Dedikasi dapat didefinisikan sebagai suatu persembahan
atau sesuatu yang dilakukan untuk tujuan suci dan bersifat pengorbanan. Dengan
demikian, dedikasi seorang pemimpin di hadapan Allah dapat dilihat dari apa
yang ia persembahkan atau korbankan untuk Allahnya. Kisah janda miskin yang
memberi persembahan ini, memberikan pencerahan dan teladan kepada pemimpin Kristen
masa kini dalam menunjukkan dedikasinya.
Markus mengemukakan beberapa fakta mengenai kondisi janda
ini. Markus dengan sengaja menuliskan kisah janda ini tepat setelah kisah ahli
Taurat yang merampas rumah para janda (ay. 38-40). Markus sesungguhnya ingin menunjukkan
bahwa janda yang memberi persembahan tersebut tidak lain adalah salah satu janda
yang sebelumnya mengalami perlakuan tidak buruk (rumahnya dirampas) oleh para
ahli Taurat. Selain itu, ia juga seorang janda yang sangat miskin. Markus menggunakan kata ”ptÅkhos” untuk menggambarkan kemiskinannya. Kata ini secara literal
bermakna bahwa janda ini tidak mempunyai apa-apa dan sangat rentan dengan
kelaparan. Ia orang miskin yang jika tidak ditolong akan menderita.
Sungguh mengejutkan apa yang dilakukan oleh janda ini: ia
memberikan persembahan. Persembahan yang dikumpulkan di Bait Suci, dimaksudkan
membiayai dua keperluan: keperluan Bait Suci dan untuk membantu para janda
dan yatim piatu. Dalam kekurangannya, janda ini masih juga memikirkan untuk
memberi persembahan bagi keperluan Bait Suci dan sesama orang miskin. Ia tetap
memberi persembahan ketika mengalami ketidakadilan dan penindasan dari Ahli
Taurat – pelayan Bait Allah. Ia memberi ketika miliknya diambil. Ia memberi apa
yang masih ada padanya, bahkan semua yang masih ada padanya. Ia memberi
persembahan itu ketika seharusnya ia yang menerima persembahan. Inilah sebuah
dedikasi yang berkenan kepada Allah.
Dedikasi sang janda juga dinyatakan dalam pengorbanannya
ketika memasukkan dua peser persembahannya. Markus sengaja menyebut mata uang “peser”
dan “duit” untuk menunjukkan bahwa persembahan janda itu adalah persembahan
paling kecil yang dapat dipersembahkan oleh orang pada waktu itu. Peser adalah mata uang tembaga Yahudi yang
paling kecil, sedangkan Duit adalah mata uang Yunani terkecil.
Mengapa Yesus memuji janda yang memberi persembahan
terkecil ini? Yesus memujinya karena janda
ini memberikan persembahan yang kecil tetapi dengan pengorbanan yang besar.
Orang-orang kaya memberi jumlah uang yang lebih banyak
tetapi tidak ada semangat pengorbanan di dalamnya. Mereka “memberi dari
kelimpahannya,” artinya tidak ada yang dikorbankan bersama dengan persembahan
mereka. Sedangkan janda ini “memberi dari kekurangannya.” Artinya ia memberi
meski ia tahu tidak akan ada lagi yang tersisa padanya. Janda ini mengorbankan
nafkah yang dapat ia nikmati hari itu untuk suatu persembahan. Ia korbankan
nafkahnya demi pemeliharaan bait Allah dan demi menopang sesama orang yang
berkekurangan lainnya. Inilah dedikasi sejati: hidup yang dikurbankan untuk
pelayanan bagi Allah dan sesama. Suatu dedikasi yang terlihat jelas dalam
pengorbanan.
Pemimpin yang berdedikasi adalah pemimpin yang tetap
mengabdi kendati hidupnya dalam berbagai pergumulan. Dan pemimpin yang
berdedikasi adalah pemimpin yang mengabdi dengan semangat pengorbanan.
Pertanyaan Refleksi:
1.
Bagaimana
pergumulan seringkali menyurutkan dedikasi pemimpin?
2. Masihkah semangat
pengorbanan dimiliki oleh para pemimpin bangsa? Apakah pemimpin masa kini
memilih mengorbankan diri demi dedikasinya atau memilih mengorbankan
dedikasinya demi kepentingan diri?
3. Apakah saya seorang
yang berdedikasi, yang tetap mengabdi di tengah-tengah pergumulan dan mengabdi
dengan semangat pengorbanan?
(dimuat dalam buku Acara KKRJB 2011 kolom saat teduh)