PENDAHULUAN
Kehadiran
guru-guru palsu (atau pengajar-pengajar sesat), yang menyesatkan orang-orang
percaya, nampaknya ada di sepanjang zaman. Sejak Kekristenan mula-mula hingga
kini, jemaat tidak pernah lepas dari kehadiran guru-guru palsu.
Pengajaran-pengajaran guru-guru palsu tersebut menggeser jemaat Tuhan dari
pengajaran yang benar, yang sesuai dengan pengajaran para rasul. Dan salah satu
topik yang selalu hangat jika membicarakan tentang pengajaran mereka adalah
topik mengenai Kristus atau Kristologi mereka. Intinya mereka memberikan
pengajaran tentang Kristus yang tidak benar. Jika pada abad-abad pertama
berkembang pengajaran tentang Kristus yang menyimpang, misalnya pra gnostik dan
doketisme, maka pada zaman ini, secara khusus di Indonesia, adalah Mormon,
saksi Yehova dan Kristen Tauhid.
Surat
Yudas adalah surat yang ditulis untuk menolong orang-orang percaya pada abad
pertama yang bergumul akan guru-guru palsu ini. Penulis surat Yudas mendeteksi
adanya Kristologi yang menyimpang yang disebarkan oleh guru-guru palsu ini. Oleh
karena itulah penulis surat Yudas menuliskan suratnya untuk memperingatkan
orang-orang percaya tersebut. Penulis surat Yudas menggariskan Kristologi yang
dalam dan benar untuk menjadi standar bagi orang-orang percaya waktu itu dalam
menghadapi guru-guru palsu ini.
Makalah
ini akan membahas Kristologi yang dikemukakan dalam surat Yudas, dalam konteks
menghadapi guru-guru palsu pada waktu itu. Kemudian setelah itu kita akan
mempelajari implikasinya bagi orang-orang percaya saat ini dalam menyikapi
menjamurnya pengajar-pengajar sesat yang berlindung di bawah payung
Kekristenan. Pembahasan materi akan dibagi menjadi pembahasan latar belakang
surat Yudas, pembahasan Kristologi surat ini dan terakhir implikasinya di masa
kini.
LATAR BELAKANG SURAT YUDAS
Surat
Yudas ditulis oleh Yudas, saudara Yesus (bdk. Mat 13:55). Yudas juga adalah
saudara Yakobus (Yudas 1). Yudas ini bukanlah salah seorang murid Yesus (Yoh
7:5; bdk. Mrk 3:20-21), tetapi seperti Yakobus, ia merupakan anggota yang
terlibat dalam pergerakan Kekristenan mula-mula setelah kebangkitan Yesus. Surat
Yudas ditulis pada rentang waktu 50an – 80an Masehi. Penerima
suratnya adalah orang Yahudi dan non Yahudi Kristen yang tersebar di
beberapa daerah di bawah pengaruh Helenis, misalnya: Palestina, Syria, Mesir
dan lain-lain. Tujuan surat Yudas adalah untuk mendorong orang-orang percaya
untuk mempertahankan iman mereka (Yud 3), berkaitan dengan adanya ancaman dari guru-guru
palsu, yang tidak lain adalah orang-orang fasik. Di samping itu, Yudas juga menasihati
orang-orang percaya membangun diri di atas iman yang teguh, berdoa, dan
berbagai nasihat lainnya (Yud 20-23).
Dari
latar belakang surat ini, Yudas adalah tokoh yang memahami dengan baik akan
Yesus. Kebersamaannya dengan Yesus di dalam keluarga dan juga peranannya yang
penting dalam perkembangan Kekristenan mula-mula memberikan semacam garansi
bahwa ia sungguh-sungguh mengenal siapa Yesus. Pengenalan akan Yesus dan
perhatian yang dalam akan orang-orang
percaya, yang sedang terancam guru-guru palsu, inilah yang mendorong Yudas
membahas tema Kristologi dalam suratnya secara khusus untuk menghadapi
guru-guru palsu.
