bdk. Mikha 5:1). Jelas bahwa
Allah mengarahkan Samuel ke tempat kaum terkecil untuk mengurapi orang
terbesar di Israel. Ini merupakan suatu hal yang diluar dugaan.
Dari kaum yang terkecil ini, Allah
menunjuk satu keluarga, yaitu keluarga Isai. Apakah keluarga Isai juga
menyadari siapa orang yang akan Allah pilih? Rupanya tidak!. Keluarga Isai
tidak satupun menyadari siapa orang yang Allah pilih itu.
Isai hanya menyiapkan ketujuh anaknya
laki-laki, meski ia punya delapan. Tidak pernah terlintas dalam pikiran Isai
bahwa Daud mungkin orang pilihan itu. Sekali lagi, tidak pernah terlintas.
Karena itu, Daud disuruh menggembalakan domba, ketika ada peristiwa penting di
keluarganya itu.
Apakah ketujuh anak Isai menyadarinya? Semua
anak menduga bahwa yang terpilih adalah Eliab. Hal ini wajar karena Eliab
adalah anak sulung dan juga seorang prajurit berpengalaman. Bahkan, Samuel
sendiri berpikir bahwa Eliab-lah orang yang dipilih Allah itu.
Ketika Eliab ditolak Allah, pandangan mata
orang pada waktu itu tertuju kepada Abinadab. Ketika Abinadab ditolak,
pandangan tertuju kepada Syama. Demikian seterusnya, dan tidak ada satupun dari
ketujuh anak ini yang Allah pilih. The Best Seven telah ditolak Allah.
Tujuh anak yang terbaik yang dipunyai Isai telah ditolak Allah.
Dan akhirnya, Daudlah yang terpilih
sebagai raja yang diurapi Allah. Allah memilih Daud sebagai orang yang
terkecil di keluarga Isai, yang merupakan kaum yang terkecil di
Yehuda. Daud adalah yang terkecil dari yang terkecil, tetapi dipilih
Allah.
Tuhan
Melihat Hati
Meskipun ia yang terkecil dari yang
terkecil, namun ia memiliki hati yang lebih besar dari semuanya. Hati
Daud inilah yang Allah lihat, sehingga Ia memilih Daud. Memang, hati
yang besar akan menuntun seseorang melakukan hal-hal yang besar. Tetapi bukan
berarti semua orang besar serta merta memiliki hati yang besar.
Bagaimanakah kebesaran hati Daud sehingga Allah
berkenan memilihnya? Ada paling tidak tiga peristiwa penting di mana Daud
menunjukkan kebesaran hatinya.
1. I Samuel 17:45-47
Kisah ini menceritakan pertemuan antara
Daud dan Goliat di medan pertempuran. Goliat datang sebagai seorang yang
mengandalkan kemampuan perang dan persenjataannya dalam duel ini. Tetapi Daud
datang dengan mengandalkan Allah. Daud tidak mengandalkan dirinya dan
senjatanya, ia hanya mengandalkan Allah.
Ini bukti kebesaran hati Daud. Ia adalah orang
yang sangat mengandalkan Allah dalam pergumulan hidupnya. Di hatinya, ada Allah
karena itu ia tidak gentar menghadapi tantangan apapun.
Kebesaran hati terlihat dari seberapa
besar seseorang mengandalkan Allah dalam menghadapi tantangan hidupnya.
Bukan mengandalkan kekuatan, keuangan, atau kekeluargaan. Hanya mengandalkan
Allah.
2. I Samuel 24:3-8
Kisah ini menceritakan tentang Daud yang dikejar-kejar
oleh Saul untuk dibunuh. Saul ingin membunuh Daud karena dianggap mengancam
kepemimpinannya. Suatu kali, Daud bersembunyi dalam gua, yang tanpa sadar
dikunjungi oleh Saul untuk buang hajat. Ada kesempatan Daud untuk membunuh Saul
dalam gua itu, tetapi ia tidak lakukan itu. Daud yakin bahwa ia dipilih Allah
menjadi raja, tetapi ia tidak mau menggunakan cara yang melanggar firman Allah
untuk memperoleh jabatan raja itu.
Kisah ini adalah sebuah kisah yang
kontras: antara Saul dan Daud. Saul berusaha membunuh Daud, namun tidak
mempuyai kesempatan itu. Sedangkan Daud mempunyai kesempatan itu, namun tidak
membunuh Saul. Ini bukti kebesaran hati Daud. Ia menggunakan cara yang
benar untuk sampai pada kedudukan raja.
Kebesaran hati terlihat dari cara-cara
hidup kita. Seorang yang berhati besar menggunakan cara-cara yang benar
untuk sampai pada tujuannya.
3. Mazmur 51:1-5
Latar belakang dari penulisan mazmur ini
adalah peristiwa perselingkuhan yang diikuti dengan pembunuhan berrencana yang
dilakukan oleh Daud. Penulisan Mazmur ini menggambarkan betapa sedih dan
menyesalnya Daud akan dosa yang ia lakukan. Mazmur ini adalah gambaran hati
Daud yang penuh dengan pertobatan.
Daud adalah manusia yang tidak lepas dari
kesalahan. Dan tidak ada satu orangpun yang bebas dari kesalahan. Kebesaran
hati seseorang bukan terlihat dari ada tidaknya dosa yang dilakukannya,
melainkan keberanian dan ketulusannya mengakui dosanya di hadapan
Tuhan.
Penutup
Jika Allah hari ini ingin memilih salah
satu dari kita untuk suatu tugas penting yang telah disiapkan-Nya, maka Ia akan
mencari seorang yang berhati besar. Allah akan memakai kita karena kebesaran
hati kita, kendatipun dalam pandangan manusia kita adalah yang
terkecil dari yang terkecil. Hati yang besar adalah hati yang mengandalkan
Allah, hati yang berusaha melakukan sesuatu yang dengan cara-cara yang benar
dan hati yang rela ditegur dan bertobat ketika melakukan kesalahan.
Download powerpoint disini