Segala sesuatu yang dibuat
pasti memiliki tujuan pembuatan. Misalnya sebuah pena dibuat untuk keperluan
menulis. Memang pena bisa saja dipakai sebagai selipan pembatas halaman buku
yang dibaca, namun sesungguhnya bukan itu tujuan pembuatan sebuah pena. Satu
yang pasti pena tidak tepat digunakan sebagai alat pancing. Ada yang membagi
kategori penggunaan sesuatu berdasarkan tujuan kegunaannya: usefull, misuse, useless. Pena yang dipakai untuk
keperluan menulis termasuk kategori usefull.
Pena yang dipakai sebagai selipan pembatas buku termasuk kategori missuse. Sedangkan penggunaan pena
sebagai alat pancing adalah useless.
Untuk sebuah benda
sederhana, seperti pena, dibuat dengan suatu tujuan tertentu, apalagi manusia
yang diciptakan oleh Allah. Tentulah manusia dibuat untuk suatu tujuan
tertentu. Seseorang yang memahami tujuan penciptaannya dan maksud Allah dalam
hidupnya, ia adalah ciptaan yang usefull.
Sebaliknya bisa termasuk misuse,
ataupun useless. Kita rindu menjadi
ciptaan yang usefull, karena itu penting
bagi kita menggumulkan dengan serius tujuan penciptaan kita di dunia ini.
Kitab Yeremia, khususnya
1:4-16, memberikan gambaran tentang bagaimana panggilan Allah itu dinyatakan,
sekaligus menunjukkan bagaimana kita mengetahui panggilan Allah dalam hidup
kita.
I.
Rencana Allah dalam kehidupan kita selalu dimulai dari Allah: merencanakan,
memanggil, memperlengkapi dan mengutus.
Jika kita memperhatikan bagian
yang kita baca, Rencana Allah untuk kehidupan Yeremia dimulai dari Allah. Ayat
4 menyatakan, “Firman Tuhan datang
kepadaku,” Kalimat ini menunjukkan dari mana rencana ini bermula. Allah
menyatakan rencanaNya kepada Yeremia.
Selanjutnya ayat 5
menunjukkan bahwa rencana ini telah ada jauh sebelum Yeremia lahir. Dari
semula Allah telah merencanakan bagaimana Yeremia seharusnya menjalani
kehidupannya kelak. Ia dirancang untuk menjadi nabi bagi bangsa-bangsa. Ini
suatu rencana yang besar, suatu rencana yang agung, suatu rencana yang telah
lama disiapkan.
Bagaimana respon Yeremia
atas rencana Allah ini? Yeremia berkata, “sesungguhnya aku tidak pandai bicara,
sebab aku ini masih muda.” Diperkirakan usia Yeremia pada waktu itu kurang
lebih 20 tahun. Dan jika kata-kata Yeremia ini dicermati dalam konteksnya, maka
bisa berarti: Saya tidak belajar teologia di sekolah nabi, sehingga tidak punya
kemampuan berbicara seperti nabi-nabi. Usia saya baru 20 tahun, orang didengar
omongannya dalam budaya Yahudi hanya orang di atas 30 tahun. Saya bisa
dilempari jika berbicara atas nama Tuhan. Bagaimana mungkin saya bisa melakukan
rencana Allah yang besar itu?”
Respon Yeremia ini bersifat
manusiawi. Ketika kepada seseorang dinyatakan rencana Allah yang agung dan
besar, yang telah ada sejak semula, maka seseorang segera melihat keterbatasan
dirinya. Yeremia baru berumur 20 tahun sudah dipanggil menjadi nabi bagi
bangsa-bangsa. Ia masih kecil tetapi ditetapkan dalam rencana Tuhan untuk
melayani bangsa-bangsa.
Rencana Allah untuk kita sudah ada sejak semula.
Ini suatu rencana besar karena menyangkut Kerajaan Allah. Jika Tuhan menyatakan
rencanaNya bagi kita, maka respon kita, bisa demikian: Tuhan saya ini sangat
berdosa/bukan seorang rohaniwan, tidak mungkin layak untuk rencanaMu; Tuhan keluarga
saya hancur, orangtua saya bisa marah, jika saya mengikuti rencana Tuhan; Tuhan,
saya ini pemalu dan tidak bisa ngomong depan umum; Tuhan, saya ini terlalu muda
atau saya terlanjur sudah tua: tidak mungkin cocok dengan rencana Tuhan; saya
tidak punya bakat pemimpin. Dan berbagai alasan yang lain. Ini suatu respons
yang manusiawi. Tetapi bagaimana Allah menyelesaikan kegelisahan manusiawi ini?