KRISTOLOGI SURAT YUDAS
Kristologi adalah tema yang penting dan
berkaitan erat dengan tujuan penulisan surat Yudas. Secara khusus, nama “Yesus
Kristus” dalam surat Yudas disebutkan 6 kali dan bukan hanya itu saja, kata
“Tuhan” (Yun. kurioj) yang menunjuk
pada Yesus digunakan 8 kali dalam surat ini. Fakta ini menjadi begitu penting
mengingat bahwa surat Yudas hanya terdiri dari 25 ayat. Selanjutnya, berkaitan
dengan tujuan penulisan suratnya, Yudas sungguh-sungguh menggarisbawahi salah
satu pengajaran guru-guru palsu (atau orang-orang fasik) yaitu penyangkalan
ajaran tentang Yesus Kristus yang telah dinyatakan oleh para rasul (Yud 4). Juga
menekankan kedatangan Kristus kelak untuk menghakimi guru-guru palsu tersebut
(Yud 14-15).
Tema Kristologi dalam surat Yudas adalah
“Yesus Kristus adalah Tuhan.” Yesus Kristus yang adalah Tuhan tercermin dalam paling
tidak ada tiga pengajaran tentang Yesus Kristus yang dimunculkan dalam surat
ini, yaitu: Yesus sebagai Penguasa satu-satunya dan Yesus adalah Hakim pada parousia dan Yesus adalah Mediator
pujian kepada Allah.
Yesus
sebagai Penguasa satu-satunya
Seperti yang telah disebutkan, salah satu karateristik
guru-guru palsu yang dikecam oleh Yudas adalah mereka “menyangkal satu-satunya
Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.” Identifikasi Yudas terhadap ajaran
guru-guru palsu menunjukkan bahwa bagi Yudas, Yesus adalah satu-satunya Penguasa
dan Tuhan. Yudas menggunakan dua kata untuk menjelaskan maksudnya yaitu
“Penguasa” (Yun. despothn) dan kata “Tuhan” (Yun. kurion). Kedua kata ini memiliki kedekatan makna satu dengan yang lain. Kata “despothj” sendiri kadang diterjemahkan menjadi “Tuhan” yang menunjuk kepada Allah Bapa
(Luk 2:29; Kis 4:24; Why 6:10). Kata ini secara umum juga digunakan untuk tuan
yang harus ditaati oleh budaknya (1 Tim 6:1, 2; Tit 2:9; 1 Pet 2:18). Sedangkan
kata “kurioj” terkadang diterapkan pada suami-suami sebagai
sebagai pemimpin yang harus ditaati dan yang memiliki hak untuk menghukum jika
tidak ditaati. Selain itu juga, Kaisar pada masa itu disebut Tuhan. Sehingga pengakuan
Yesus sebagai satu-satunya Tuhan secara otomatis berarti tidak mengakui kedaulatan
Kaisar dan tidak menundukkan diri kepadanya. Makna kata “Tuhan” yang sama juga
terkandung dalam Yud 17, 21, 25.
Pada masa Kekristenan mula-mula,
penyangkalan terhadap ketuhanan Yesus mulai meluas. Penyesat-penyesat yang tampil,
bersama-sama menjadi topik perhatian bagi para rasul waktu itu (2 Kol 8, 9; 2
Pet 2:1; 1 Yoh 4:2). Yudas juga menemukan penyesat-penyesat tersebut di dalam persekutuan
orang-orang percaya, yang diperhatikannya. Oleh karena itu, Yudas menekankan
sekali ketuhanan Yesus ketika ia menulis suratnya kepada mereka. Penggunaan
kata “despothn” dan “kurion” di bagian ini, saling melengkapi dalam
memberikan gambaran tentang Yesus. Yesus berbeda dari tuan-tuan yang lain,
Yesus juga tidak seperti Kaisar. Yesus adalah Penguasa satu-satunya dan Ia
setara dengan Allah Bapa. Yesus satu-satunya Penguasa yang harus ditaati dan setiap
penentangnya akan dihukum. Pengakuan Yesus sebagai satu-satunya Penguasa secara
langsung juga memberikan batasan dan peringatan bagi orang-orang fasik
(guru-guru palsu) tersebut.
Tidak hanya sampai di situ saja, Yudas
masih terus melanjutkan keterangan tentang ketuhanan Yesus. Di Yud 5-7, Yudas
menggambarkan praeksistensi Yesus dalam nuansa penghukuman. Yesus menyelamatkan
umat-Nya dari tanah Mesir dan menghukum mereka yang tidak taat, menawan
malaikat-malaikat yang tidak taat serta menghukum orang-orang Sodom dan Gomora.
Ayat-ayat ini menggambarkan bahwa sejak dahulu, orang-orang yang menentang sang
Penguasa selalu mendapat penghukuman. Demikian pula di Yud 8-13, menggambarkan
penghujatan dan perilaku orang-orang fasik ini tidak lain adalah penghinaan
akan kekuasaan Allah sendiri.
Jadi, Kristologi pertama-tama yang diusung
oleh Yudas adalah Yesus adalah Penguasa satu-satunya yang harus ditaati.
KekuasaanNya setara dengan Allah Bapa. KekuasaanNya jauh melebihi kekuasaan kurioj-kurioj yang ada waktu itu dan juga melebihi kekuasaan
Kaisar. Pengakuan kepada Yesus, sebagai satu-satunya Penguasa, memberikan
kontras pada ajaran dan perilaku orang-orang fasik pada waktu itu, yang
jelas-jelas menentang Penguasa dan Tuhan.
Yesus
sebagai Hakim pada Parousia
Pemahaman
bahwa Yesus adalah hakim pada parousia
didasarkan pada kutipan Yudas (14-15) dari kitab 1 Henokh (1:9). Dalam konteks
1 Henokh, tema dari nubuatan Henokh tersebut adalah kedatangan Allah untuk menghukum
orang-orang fasik. Akan tetapi Yudas memahami bagian ini, dalam terang Kristus,
menggambarkan bahwa Yesus adalah Pribadi akan datang itu. Hal ini sesuai dengan
klaim PL dan PB bahwa Yesus pada parousia
akan datang dengan ditemani oleh sejumlah malaikat (Dan 7:10; Mat 25:31). Penggambaran
Yudas, yang mengaitkan nubuat akan kedatangan Allah dalam nuansa eskatologis
dengan kedatangan Yesus pada parousia,
merupakan penggambaran yang sering dilakukan oleh rasul-rasul (Yes 40:10 [Why
22:12]; Yes 63:1-6 [Why 19:13, 15]; Yes 66:15 [2 Tes 1:7]; Za 14:5 [1 Tes
3:13]). Jadi jelas di bagian ini, Yudas memberikan pemahaman bahwa Yesus kelak akan
datang sebagai Hakim pada parousia
untuk menghukum orang-orang fasik.
Setelah
itu Yudas kembali mengaitkan pemahaman dari nubuat tersebut dengan pembacanya.
Yudas menegaskan bahwa “orang-orang fasik” yang akan dihukum tersebut adalah
mereka yang melampiaskan hawa nafsu mereka dan mengeluarkan perkataan yang
bukan-bukan. Dan jika dikaitkan dengan bagian sebelumnya, orang-orang tersebut
adalah juga bagian dari guru-guru palsu. Yesus adalah hakim yang akan datang
pada parousia memberikan dua
implikasi pada konteks waktu itu, yaitu peringatan keras pada para guru-guru
palsu (orang-orang fasik) bahwa mereka akan dihakimi kelak pada parousia sekaligus suatu peringatan yang
sungguh-sungguh kepada orang-orang percaya bahwa waspada agar jangan
terpengaruh oleh para guru palsu, sebaliknya, terus membangun diri dalam iman
yang paling suci, berdoa dalam Roh kudus dan terus memelihara diri dalam kasih
Allah.