Jawaban Allah kepada
Yeremia tertulis di ayat 7-8, perhatikan kata-kata “jangan,”“tetapi” atau
“sebab.”]. Jawaban ini mengajak Yeremia mengubah fokus pada kelemahan diri kepada
fokus akan Allah dan kuasa-Nya. Allah seakan-akan berkata: “jangan kuatirkan
kelemahan dan keterbatasanmu, tetapi fokus pada rencanaKu dan andalkan
penyertaanKu.”
Jawaban Allah ini kemudian diikuti dengan
tindakan-Nya memperlengkapi dan mengutus Yeremia. Di ayat 9 dinyatakan bahwa
Allah mengulurkan tangan dan menjamah mulut Yeremia. Allah memperlengkapi
Yeremia dengan “menaruh perkataan-perkataan” artinya Yeremia diberikan
kemampuan mengatakan firman Allah yang diterimanya kepada bangsa-bangsa. Di sini
Allah memperlengkapi Yeremia. Allah memberikan hikmat kata-kata kepada Yeremia
sehingga kendatipun ia muda, ia mampu berbicara dan diberi otoritas dari Allah.
Selanjutnya di ayat 10
Allah mengutus Yeremia. [baca ayat 10, “mengangkat ... untuk”]. Ia
dipanggil untuk mencabut, merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan segala
sesuatu yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Ia ditetapkan untuk menanamkan
firman Tuhan dan membangun bangsa-bangsa dengan firman Tuhan.
Pelajaran bagi Kita
Dalam bagian pertama ini kita melihat bagaimana
rencana Allah dalam kehidupan Yeremia, dimulai dari Allah sendiri. Allah yang
merencanakan, Allah yang memanggil, Allah yang memperlengkapi dan Allah yang
mengutusnya.
Erik Rees, penulis buku Finding
and Fulfilling Your Unique Purpose for Life, menyatakan Allah tidak pernah
menciptakan apapun tanpa maksud. Ia mendisain kita secara spesifik dalam
menggenapi rencanaNya untuk menyatakan kerajaan Allah di dunia. Kunci
untuk memahami rencana Allah dengan penciptaan kita adalah look to God.
Kita seharusnya bertanya kepada Allah bagaimana kita harus menjalani hidup ini.
Rencana
Allah dalam hidup kita selalu dimulai dari Allah. Seorang yang tidak look to
God tidak akan mungkin menemukan maksud keberadaannya di dunia ini. Dan
seorang yang tidak menemukan maksud keberadaannya di dunia ini, kata Tom
Paterson, adalah seorang yang tidak sungguh-sungguh hidup dan seorang
mengecewakan hati Tuhan.
Rencana Allah juga selalu
diikuti oleh tindakanNya untuk memperlengkapi kita. Kita perlu look in us untuk menemukan perlengkapan yang Allah
lakukan dalam diri kita. Rick Warren merumuskan bagaimana Allah
memperlengkapi kita untuk melakukan rencanaNya melalui, “SHAPE.” Spiritual
Gift, Heart, Abilities, Personality, Experiences
[Karunia Rohani, Beban hati, Kemampuan/skill,
Kepribadian/Temperamen, Pengalaman].
Allah punya rencana dalam hidup kita. Kita lebih
berharga sebuah pena. Allah menetapkan kita dengan satu tujuan tertentu bagi
kerajaanNya. Kita bisa saja hidup, kita bisa saja tertawa, bersenang-senang, melakukan
ini itu, kuliah atau kerja. Tetapi yang jadi pertanyaan penting bagi kita
sebagai orang Kristen adalah: apakah kehidupan kita berguna bagi kerajaan
Allah?
Bagaimana mempunyai hidup yang berguna bagi
kerajaan Allah? Dimulai dengan look to God. Seorang yang memahami
rencana Allah atas hidupnya adalah seorang yang dekat pada Tuhan. Bukan hanya
dekat, tetapi bertanya pada Tuhan akan tujuan penciptaannya. Selanjutnya
look in us untuk menemukan
perlengkapan-perlengkapan yang telah Allah kerjakan dalam diri kita. Dua poin
menolong kita melihat tujuan khusus Allah untuk hidup kita, atau yang biasa
disebut panggilan hidup kita.