Yesus
adalah Mediator Pujian kepada Allah
Di
bagian akhir dari surat ini (Yud 24, 25), Yudas menampilkan doxologi. Di dalam
doxologi ini terdapat sebuah pengakuan kepada Yesus mediator pujian Allah. Melalui
Kristus, orang-orang percaya memuji Allah. Pujian kepada Allah dimulai dengan
“kemuliaan.” Atribut ini ditemukan hampir di semua doxologi (Rm 16:27; Ef 3:21;
Flp 3:19-20; 1 Ptr 4:11; 2 Ptr 3:18). “Kebesaran,” digunakan dalam 1 Taw 29:11
(LXX), juga digunakan dalam doxologi di 1 Klem 58:2; 61:3; 64; 65:2; Mart Pol 20:2,
21. “Kekuatan” digunakan umum dalam doxologi: 1 Tim 6:16; 1 Ptr 4:11; 5:11; Why
1:6; 5:13. Terakhir adalah “kuasa,” selain di bagian surat Yudas dipakai juga
pada doxologi dalam 1 Esd 4:40.
Yesus
sebagai Mediator pujian kepada Allah merupakan suatu pengajaran Kristologi yang
penting pada waktu itu. Melalui Yesus kita memuji kemuliaan, kebesaran,
kekuatan dan kuasa Allah. Guru-guru palsu yang mengajarkan penyangkalan
terhadap Yesus, secara otomatis tidak memuji Allah dalam kehidupan mereka. Penyangkalan
dan penolakan kepada Yesus berarti penolakan untuk memuji kemuliaan, kebesaran,
kekuatan dan kuasa Allah, yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus Tuhan.
IMPLIKASI BAGI KEHIDUPAN ORANG PERCAYA KINI
Kehadiran guru-guru palsu atau
pengajar-pengajar sesat zaman kini, amat sangat perlu untuk mendapat perhatian
dari orang-orang percaya. Kehadiran mereka seperti virus di dalam gereja.
Mereka bukan mengancam orang-orang tidak percaya melainkan orang-orang percaya.
Dan lebih ngerinya lagi, karena mereka berlindung di bawah payung gereja itu sendiri.
Mereka perlahan-lahan menggiring orang-orang di dalam gereja kepada kesesatan. Berbagai
pengajaran mereka yang menyimpang dan tidak berdasar pada pengajaran Alkitab,
yang dinyatakan oleh para rasul dan para nabi.
Salah satu fokus perhatian kita adalah
berkaitan dengan pengajaran mereka tentang Yesus Kristus. Berbagai
pengajar-pengajar sesat ini menawarkan pemahaman mereka tentang Kristus yang
keliru. Mereka menyangkali Yesus Kristus sebagai Allah dan Penguasa
satu-satunya. Dari ketiga aliran sesat di Indonesia, inti dari pengajaran
mereka adalah Yesus bukan Allah tetapi lebih rendah dari Allah. Hal ini berbeda
sekali dari apa yang dikemukakan Yudas dalam suratnya. Bagi Yudas, Yesus setara
dengan Allah Bapa. Tindakan Yesus berkaitan dengan praeksistensiNya dan
kedatanganNya kelak sebagai Hakim pada parousia
menunjukkan dengan jelas bahwa Yesus adalah Allah dan setara dengan Bapa. Bagaimanakah
respon gereja dan orang-orang percaya dalam menyikapi aliran sesat ini?
1.
Kembali pada pengajaran Firman Tuhan
Kebanyakan
pemahaman aliran sesat berasal pemahaman yang keliru akan Firman Tuhan.
Pendekatan mereka terhadap Alkitab tidak lagi murni. Misalnya saja Gerakan
Mormon menambahkan kepada Alkitab, sebagai satu-satunya Firman Allah, (sola scriptura) kitab-kitab lain (Kitab
Mormon, Doktrin dan Perjanjian, Mutiara yang Bernilai). Belum lagi pencampuran
dengan berbagai filsafat yang ada. Pendekatan seperti ini membuat mereka keliru
memahami Firman Tuhan dan secara khusus keliru memahami tentang Kristologi yang
Alkitabiah.
2.