II.
Rencana Allah dalam hidup kita diteguhkan oleh kebutuhan
ladang pelayanan di sekitar kita.
Rencana Allah dalam kehidupan kita bisa
dianalogikan seperti sebuah puzzle. Ada suatu pola-pola unik yang selalu
cocok dengan papan puzzle. Demikian
juga dengan rencana Allah bagi kita, dan cocok dengan kebutuhan ladang
pelayanan. Ada satu tempat kosong yang harus kita isi dalam “papan puzzle“. Ada suatu kebutuhan ladang
pelayanan yang harus kita isi.
Rencana Allah atas hidup
Yeremia juga diteguhkan oleh kebutuhan ladang pelayanan pada masanya. Yeremia
hidup pada tiga masa bangsa Yahudi. Masa ketaatan, masa Yosia; masa ketidaktaatan,
masa Yoyakim, Yoyakhin dan Zedekia; dan masa penghukuman yakni masa pembuangan.
Pada masa ketidaktaan, ia menyuarakan suara kebinasaan, keruntuhan jika Yehuda
tidak berbalik; Pada masa penghukuman di pembuangan, ia menyuarakan adanya
harapan dan bagaimana seharusnya sikap Yehuda di pembuangan. Inilah ruang
kosong yang akan diisi oleh Yeremia. Inilah masa dimana Yehuda membutuhkan
seorang nabi.
Selanjutnya, Yeremia
melihat dua penglihatan yaitu sebatang dahan pohon Badam dan periuk mendidih
dari Utara. Dahan pohon Badam menunjukkan bahwa kehendak Tuhan segera akan
dilaksanakan. “badam” dalam bahasa Ibrani berarti “mempercepat.” Yeremia harus
segera mengambil bagian dalam rencana Tuhan. Ia harus segera menyuarakan supaya
Yehuda bertobat. Periuk yang mendidih dari Utara menunjukkan bangsa Babilonia yang
akan datang dari Utara untuk menyerang. Penglihatan ini menunjukkan ada ancaman
yang datang bagi Yehuda yang tidak bertobat. Yeremia dipanggil menyatakan
bahaya ini moga-moga Yehuda dapat insaf. Kedua penglihatan ini meneguhkan sisi
urgensi dari panggilan Yeremia.
Jika kita membaca kitab
Yeremia, kita akan melihat bahwa Yeremia berperan penting dalam menenangkan
Yehuda yang masuk ke dalam pembuangan. Yehuda bingung, gelisah, putus asa
ketika diangkut ke pembuangan. Yeremia berperan untuk menenangkan Yehuda,
menyadarkan bahwa pembuangan adalah akibat mereka tidak mengindahkan peringatan
Tuhan. Yeremia juga mengingatkan Yehuda bahwa suatu saat Tuhan akan membawa
mereka kembali dari pembuangan. Yeremia memberikan petunjuk bagaimana hidup di
pembuangan. Salah satu ayat terkenal dalam kitab Yeremia, “Usahakanlah
kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada
TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu” (Yer.29:7).
Rencana Allah dalam hidup Yeremia diteguhkan
kebutuhan Yehuda akan teguran dan tuntunan Firman Allah. Yeremia dipanggil
untuk mengisi papan puzzle rencana Allah di Yehuda. Yeremia diciptakan untuk
menjawab kebutuhan Yehuda.
Millard Fuller menyatakan hidup adalah suatu
pemberian dan suatu tanggung jawab. Tanggung jawab kita adalah menggunakan apa
yang Allah anugerahkan kepada kita untuk menolong orang yang membutuhkan.
Pelajaran bagi Kita
Bagaimana mengetahui rencana unik Allah bagi
kita? Cara untuk mengetahuinya sangat sederhana tetapi tidak mudah untuk
dilakukan. Caranya: buka mata, buka telinga, buka hati untuk mengerti realita
yang terjadi di sekitar kita (look around). Kita tidak bisa memastikan rencana Allah
dalam hidup kita jika kita terlalu tertutup, kurang peduli dengan realita yang
terjadi di sekitar kita: di keluarga kita, di lingkungan kita, di kabupaten
kita, di bangsa kita, di dunia ini. Jika kita membuka mata, telinga, hati
lebar-lebar akan realita sekitar kita, maka kita akan diyakinkan akan rencana
Allah dalam hidup kita.Kita akan dengan mudah melihat kemana Allah memimpin
kita untuk menghidupi rencanaNya.