Pengakuan Iman
Seperti
Yudas menghimbau orang-orang percaya untuk tetap setia pada pengakuan iman
mereka. Demikian pula gereja dan orang percaya perlu untuk setia pada pengakuan
iman yang telah diwariskan oleh para rasul melalui pengakuan iman gereja.
Pengakuan iman menjaga jemaat dari kesesatan dan dapat menjadi tolok ukur untuk
menilai pengajaran-pengajaran yang keliru. Sayangnya, kini ada beberapa gereja
yang kurang memahami pentingnya pengakuan iman ini. Hal ini membuat jemaat,
orang-orang di dalam gereja, akan mudah tertipu oleh pengajaran-pengajaran
keliru yang masuk ke dalam gereja.
Selanjutnya, kebenaran bahwa Yesus adalah
hakim yang akan datang pada parousia
untuk menghukum orang-orang fasik, seharusnya membuat gereja dan orang-orang
percaya terus bergumul untuk memberitakan
Injil kepada jiwa-jiwa yang terhilang. Guru-guru palsu membawa orang kepada
kesesatan, kebinasaan, penghukuman dari Yesus kelak. Tetapi orang-orang percaya
harus membawa manusia kepada kehidupan di dalam Yesus Kristus. Guru-guru palsu
harus dilawan dengan terus menerus memberitakan Injil dan kebenaran-kebenaran
Allah. Terkadang gereja larut dalam hal-hal lain yang kurang esensial dan
mengabaikan pemberitaan Injil. Terkadang gereja mengabaikan orang-orang yang
sedang dalam kebingungan dan putus asa.
Di samping bergumul dalam pemberitaan
Injil, gereja dan oranag-orang percaya harus terus mengevaluasi diri. Orang-orang percaya hendaknya terus melihat diri
sendiri apakah sudah hidup sesuai dengan kehendak Allah. Atau justru larut
dalam cara-cara hidup dunia, menyalahgunakan kasih karunia Allah. Kebenaran
bahwa Yesus akan menghukum orang-orang fasik, seharusnya membuat orang-orang
percaya menyadari bahwa kehidupan fasik dibenci Allah. Yudas menasehati
orang-orang percaya untuk membangun diri
di atas iman yang paling suci, berdoa di dalam Roh Kudus, senantiasa
memelihara diri di dalam kasih Allah, menunjukkan belas kasihan kepada
orang-orang yang ragu-ragu, membenci perbuatan orang-orang fasik tetapi
mengasihi jiwa-jiwa mereka.
KESIMPULAN
Surat
Yudas memaparkan paling tidak ada tiga pengajaran tentang Yesus Kristus, yaitu
Yesus adalah Penguasa (Tuhan) satu-satunya, Hakim pada parousia dan Mediator pujian kepada Allah. Ketiga pengajaran ini
berkaitan erat dengan pergumulan orang-orang percaya pada waktu itu, yang
sedang menghadapi guru-guru palsu. Yesus adalah satu-satunya Penguasa
menunjukkan bahwa Yesus setara dengan Allah Bapa, melebihi kekuasaan kurioj-kurioj yang ada waktu itu dan juga melebihi kekuasaan
Kaisar – kontras dengan pengajaran guru-guru palsu. Yesus adalah Hakim pada parousia menunjukkan bahwa kelak Yesus
akan datang sebagai hakim untuk menghukum orang-orang fasik (guru-guru palsu).
Yesus adalah Mediator pujian kepada Allah menunjukkan bahwa melalui Yesus kita
memuji kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa Allah. Guru-guru palsu tidak
memuji Allah karena mereka menolak Yesus. Ketiga pengajaran tentang Yesus
Kristus juga ini mempunyai implikasi yang kuat dalam konteks orang-orang
percaya di Indonesia, yang juga dirongrong oleh aliran-aliran sesat. Respon yang
diharapkan dari gereja dan orang-orang percaya kembali kepada kebenaran Firman
Tuhan, menghargai dan berpegang teguh pada pengakuan iman gereja, terus
memberitakan Injil dan mengevaluasi diri.